Jurnal Ilmiah Sesebanua
Latest Publications


TOTAL DOCUMENTS

18
(FIVE YEARS 18)

H-INDEX

0
(FIVE YEARS 0)

Published By Pusat Penelitian Dan Pengabdian Pada Masyarakat, Politeknik Negeri Nusa Utara

2655-2868, 2597-7105

2021 ◽  
Vol 5 (1) ◽  
pp. 23-30
Author(s):  
Yenny Budiman Makahaghi ◽  
Conny Juliana Surudani

Bencana tidak bisa lepas dari siapapun jika sudah kehendak sang kuasa pasti akan terjadi, dan keluarga yang mengalami dampak dari bencana alam ini harus bisa menerima setiap kenyataan hidup yang sudah terjadi. Bencana alam yang dialami membuat keluarga kehilangan rumah, harta benda bahkan anggota keluarga yang sangat dikasihi. Pengalaman yang sangat menyakitkan ini adalah bagian dari kehidupan yang harus dijalani pasca bencana alam. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguraikan pengalaman keluarga menghadapi bencana alam di kampung Lebo. Metode: penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif fenomenologi dengan teknik wawancara mendalam kepada 6 keluarga yang terdampak bencana alam di Kampung Lebo Kecamatan Manganitu. Analisis data yang digunakan mengacu pada tujuh langkah teknik analisis data collaizi. Hasil: Penelitian ini menunjukkan keluarga merasakan dampak trauma pasca bencana alam sehingga ditemukan tujuh tema besar yaitu 1) Tanda awal bencana, 2) Respon terhadap banjir, 3) Beban psikologi 4) Jenis dukungan, 5) Beban ekonomi, 6) Makna setelah terjadi bencana, 7) Harapan untuk Lebo. Tujuh tema tersebut saling berhubungan satu dengan yang lain dan merupakan pengalaman hidup partisipan menghadapi pasca trauma bencana alam. Kesimpulan:  Akibat dari kejadian ini menyebabkan keluarga mengalami beban psikologi karena kehilangan barang berharga. Meskipun sulit menerima kenyataan harus kehilangan yang orang yang dikasihi serta benda berharga tetapi dukungan yang selalu datang dari berbagai pihak sehingga keluarga mengurangi beban yang dialami. Dengan kejadian ini keluarga mengalami perubahan ekonomi dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari. Melalui kejadian ini keluarga menyadari bahwa ini kehendak sang pencipta sehingga harapan kedepan bencana alam ini tidak akan terjadi lagi di kampung.   Disasters cannot be separated from anyone if the power has the will of it, it will definitely happen, and families who experience the impact of this natural disaster must be able to accept it. The natural disasters experienced have made families lose their homes, property and even loved family members. This painful experience is a part of life that must be lived after a natural disaster. The purpose of this study is to describe the experiences of families facing natural disasters in Lebo village. Methods: This study used a phenomenological qualitative research method with in-depth interviews with 6 (six) families affected by natural disasters in Lebo Village, Manganitu District. The data analysis used refers to the seven steps of the Collaizi data analysis technique. Results: Those study showed that families feel the impact of trauma after natural disasters so that seven major themes were found, 1) Early signs of disaster, 2) Response to flood, 3) Psychological burden 4) Types of support, 5) Economic burden, 6) Meaning after a disaster, 7) Hope for Lebo. The seven themes were interconnected with one another and represent the life experiences of the participant in dealing with natural disasters. Conclusion: The consequences of those incident caused the family to experience a psychological burden due to the loss of valuables. Even though it was difficult to accept the fact that you were lose loved ones and valuable objects, support always come from all people so that the family could reduces the burden experienced. With this incident the family experienced economic changes in meeting their daily needs. Through those incident the family realized those was the creator's will so that in the future this natural disaster would not happen again in the Lebo village.


2021 ◽  
Vol 5 (1) ◽  
pp. 36-41
Author(s):  
Nur Azizah Usman ◽  
Nansy Pangandaheng ◽  
Christien Rambi

Program keluarga berencana memungkinkan pemerintah untuk menurunkan angka fertilitas dan meningkatkan perbaikan kesehatan, kesejahteraan, hak asasi manusia, dan pendidikan. Di beberapa negara berkembang penggunaan kontrasepsi masih terbatas.Pendidikan kesehatan merupakan salah satu cara untuk meningkatkan pengetahuan tentang alat kontrasepsi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran penerapan metode pendidikanesehatan tentang kontrasepsi pada Ibu primipara di ruangan Dahlia RSD Liun Kendage Tahuna.Desain penelitian menggunakan rancangan deskriptif dengan pendekatan proses keperawatan. Penelitian dilaksanakan pada bulan Mei 2019 dengan subyek penelitian 2 ibu primipara post sectio caesarea. Penelitian menggunakan format pengkajian maternitas dan SAP. Data disajikan secara narasi dan dalam bentuk tabel. Saat dikaji klien tidak tahu tentang kontrasepsi, setelah dilakukan pendidikan kesehatan kedua klien mengetahui metode kontrasepsi. Klien yang pertama memilih kontrasepsi suntik, sedangkan klien kedua memilih kontrasepsi pil. Dapat disimpulkan bahwa kedua klien mengetahui metode kontrasepsi dan memilih untuk menggunakan salah satu metode kontrasepsi setelah dilakukan pendidikan kesehatan.   Family planning programs enable the government to reduce fertility rates and improve health, welfare, human right and education. In some develop countries used of contraception was still limited. Health education is one way to increase knowledge about contraception. The purpose of the research  was to know the description of  the application of health education method about contraception to primiparous mother in Dahlia room. The Research used decriptive design with nursing process. The research was conducted in May 2019 with 2 two primiparous mothers as the respondent, and used maternity nursing assestment and SAP. Data were presented in tabular form accompanied by narrative explanation. The respondents did not know about contraceptive method before gived the health education. But, after the respondents gived the health education, they were understood the contraceptive method. The first client choose injection contraception the second client choose pill contraceptive. Can be concluded that both of clients know the contraceptive method and choose to use one of the contraception methods after health education.


2021 ◽  
Vol 5 (1) ◽  
pp. 31-35
Author(s):  
Maryati Agustina Tatangindatu ◽  
Melanthon Juneidi Umboh

Tuberculosis (TB) merupakan penyakit infeksi bakteri menahun yang disebabkan oleh Mycobakterium Tuberculosis. TB merupakan salah satu dari sepuluh tertinggi penyebab kematian di seluruh dunia. Di Indonesia angka kematian akibat TB mencapai 140.000 orang per tahun. Di Kabupaten kepulauan Sangihe Tuberkulosis Paru masih menjadi masalah kesehatan. Pada tahun 2018 jumlah kasus TB di Wilayah Puskesmas Manenete berjumlah 21 kasus dan terjadi peningkatan kasus pada tahun 2019 menjadi 44 kasus.Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui hubungan antara faktor lingkungan fisik rumah dengan kejadian TB Paru di Wilayah Puskesmas Manente. Jenis penelitian ini merupakan penelitian survei analitik dengan pendekatan cross sectional. Hasil analisis bivariat menggunakan uji chi square menunjukkan variabel kepadatan hunian, ventilasi rumah serta jenis dinding rumah memiliki P value kurang dari 0.05 (<0.05). Untuk variabel jenis lantai diperoleh nilai P value lebih dari 0.05 (>0.05). Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara kepadatan hunian, ventilasi rumah dan jenis dinding rumah dengan kejadian TB Paru serta tidak terdapat hubungan antara jenis lantai rumah dengan kejadia TB Paru di Wilayah Puskesmas Manente. Pemerintah dan instansi terkait perlu melakukan promosi kesehatan secara rutin terkait upaya pencegahan TB Paru serta mengedukasi masyarakat untuk dapat meningkatkan daya tahan tubuh dengan menerapkan pola hidup bersih dan sehat.   Tuberculosis (TB) is a chronic bacterial infection caused by Mycobacterium tuberculosis. TB is one of the top ten causes of death worldwide. Death caused by TB amount 140,000 people in a  year. In Sangihe District, Pulmonary Tuberculosis was a health problem. In 2018 the number of TB cases in Manente Health Center area were 21 cases and increased in 2019 44 cases. The purpose of this study was to determine the relationship between house physical condition factors with the incidence of pulmonary tuberculosis in the Manente Health Center area. Those reseach were analytic survey research with a cross sectional approach. The results of bivariate analysis used the Chi Square Test showed that the variables of house density, house ventilation and type of house walls had a P value of less than 0.05 (<0.05). For the floor type variable, the P value was more than 0.05 (> 0.05). Based on the results the reaseach concluded that those was a relationship between house density, house ventilation and type of house wall with the incidence of Pulmonary Tuberculosis and there was no relationship between the type of floor of the house and the incidence of Pulmonary Tuberculosis in Manente Health Center area. The government and related officer need to carry out regular health promotions about how to prevent Pulmonary Tuberculosis and educate the public able to increase endurance by implementing a clean and healthy lifestyle.


2021 ◽  
Vol 5 (1) ◽  
pp. 9-13
Author(s):  
Rinaldi Adrian ◽  
Yeanneke Liesbeth Tinungki ◽  
Gracia Christy Tooy

Gout Artritis merupakan salah satu penyakit yang telah lama dikenal dan sampai saat ini masih menjadi penyebab berbagai penyakit. Prevalensi gout artritis menurut World Health Organization (WHO) tahun 2018 gout artritis mengalami kenaikan dengan jumlah 1.370 (33,3%). Gangguan mobilitas fisik ini sering menjadi masalah keperawatan pada kasus Gout Artritis akibat kadar purin tinggi dalam darah, maka tubuh akan meresponnya dengan ditandai adanya hambatan mobilitas fisik pada sendi, menggigil dan badan lemah. Tujuan studi kasus diketahuinya asuhan keperawatan pada salah satu keluarga dengan gangguan mobilitas fisik akibat gout artritis di wilayah kerja Puskesmas Tahuna Barat. Metode studi kasus adalah desain studi kasus deskriptif dengan subjek studi kasus satu orang klien yang diamati dan berfokus untuk mengajarkan latihan rentang gerak (ROM) dan melibatkan keluarga untuk membantu klien dalam meningkatkan pergerakan. Hasil yang diperoleh : Diagnosa keperawatan gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga dalam merawat anggota keluarga yang sakit, subjek studi kasus ditemukan nyeri pada lutut dan keluarga tidak tahu perawatan yang dibutuhkan untuk menanggulangi masalah kesehatan atau penyakit yang dialami yang menyebabkan gangguan mobilitas fisik. Kesimpulan : Masalah pada klien teratasi karena klien sudah dapat bergerak walaupun nyeri hilang dan sudah dapat melakukan mobilisasi dini dengan adanya dukungan keluarga. Saran : Perawat lebih meningkatkan pelayanan serta dapat memberikan pendidikan kesehatan pada klien yang menderita gout artritis.   Gout artritis is a disease that has been known for a long time and is still the cause of various diseases. The prevalence of gout artritis to the World Health Organization (WHO) in 2018 gout artritis has increased by 1370 (33,3%). Impaired physical mobility was often a nursing problem in cases of Gout artritis due to high levels of purines in the body´s blood which responds to it by being marked by obstacles to physical mobility in the joints, chills and weakness. The purpose of the case study was to find out nursing care in a family with impaired physical mobility due to gout artritis in the work area Puskesmas of the Tahuna Barat. The case study method was a descriptive case study design with a case study subject of one client who was observed and focus on teaching range of motion (ROM) exercise and involve the family to assist the client in improving movement. The result obtained: Nursing diagnosis of impaired physical mobility related to the inability of the family to care of sick family members, case study subjects found knee pain and the family who did not know the treatment needed to overcome health problem or illnesses that caused physical mobility problems. Conclusion: The Problem in the client was resolved because the client was able to move even though the pain was gone and can do early mobilization with family support. Suggestion: Nurse improve services and can provide health education to client who suffering from gout artritis.


2021 ◽  
Vol 5 (1) ◽  
pp. 1-8
Author(s):  
Detty Jeane Kalengkongan ◽  
Yeanneke Liesbeth Tinungki

Penyakit kusta bila tidak ditangani dengan cermat, dapat menyebabkan masalah yang kompleks, baik dari segi medis yaitu cacat fisik, juga sampai pada masalah sosial budaya dan keamanan. Untuk mencapai eliminasi kusta pemerintah melakukan upaya menurunkan beban kusta dan memutuskan transisi kusta melalui pencegahan dengan upaya pemberian kemoprofilaksis Rifampisin dosis tunggal pada setiap orang yang hidup bersama serta berinteraksi dengan pasien kusta. Pulau Mahangetang merupakan salah satu kampung project demonstrasi (pilot) kegiatan pemberian kemoprofilaksis tahun 2019 oleh karena ditemui kasus kusta dengan jumlah 22 orang. Tujuan penelitian mengevaluasi Pelaksanaan Program Pencegahan Penanggulangan dan Penatalaksanaan kusta di pesisir pulau Mahangetang. Metode penelitian deskritif kualitatif dengan pendekatan fenomenologis. Pengumpulan data diperoleh melalui kuesioner, wawancara secara mendalam serta observasi langsung. Teknik pengambilan sampel adalah  purposive sampling dengan 10 informan yang ditentukan oleh peneliti sendiri. Hasil penelitian ini menemukan, Kebijakan dan strategi  Input evaluasi pelaksanaan pencegahan penanggulangan dan penatalaksanaan penyakit kusta belum berjalan secara optimal. Proses evaluasi program berjalan sesuai perencanaan, walaupun hasilnya belum maksimal. Output evaluasi pelaksanaan program dengan cakupan 215 orang (43,39%). Kesimpulan Input pelaksanaan belum berjalan secara optimal. Proses dan output pelaksanaan berjalan baik sesuai dengan perencanaan dengan cakupan 43,39%. Saran  dalam melaksanakan program, sebaiknya melakukan advokasi kepada pihak penentu kebijakan, agar dalam pelaksanaan program dapat berjalan baik sehingga penularan kusta dapat ditekan.   If not handled carefully, leprosy can cause complex problems, both from a medical perspective, namely physical disabilities, as well as socio-cultural and security issues. To achieve the elimination of leprosy, the government has made efforts to reduce the burden of leprosy and decide the transition to leprosy through prevention by administering a single dose of chemoprophylaxis Rifampicin to everyone who lives together and interacts with leprosy patients. Mahangetang Island was one of the villages for the demonstration project (pilot) for the provision of chemoprophylaxis in 2019 because 22 cases of leprosy were found.The purpose of this research is to evaluate the implementation of the Prevention and Management Program of leprosy on the coast of Mahangetang Island. Qualitative descriptive research method with a phenomenological approach. Data collection obtained through questionnaires, in-depth interviews and direct observation. The sampling technique was purposive sampling with 10 informants who were determined by the researchers themselves. The results of this study found that the policies and input strategies for evaluating the implementation of leprosy prevention and management have not been running optimally. The program evaluation process goes according to plan, although the results were not optimal. The output of program implementation evaluation covered 215 people (43.39%). In conclusion, the implementation input has not run optimally. The implementation process and output went well in accordance with the planning with a coverage of 43.39%. Suggestions in implementing the program, it was better to carry out advocacy to policy makers, so that program implementation can run well so that the transmission of leprosy can be suppressed.


2021 ◽  
Vol 5 (1) ◽  
pp. 14-22
Author(s):  
Amelia Banualawo ◽  
Yeanneke Liesbeth Tinungki ◽  
Christien Angreni Rambi

Persalinan dapat menyebabkan luka di daerah perineum sehingga akan menyebabkan ketidaknyamanan pasca partum berupa nyeri pada luka jahitan perineum. Ketidaknyamanan pasca partum merupakan perasaan tidak nyaman yang berhubungan dengan kondisi setelah melahirkan. Tujuan penelitian adalah menerapkan asuhan keperawatan ketidaknyamanan pasca partum di ruangan Dahlia Rumah Sakit Daerah Liun Kendage Tahuna. Metode penelitian adalah studi kasus dengan pendekatan proses keperawatan, dengan subyek penelitian yaitu dua ibu pasca partum. Hasil penelitian ini dilakukan dengan menerapkan proses keperawatan. Tindakan keperawatan yang dilakukan yaitu mengidentifikasi nyeri pada ibu, mengontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri, membatasi pengunjung yang datang, mengajarkan teknik nonfarmakologis yaitu teknik relaksasi napas dalam, monitor tanda-tanda vital, mengajarkan kepada ibu untuk beraktivitas yang ringan seperti berjalan disekitar ruangan dan duduk dan menganjurkan kepada ibu agar perineum tetap bersih dan sesering mungkin mengganti pembalut. Kesimpulan penelitian ini menunjukkan bahwa perasaan nyaman yang berhubungan dengan kondisi setelah melahirkan meningkat. Saran diharapkan ibu nifas dapat mempertahankan kebersihan perineum pada saat masa nifas sehingga penyembuhan luka perineum ibu dapat berjalan dengan normal dan merasakan kenyamanan pasca partum.   Childbirth can cause injury in the perineal area so that it will cause post-partum discomfort in the form of pain in the perineal suture wound. Post partum discomfort is the feeling of discomfort associated with the postpartum condition. The research objective was to apply Postpartum Discomfort Nursing Care in the Dahlia room Public Hospital Liun Kendage Tahuna. The research method was a case study with a nursing process approach, with the research subject, namely two post-partum mothers. The result of this study were conducted by applying the nursing process. Nursing actions taken are identifying pain in the mother, controlling the environment that aggravates the pain, limiting visitors who come, teaching non-pharmacological techniques, namely deep breathing relaxation techniques, monitoring vital signs, teaching mothers to do light activities such as walking around the room and sat down and advised the mother to keep the perineum clean and to change the pads as often as possible. The conclusion of this study shows that the feeling of comfort associated with postpartum conditions increases. Suggestion It is hoped that postpartum mothers can maintain perineal cleanliness during the puerperium so that the healing of the mother's perineal wounds can run normally and feel comfortable after partum.


2021 ◽  
Vol 4 (2) ◽  
pp. 81-85
Author(s):  
Mareike D. Patras ◽  
Yeanneke L. Tinungki

Perilaku Hidup  Bersih dan Sehat (PHBS) merupakan cerminan pola hidup keluarga yang senantiasa memperhatikan dan menjaga kesehatan seluruh anggota keluarga. Semua perilaku kesehatan yang dilakukan atas kesadaran sehingga keluarga atau anggota keluarga dapat menolong dirinya sendiri dibidang kesehatan  dan dapat berperan aktif  dalam kegiatan-kegiatan dibidang kesehatan di masyarakat. Hal ini terjadi karena kurangnya perilaku hidup bersih sehat keluarga. Guna mencegah  penyakit menular dan tidak menular, setiap anggota rumah tangga perlu diberdayakan,dalam melaksanakan 10 (sepuluh) indikator PHBS Pelaksanaan PHBS Kabupaten Sangihe tahun 2017 50,40%. Di Kecamatan Tabukan Selatan Tengah 280 KK Keluarga yang di pantau ,yang ber PHBS 114 (40,2%). Tujuan penelitian ingin mengetahui  Hubungan Pengetahuan dan Sikap Keluarga dengan Perilaku Hidup Bersih Sehat. Metode penelitian dengan menggunakan rancangan Cross sectional study. Hasil penelitian tidak ada hubungan pengetahuan dengan penerapan Perilaku hidup Bersih Sehat diperoleh nilai P yaitu = 0,171 >ᾳ  0,05 dan ada hubungan antara sikap dengan penerapan Perilaku hidup Bersih Sehat nilai p value 0,03 < ᾳ (0.05). Disarankan agar setiap anggota keluarga termotivasi melaksanakan 10 indikator PHBS   Clean and Healty living behavior showed of fammily pattern live style in order to prevent infectious and non-communicable diseases, every member of the household needs to be empowered in implementing 10 (ten) indicators of Clean and Healthy Living Behavior. In 2017 the implementation in Sangihe District was 50.40%. The family monitored in Tabukan Selatan Tengah Subdistrict were 280 families, apply clean and healthy living behavior about 114 (40.2%). Method of those reaseach apply cross sectional study, design  and the result of the research show that was not a relationship between knowledge and clean healthy life behavior with p value 0.016 <ᾳ (0.05) and those was a relationship between attitude and clean healthy lifestyle, p value 0.03 <ᾳ (0.05). The member of fammily incentive to motivate ten (10) standards of Clean Healty living behavior.


2020 ◽  
Vol 4 (1) ◽  
pp. 21-30
Author(s):  
Meistvin Welembuntu ◽  
Iswanto Gobel

Pelayanan keperawatan merupakan salah satu ujung tombak pelayanan kesehatan yang sangat penting di masyarakat/puskesmas, pelayanan tersebut berfokus pada penerapan asuhan keperawatan yang berkualitas dimana hal itu dapat tercapai bila diberikan oleh perawat profesional yang memiliki motivasi serta berkinerja tinggi. Kemampuan tersebut dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor yang bisa bersumber dari diri perawat itu sendiri maupun faktor eksternal lainnya, oleh karena itu pihak manajemen harus mampu mengidentifikasi hal diatas sehingga dapat memberikan solusi guna tercapainya penerapan asuhan keperawatan yang bermutu. Tujuan penelitian untuk melihat hubungan antara karakteristik responden dengan kinerja perawat dalam melaksanakan asuhan keperawatan di Puskesmas rawat inap Kabupaten Kepulauan Sangihe. Metode yang digunakan yakni cross sectional melihat hubungan antara pendidikan, status kepegawaian dan lama kerja dengan kinerja perawat dalam melaksanakan asuhan keperawatan  sedangkan pengambilan sampel dengan menggunakan total sampling dari 3 populasi terjangkau yang dipilih berdasarkan claster pada tiga puskesmas rawat inap yakni PKM Enemawira, PKM Kuma dan PKM manganitu sebanyak 60 orang. Hasil Penelitian ini menunjukkan bahwa 48,3 % perawat yang berkinerja baik dan 51,7 % perawat memiliki kinerja kurang. Pada penelitian ini juga didapatkan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara pendidikan terakhir, status kepegawaian, dan lama bekerja dengan kinerja perawat dalam melaksanakan asuhan keperawatan. Diharapkan penelitian ini bisa menjadi bahan evaluasi bagi organisasi profesi perawat agar memberikan pembimbingan dan penyegaran keilmuan kepada para perawat yang kerja di puskesmas, juga penelitian ini menjadi acuan dalam pembelajaran mempersiapkan mahasiswa untuk bekerja di puskesmas di masa yang akan datang.   Nursing services are one of the spearheads of very important health services in the community, these services focus on the application of quality nursing care which can be achieved if provided by professional nurses who are highly motivated and high-performance. This ability can be influenced by various factors comes from the nurses themselves and external factors, therefore the management must be able to identify the factors so that it can provide solutions in order to achieve the application of quality nursing care. This study aimed to know the relationship between respondent characteristics and nurse performance in implementing nursing care at the inpatient health center Sangihe Island district. The method used was cross sectional to see the relationship between education, employment status and length of work with nurses' performance in carrying out nursing care while sampling used was the total sampling of 3 affordable populations selected based on clusters at three inpatient health centers namely PKM Enemawira, PKM Kuma and PKM manganitu as many as 60 people. The results of this study indicated that 48.3% of nurses were performing well and 51.7% of nurses have poor performance. In this study also found that there was no significant relationship between recent education, employment status, and length of work with the performance of nurses in implementing nursing care. Hopely this research can be an evaluation material for professional nurses organizations to provide scientific guidance and as the refreshment for the nurses who are working at the Puskesmas, also this research become a reference for preparing students to work at the puskesmas in the future.


2020 ◽  
Vol 4 (2) ◽  
pp. 74-80
Author(s):  
Christien Rambi ◽  
Ferdinand Gansalangi

Indonesia memiliki 7.000 dari 30.000 jenis tumbuhan yang tumbuh di Indonesia yang dapat digunakan sebagai obat tradisional. Salah satu metode pengobatan tradisional yang terkenal di Kepulauan Sangihe ialah mepasangu yang diartikan sebagai kegiatan bakera (memanfaatkan uap hasil rebusan berbagai rempah). Kegiatan ini dijadikan tradisi untuk terapi bagi seorang wanita setelah melahirkan dan juga bagi seseorang yang mengalami gangguan kesehatan akibat masuk angin, berupa keluhan pegal di seluruh badan. Tujuan penelitian ini ialah diketahuinya efektifitas mepasangu terhadap gangguan kesehatan pada mahasiswa. Metode yang digunakan ialah desain penelitian cross sectional. Seluruh mahasiswa semester 1, 3, dan 5 Program Studi Keperawatan dijadikan populasi dalam penelitian ini, sedangkan teknik pengambilan sampel ialah purposive sampling berdasarkan pertimbangan beberapa kriteria dengan jumlah sampel sebanyak 46 orang. Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Juli sampai Oktober 2020. Instrumen penelitian yang digunakan ialah tanaman rempah, seperti buah cengkeh dan daunnya, buah pala dan daunnya, sereh, daun puring, dan daun pandan. Keluhan gangguan kesehatan responden dicatat pada lembar observasi. Analisa data menggunakan uji chi square. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 60,8 % responden mengalami keluhan gangguan kesehatan insomnia dan masuk angin yang terjadi bersamaan dan keluhan yang paling sedikit ialah hanya keluhan masuk angin pada responden, yaitu sebanyak 3 orang (6.5%). Berdasarkan hasil analisis statistik menggunakan uji chi square diperoleh nilai p = 0,025 dimana nilai p < 0,05, sehingga dapat disimpulkan bahwa mepasangu efektif mengatasi gangguan kesehatan. Mepasangu dapat digunakan sebagai terapi tradisional dalam mengatasi gangguan kesehatan berupa insomnia, masuk angin, dan badan pegal.   Indonesia has 7,000 of the 30,000 type of plants that grow in Indonesia that used as traditional medicine. One of the well-known traditional healing method in the Sangihe Island is Mepasangu, which is defined as Bakera activity (utilizing steam from the stew of various spices). This activity was used as a tradition for the treatment of a woman after giving birth and also for someone who experiences health problems due to cold, in the form of complaints of stiffness all over the body. The purpose of this study was determine the effectiveness of mepasangu against health problems in students. The method used in this study was a cross sectional research design. All students in semester 1, 3, and 5 of the Nursing Study Program were the population in this study, while the sampling technique was purposive sampling based on the consideration of several criteria. The number of samples that met the inclusion criteria was 46 people. This research was conducted from July to October 2020. The research instrument used were several spices, such as cloves and their leaves, nutmeg and leaves, lemongrass, croton leaves, and pandan leaves. Complaints about the respondent's health problems were recorded on the observation sheet. Anlyze data used the chi square test as a statistical test. The results showed that 60.8% of respondents experienced complaints of health problems, insomnia and cold that occurred simultaneously and the least complaints were only complaints of colds among respondents, as many as 3 people (6.5%). Based on the results of statistical analysis used the chi square test, the value of p = 0.025 was obtained where the p value <0.05, so it can be concluded that mepasangu was effective in overcoming health problems. Mepasangu can be used as a traditional therapy to treat health problems such as insomnia, cold and body aches.


2020 ◽  
Vol 4 (1) ◽  
pp. 8-20
Author(s):  
Yeanneke Liesbeth Tinungki ◽  
Mareike Patras ◽  
Ferdinand Gansalangi

Derajat kesehatan masyarakat di Pulau Lipang sangat penting diketahui dalam rangka penyusunan dan implementasi program kesehatan yang tepat dan berkelanjutan. Gambaran derajat kesehatan masyarakat yang optimal dapat dilihat dengan menggunakan indicator kualitas utama yakni Indeks Mortalitas, Indeks Morbiditas dan Indeks Fertilitas. Selain itu, perlu juga diperhatikan factor-faktor yang mempengaruhi kesehatan seperti; indikator kesehatan lingkungan, upaya pelayanan kesehatan dan perilaku kesehatan. Penelitian ini menggunakan rancangan deskritif dengan metode survey, populasi dalam penelitian ini yaitu seluruh Kepala Keluarga di Pulau Lipang berjumlah 106 Kepala Keluarga. Sampel dalam penelitian ini menggunakan Total sampling dan memenuhi kriteria inklusi berjumlah 77 orang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Indeks Mortalitas dalam 1 tahun terakhir tercatat 14 kasus kematian per 1000 penduduk. Indeks Morbiditas Penyakit Menular berjumlah 49 kasus per 1.000 penduduk, Indeks Morbiditas Penyakit Tidak Menular (PTM) berjumlah 79 kasus per 1.000 penduduk. Indeks fertilitas menunjukkan bahwa persentase ibu hamil berjumlah 7 orang atau 8% dan persentase anak balita adalah 18 orang atau 17%. Faktor status gizi yakni Bayi yang tidak diberi ASI 31%, pemberian Imunisasi BCG dan Hepatitis 0%, menggunakan kontrasepsi 56%. Indikator kesehatan lingkungan menggunakan air hujan untuk masak dan minum 100%, upaya pelayanan kesehatan; menggunakan fasilitas yankes 94%, penyuluhan kesehatan oleh nakes 74%. Perilaku kesehatan; BABS di hutan 9% dan pantai 5%. Merokok dalam keluarga 31% dan minum alcohol 91%. Kesimpulan Penelitian ini menunjukkan bahwa  indicator mortalitas Diabetes Melitus per-1000 penduduk adalah 40%, indicator morbiditas malaria  per-1000 penduduk adalah 77,78%, indicator morbiditas penyakit jantung adalah 31,03%. Indeks Fertilitas ibu hamil 8% dan Balita 17%.   Determinat of public health in Lipang island very important to know in preparation and implementation  program of  health  that appropriate and sustainable. Description  determinant of public health is the best can be seen use indicator of main quality that is Mortality Index, Morbidity Index, and Fertility Index. Beside of these third factors very need pay attention too the other factors that influence of health is indicator of environment health, health service efforts and health behavior. This study used a descriptive design with survey method, population in this study was the head of family of 106 the amount . The sample in this study used total sampling and fulfill inclusion criteria of 77 people. The results showed that the mortality index  or crude death rate of 14 cases death per 1000 people. Morbidity Index infectious disease showed 49 cases every 1000 people , morbidity of non infectious disease  showed 79 cases every 1000 people. Fertility Index showed that pregnant amount of 7 people or 8% and percentage toddler were 18 people or 17%. The nutritional status was baby not breastfeeding about 31%, immunizations of BCG and Hepatitis 0%, used contraception 56%. Indicator of Environment health used water of rain for cook and drink 100%, health service efforts; used health service facilities 94%, counseling of health by health workers 74%. Health behavior; BABS in forest 9% and beach 5%. Smooking in family 31% and drink of alcohol 91%. The Conclusion of this research showed that Mortality Index Diabettes Mellitus every 1000 people was 40%, Morbidity index of Malaria every-1000 people were 77,78%, Morbidity index of Heart disease was 31,03%. Fertility Index pregnance 8% and Toddler 17%.


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document