scholarly journals Analyse de la réflexion des phonèmes des mots français empruntés en indonésien

2019 ◽  
Vol 3 ◽  
pp. 00005
Author(s):  
Andi Wete Polili ◽  
Pina Adelina Manullang

<p>The purpose of the research is to find out the reflection of phonemes and the type of sound changes of the French words borrowed in Indonesian that orients itself from the book: Kamus Kata-Kata Serapan Asing Dalam Bahasa Indonesia. In this research, the method used is the qualitative descriptive method. According to the research, there are borrowed French words, and there are changes, such as the paragraph reflecting the sound [Ø]&nbsp; &nbsp;[i],[e],[t], [l], [r], the apocope reflecting [ɔ ]&nbsp; &nbsp;[Ø], the spelling reflecting&nbsp; [Ø]&nbsp; &nbsp;[e], reflective prosthesist [Ø]&nbsp; &nbsp;[h],&nbsp; reflective syncope [w]&nbsp; &nbsp;[Ø].<br></p>

Author(s):  
Safitri Hariani ◽  
Saiful Anwar Matondang

Sosiolinguistik memberikan pengetahuan tentang code switching (campur kode). Analisis teks novel untuk memahami penggunaan campur kode penutur dapat dilaksanakan untuk pengembangan ilmu sosiologi bahasa. Metode deskriptif kualitatif dalam menganalisis temuan dan mengklasifikasikan pencampuran kode dari Novel Andre Herata Sang Pemimpi. Analisis data berfokus pada kalimat dan paragraf yang menunjukkan penggunaan pencampuran kode di dalamnya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada satu jenis pencampuran kode yang ditemukan dalam novel Sang Pemimpi yaitu pencampuran kode luar (bahasa Indonesia dan Inggris) yang kemunculannya ada dalam bentuk kata, frasa, dan penyisipan klausa. Penggunaan dan jenis-jenis pencampuran kode yang ada dalam novel Sang Pemimpi karya Andrea Hirata meyangkut pencampuran kode; pada pencampuran berbagai unit linguistik, seperti morfem, kata-kata, pengubah, frasa, klausa dan kalimat, terutama yang berasal dari dua sistem tata bahasa yang berpartisipasi dalam sebuah kalimat. Dapat disimpulkan narator menggunakan pencampuran kode dari Bahasa Indonesia, Bahasa Melayu, dan pencampuran kode luar dari Bahasa Inggris; punchbag, sprinter, fan, session, speaker, shock, slide dan Bahasa Arab. Abstract. Sociolinguistics gave knowledge of the switching codes. Text analysis of novels for understanding the interdiction of interpreting codes can be performed for the development of language sociology. The qualitative descriptive method of analyzing the find and classifying the code mixing of the novel Andre herata Sang pemimpi. Data analysis focuses on sentences and paragraphs that indicate the use of a code mixing in them. Studies have shown that one type of mixing code found in the Sang pemimpi novel is that it includes a mixture of outside codes (Indonesian and English) that appears in the form of words, phrases, and insertion of klausa. The use and kinds of coded blending in the book of Sang pemimpi Andrea hirata passes the mixing of codes; In the mixing of various linguistic units, such as morpheme, words, modifiers, phrases, clauses and sentences, especially those that come from the two grammatical systems that participate in a sentence. It could be inferred that the narrator used a code mixing from Indonesian, Malay, and a proprietary blend of English; punchbag, sprinter, fan, session, speaker, shock, slide dan Arabic.


2019 ◽  
Vol 10 (1) ◽  
pp. 137
Author(s):  
Heru Setiawan

This research examines and discovers the variation and formation of slang in the street food court (angkringan) of the Perpek community, Ponorogo Regency, which is indicated by a variant of the slang language. This research uses a qualitative descriptive method. The research data is in the form of words from languages that contain slang forms and are spoken by sellers and buyers. Data collection uses observation techniques supported by note-taking techniques. The data analysis technique used is the equivalent method and the method of religion. The findings of this research are four processes of the formation of slang language in terms of the formation of phonological structures, namely: (1) reversing the overall arrangement of letters, for example "mahal" to "laham", (2) giving an insert at the beginning and at the end both vowels and consonants, for example "kopi" becomes "ngikop", (3) exchanges consonants and replaces one or two letters, for example "sedikit" becomes "sikit", and (4) words are shortened or cut without changing their meanings, for example "mama cantik" to be "macan". The results of the research findings indicate the formation of new slang languages that are different from the original languages, both from Indonesian and regional languages (Javanese). Penelitian ini mengkaji dan menemukan variasi dan pembentukan bahasa slang di angkringan komunitas Perpek, Kabupaten Ponorogo, yang terindikasi ditemuakan varian bahasa slang. Penelitian ini menggunakan metode diskriptif kualitatif. Data penelitian berupa kata dari bahasa yang mengandung bentuk bahasa slang dan dituturkan oleh penjual dan pembeli. Pengumpulan data menggunakan teknik observasi yang didukung dengan teknik simak-libat-catat. Teknik analisis data yang digunakan adalah metode padan dan metode agih. Dari penelitian ini diperoleh temuan berupa empat proses pembentukan variasi bahasa slang dari segi pembentukan struktur fonologis, yaitu: (1) membalikkan susunan huruf secara keseluruhan, misal "mahal" menjadi "laham", (2) memberikan sisipan di awal dan di akhir kata, baik vokal maupun konsonan, misal "kopi" menjadi "ngikop", (3) menukar konsonan dan mengganti satu atau dua huruf,  misal "sedikit" menjadi "sikit", dan (4) kata dipendekkan atau dipotong tanpa mengubah maknanya, misal "mama cantik" menjadi "macan". Hasil temuan penelitian menunjukkan adanya pembentukan bahasa slang baru yang berbeda dari bahasa aslinya, baik dari bahasa Indonesia maupun bahasa daerah (bahasa Jawa).


Epigram ◽  
2020 ◽  
Vol 17 (1) ◽  
pp. 3-8
Author(s):  
Yoyok Sabar Waluyo ◽  
Laelah Fauziah

This study is a translation study focused on translation technique and quality especially on acceptability aspect. Linguistic units used to analyze is noun phrases existed in the magazine of “Colours Garuda Indonesia” published on November 2018. This study uses a qualitative descriptive method. Translation technique used refers to Molina&Albir and translation quality assessment uses categories proposed by Nababan, et.als. The study reveals that types of noun phrases mostly found in this study are modification noun phrases. The most commonly translated using established equivalence. The quality aspect of acceptability translation is on the score 2.7 of 3. It means result of translation can be accepted well by the reader of Bahasa Indonesia. Words or phrases translated reader comprehend them well because they are usually used in Bahasa Indonesia.


Metahumaniora ◽  
2019 ◽  
Vol 9 (1) ◽  
pp. 28
Author(s):  
Trisna Gumilar ◽  
Tri Yulianty Karyaningsih ◽  
Ladinata Ladinata

Transposisi pada penerjemahan tidak dapat dihindari karena pada setiap bahasa, bahkan pada unit-unit bahasa, terdapat sistem yang berbeda, seperti pada adjektivabahasa Rusia dan Indonesia. Untuk itu, dalam penelitian ini dibahas mengenai berbagai macam transposisi yang terjadi pada penerjemahan adjektiva bahasa Rusia ke dalam bahasa Indonesia serta alasan terjadinya transposisi tersebut. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif-kualitatif dengan model komparatif. Sumber data penelitian diambil dari cerpen Rusia dan terjemahannya dalam bahasa Indonesia. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada penerjemahan adjektiva bahasa Rusia ke dalam bahasa Indonesia terjadi transposisi level dan kategori berupa struktur, unit, kelas, dan intra-sistem. Beragam transposisi ini pada dasarnya terjadi karena adjektiva bahasa Rusia dan Indonesia, secara gramatikal, memiliki banyak perbedaan. Transpositions or shifts in translation cannot be avoided since in each language, even in language units, there are different systems, such as in Russian and Indonesian adjectives. Therefore, this study discussed the various types of transpositions in translation of Russian adjectives into Indonesian and the reasons for this transposition. The method used in this study is a qualitative-descriptive method with a comparative model. The source of the data is taken from Russian short stories and its translation in Indonesian. The results of the study showed that in translation of Russian adjectives into Indonesian there were level shifts and category shifts, viz. structures, units, classes, and inter-systems. These various transpositions basically occur because the adjectives in Russian and Indonesian have many differences grammatically.  


2018 ◽  
Vol 2 (2) ◽  
pp. 216-245
Author(s):  
Shofia Cahyani Putri

This study aims to describe the deviance of politeness maxims that occur in the SpongebobSquarepants cartoon film that is carried out from January to May 2018. The focus used in this study is the deviation of maxim of language politeness derived from Leech's theory include: deviation of maximal wisdom, deviation maxim of generosity, deviation from maxims of appreciation, deviation from the maxim of simplicity, deviation from maximization of consent, and deviation from maximization of conclusions. With the sub focus of politeness scale which includes the scale of loss and profit, choice scale, scale of non-continuity, authority scale, and social distance scale. The method used in this study uses a qualitative descriptive method with content analysis techniques. The object of this study was the cartoon film SpongebobSquarepants by Stephen Hillenburg. In this study, data were obtained on the cartoon SpongebobSquarepants in three episodes, Pineapple Fever, Sandy, Spongebob, and The Worm, and SquidwardThe Unfriendly Ghost, which consisted of 209 pairs of speeches. Maximum politeness deviation is 138 pairs of utterances (66.02%), while fulfillment of politeness maxim is found as many as 71 pairs of utterances (33.98%). Found 1 data maximal deviations (0.72%), 5 data maximal maximal deviations (3.62%), 46 maximal awards deviations (33.3%), 26 data maximization simplicity (18.84 %), deviation of agreement maximization as much as 61 data (44.3%), and deviation of maximization of conclusions as much as 17 data (12.6%). Then obtained politeness scale of 209 pairs of utterances. 138 fulfills politeness and 71 pairs of utterances fulfill impoliteness. The results of this study concluded that the deviations in maxim of politeness speak more than the fulfillment of politeness maxim in the cartoon film SpongebobSquarepants. In this study can be implicated in Indonesian language learning, namely learning in the text of the discussion class IX junior high school.   Keywords: politeness maxim, cartoon film, Spongebob Squarepants   Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan penyimpangan maksim kesantunan yang terjadi di dalam film kartun Spongebob Squarepants yang dilakukan pada bulan Januari sampai dengan bulan Mei 2018. Fokus yang digunakan dalam penelitian ini adalah penyimpangan  maksim kesantunan berbahasa yang diturunkan dari teori Leech meliputi: penyimpangan maksim kebijaksanaan, penyimpangan maksim kedermawanan, penyimpangan maksim penghargaan, penyimpangan maksim kesederhanaan, penyimpangan maksim permufakatan, dan penyimpangan maksim kesimpatisan. Dengan sub fokus skala kesantunan yang meliputi skala kerugian dan keuntungan, skala pilihan, skala ketidaklangsungan, skala keotoritasan, dan skala jarak sosial. Metode yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif dengan teknik analisis isi. Objek penelitian ini adalah film kartun Spongebob Squarepants karya Stephen Hillenburg. Dalam penelitian ini didapatkan data pada film kartun Spongebob Squarepants dalam tiga episode yaitu Pineapple Fever, Sandy, Spongebob, and The Worm, dan Squidward The Unfriendly Ghost sebanyak 209 pasangan ujaran. Penyimpangan maksim kesantunan sebanyak 138 pasangan ujaran (66,02%), sedangkan pemenuhan maksim kesantunan ditemukan sebanyak 71 pasangan ujaran (33,98%). Ditemukan penyimpangan maksim kebijaksanaan sebanyak 1 data (0,72%), penyimpangan maksim kedermawanan sebanyak 5 data (3,62%), penyimpangan maksim penghargaan sebanyak 46 data (33,3%), penyimpangan maksim kesederhanaan sebanyak 26 data (18,84%), penyimpangan maksim permufakatan sebanyak 61 data (44,3%), dan penyimpangan maksim kesimpatisan sebanyak 17 data (12,6%). Selanjutnya didapatkan skala kesantunan sebanyak 209 pasangan ujaran. 138 memenuhi kesantunan dan 71 pasangan ujaran memenuhi ketidaksantunan. Hasil penelitian ini disimpulkan bahwa penyimpangan maksim kesantunan berbahasa lebih banyak dibandingkan dengan pemenuhan maksim kesantunan pada film kartun  Spongebob Squarepants. Pada penelitian ini dapat diimplikasikan terhadap pembelajaran bahasa Indonesia, yaitu pembelajaran dalam teks diskusi kelas IX SMP. Kata kunci: maksim kesantunan, kartun, Spongebob Squarepants


2016 ◽  
Vol 22 (2) ◽  
pp. 353-375
Author(s):  
Fitri Iskandar

Abstract This article discusses about the types of idiomatic expression and the translation accuracy of English idiomatic expression into Indonesian in “Big Hero 6” film subtitle translated by Lebah Ganteng by using qualitative descriptive method. The writer analyses the data by classifying the type of idiomatic expressions based on McCarthy and O’Dell’s theory about the types of idiom, giving explication toward the translation strategy of idiomatic expression that is done by the translator based on Mona Baker’s theory about translation strategy of idiom, and analyzing the translation accuracy of English idiomatic expression translation into Indonesian considering the appropriate of the context of film and related theory about accuracy-rating assessment by Nababan. As the result, the types of idiomatic expression applied in that film are compound, verb +object, prepositional phrase, and whole clause and sentence. The translator seems prefer to use omission of entire idiom, paraphrasing, and using idiom of similar meaning and form strategy in translating idiom expression. ---Abstrak Tulisan ini membahas tentang jenis-jenis ungkapan idiom dan keakurasian terjemahan subtitle idiom dari bahasa Inggris ke dalam bahasa Indonesia dalam film “Big Hero 6” yang diterjemahkan oleh tim Lebah Ganteng dengan menggunakan metode deskriptif. Penulis mengklasifikasi jenis ungkapan idiom berdasrkan teori   McCarthy dan O’Dell, mengenai jenis-jenis idiom, dengan memberikan eksplikasi terhadap strategi penerjemahan yang dilakukan berdasarkan teorinya Mona Baker, Strategi Penerjemahan Idiom. Di samping itu penulis juga menganalisis keakurasian penerjemahan ungkapan idiom dari bahasa Inggris ke dalam bahasa Indonesia dengan menggunakan konsep Penilaian Penerjemahan yang diajukan oleh Nababan. Hasil dari pembahasan tentang penerjemahan idiom yang ada dalam film tersebut, penulis menyimpulkan bahwa penerjemah tampaknya lebih sering menggunakan penghilangan idiom, memparafrasa, dan menggunakan kesamaan idiom antara bahasa sumber dan bahasa sasaran. DOI : 10.5281/zenodo.556810


2019 ◽  
Vol 9 (1) ◽  
pp. 66-84
Author(s):  
Nivia Putri Ratna Juwita

Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk (1) mendeskripsikan karakteristik kebahasaan teks pidato mahasiswa yang berperan menjadi guru BP, dan (2) mendeskripsikan implementasi karakteristik kebahasaan teks pidato mahasiswa yang berperan menjadi guru BP sebagai bahan ajar bahasa Indonesia di SMP. Metode penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif. Data penelitian berupa kata, frasa, klausa, dan kalimat yang terdapat dalam pidato mahasiswa yang berperan menjadi guru BP. Sumber data penelitian berupa wacana pidato mahasiswa. Teknik pengumpulan data menggunakan teknik simak dan catat. Untuk menganalisis data penelitian ini digunakan teknik padan referensial dan padan fonetis artikulatoris, teknik perluasan dalam metode agih, dan teknik baca markah. Adapun hasil penelitian ini menemukan bahwa karakteristik kebahasaan dalam teks pidato mahasiswa yang berperan menjadi guru BP  terdapat enam bidang, yakni (1) bidang ragam non-formal, (2) bidang sosiolinguistik yang meliputi campur kode dan alih kode, (3) bidang sintaksis terdiri dari pleonasme, konjungsi, dan kata mubadzir, (4) bidang fonologi meliputi kesalahan epentesis dan kesalahan pengucapan bunyi atau pelafalan bunyi, (5) bidang morfologi yang meliputi proses afiksasi prefiks me-, kata keterangan jumlah dan derajat, kata keterangan tempat, keterangan akibat (keterangan konsekuatif), kata depan pada dipakai jika diikuti kata keterangan waktu, dan penggunaan kata depan kepada, dan repetisi, dan (6) bidang pragmatik yaitu interjeksi. Kata kunci: Karakteristik kebahasaan, pidato, guru BP   Abstract This study aims (1) to describe the linguistic characteristics​​in the speeches of students who act as BP teachers and (2) to describethe implementation the linguistic characteristics ​​in the speeches of students who act as BP teachers. This research method uses a qualitative descriptive method. The research data are in the form of words, phrases, clauses, and sentences contained in student speeches which play the role of becoming BP teachers. The source of research data is in the form of student speech discourse. The data collection technique uses the technique to see and note. To analyze this research data used referential equivalent techniques and articulatory phonetics, extension techniques in the method of religion, and marking reading techniques. The results of this study found that the linguistic form ​​in the speeches of students who act as BP teachers. This research method uses a qualitative ​​in the speech of students acting as BP teachers had six fields, namely (1) non-formal variety fields, (2) sociolinguistic fields which included code mixing and code switching, (3) syntactic fields consisting of pleonasms, conjunctions, and the word mubadzir, (4) the field of phonology includes episodes of errors and pronunciation of sounds or pronunciation of sounds, (5) the field of morphology which includes the affixation process of the prefix, adverbs of number and degrees, place adverbs, statements of consequences (consequential information), the preposition used if followed by the adverb of time, and the use of the preposition for, and repetition, and (6) the field of pragmatics, namely interjection. Keywords: Linguistic characteristics, speech, BP teachers


2019 ◽  
Vol 9 (1) ◽  
pp. 1
Author(s):  
Lili Agustina Irni Cahyani

AbstractThe Ability to Pronounce Morphological Devices Mentally Retarded Children at TheSeventh Grade Students of SMP LB Banjarmasin. This study focuses on pronunciationof morphological devices, namely affixation, source reduplication in SMP LBBanjarmasin.This study used qualitative descriptive method. The data collected wasbased on the actual environment and in the situation as it was the ability to pronouncementally retarded children. Data collection started from observation, recording,interviewing, and library techniques. Sources of the data study were mild mentallyretarded children. Based on the result of the study, it can be concluded that topronounce affixtion of students of SMP LB Banjarmasin seen in using prefix me-, ber-,ter-, pe-, di-, sufix -an, -kan, and confix me-kan, ke-an. Mentally retarded children oftenadd phonemes when speaking, as in prefks men- became meng, prefix ber- becamebeng, and mentally retarded children often removed phonemes when speaking as prefixme(N)- became me-. The reduplication abilty found was reduplication in the form ofintact repetition, partial reduplication and basic affixed reduplication. The ability tocomposition mild mentally retarded chldren pronounces in using composition such asbahasa Indonesia, naik kelas, salat jumat, musim hujan, musim panas, and makansiang. But, there were some of mild mentally retarded children who did not usecomposition correctly such as pak gulu, lumah sakit, tanah ail, ail mata, kelas kepala,keleta api, melimpah luah, halta benda, jalan laya, olang tua, padang lumput, and halilibul. The ability to pronounce mild retarded children when they were affixed,duplicated, and composed by morphophonemic process including changes n phoneme/r/ became phoneme /l/ caused by mild retarded children experiencing obstacles whenreciting phoneme /r/.Key words: pronounce, morphological, tunagrahita2AbstrakKemampuan Pengucapan Piranti Morfologi Anak Tunagrahita Kelas VII SMP LBBanjarmasin. Penelitian ini memfokuskan kemampuan pengucapan piranti morfologi,yaitu afiksasi, reduplikasi komposisi pada siswa SMP LB Banjarmasin. Penelitian inimenggunakan metode kualitatif deskriptif. Data yang dikumpulkan berdasarkan darilingkungan yang sebenarnya dan dalam situasi apa adanya, yaitu kemampuanpengucapan anak berketerbelakangan mental (tunagrahita). Pengambilan data dimulaidari teknik observasi, rekaman, wawancara, pencatatan dan teknik kepustakaan.Sumber data penelitian adalah anak tunagrahita ringan. Berdasarkan hasil penelitiandapat disimpulkan bahwa kemampuan pengucapan afikasasi siswa SMP LBBanjarmasin terlihat dalam menggunakan prefiks me-, ber-,ter-, pe-, di- sufiks -an, -kan, dan konfiks me-kan, ke-an. Anak tunagrahita sering melakukan penambahanfonem ketika berbicara, seperti pada prefiks men- menjadi meng, prefiks ber- menjadibeng, serta anak tunagrahita ringan sering melakukan penghilangan fonem ketikaberucap, seperti prefiks me(N)- menjadi me-. Kemampuan reduplikasi yang ditemukanadalah reduplikasi berupa pengulangan utuh, reduplikasi sebagian, dan reduplikasidasar berafiks. Kemampuan komposisi anak tunagrahita ringan tepat mengucapkandalam menggunakan komposisi, yaitu bahasa Indonesia, naik kelas, salat jumat, musimhujan, musim panas, dan makan siang. Namun, ada sebagian anak tunagrahita ringanyang tidak tepat menggunakan komposisi seperti pak gulu, lumah sakit, tanah ail, ailmata, kelas kepala, keleta api, melimpah luah, halta benda, jalan laya, olang tua,padang lumput, dan hali libul. Kemampuan pengucapan anak tunagrahita ringan ketikaberafiksasi, bereduplikasi, dan berkomposisi yang dilakukan dengan prosesmorfofonemik, meliputi perubahan fonem /r/ menjadi fonem /l/ yang disebabkan anaktunagrahita ringan mengalami hambatan ketika melafalkan fonem /r/.Kata-kata kunci: pengucapan, morfologi, tunagrahita


2021 ◽  
Vol 8 (1) ◽  
pp. 83-95
Author(s):  
Lulu Jola Uktolseja ◽  
Sherly Gaspersz

The objectives of the study are to describe (1) Attributive endocentric phrases, (2) Appositive endocentric phrases, (3) Coordinative endocentric phrases, and, (4) Exocentric phrases. The research methodology used in this research is qualitative descriptive method. Techniques for collecting data in this research are the observation and interviewing the informants. In analyzing the data, the researcher used the tagmemic methods. The informants of this research are the people of Maybrat region who lived in Jl. Tanjung Dofior Belakang Unamin. The informants have fulfilled the requirements given by the researcher. The approach used in this study was bilingual approach, instead of monolingual approach, that is, by asking the informants to translate the words (phrases) from Bahasa Indonesia to Maybrat language. The result of this research is the phrase of Maybrat language divided into two kinds as general, they are endocentric and exocentric phrase. It is also classified into noun phrase, pronoun phrase, verb phrase, adjective phrase and pre(post) position phrase. Each phrase has its own pattern. Some of them are similar into English and Indonesian, but some are really different.


2020 ◽  
Vol 7 (2) ◽  
Author(s):  
Willem Hanny Rawung ◽  
Leika M V. Kalangi ◽  
Rina Pamantung

AbstractCigulu-cigulu is a form of a riddle game. A question or a statement was delivered and then the other person or the interlocuters must find the appropiate answer or the respond for the said question or statement. Cigulu-cigulu is the abbreviated form of "cigi kong gulung-gulung in Manado Malay (BMM), If translated to Bahasa Indonesia it means "tarik lalu digulung" (pull then roll). The research method used to find connotative meanings in cigulu-cigulu is a qualitative descriptive method with the intention of understanding phenomena experienced by informants such as behavior, perception, motivation, etc. by means of descriptions in the form of words and language in a specific context that is natural and by utilizing natural methods. The results showed that in cigulu-cigulu found connotative meaning both positive and negative. Positive when statements / questions are submitted or answers to statements / statements; vice versa. Generally cigulu-cigulu associated with food. The food in question is typical or traditional food from Manado. Semantically this is motivated because Manado have varieties of delicious food. Manadonese people are also known to likely state everything directly, not ashamed to express something "taboo" which for some other communities / cultures are considered uncultured or even forbidden to say.Keywords: cigulu-cigulu, BMM, connotative meaning


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document