SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS DALAM PEMETAAN PENYAKIT DEMAM BERDARAH DENGUE

2019 ◽  
Vol 6 (1) ◽  
pp. 52
Author(s):  
Ivan Tinarbudi Gavinov ◽  
Vivi Cahyani Putri

DBD merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat di indonesia, DBD adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus dengue dan ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes Aegypti. Kejadian paling tinggi terjadi di wilayah kerja Puskesmas Kasihan II Kabupaten Bantul. Di wilayah kerja puskesmas Kasihan II di desa Tirtonirmolo dan desa Ngestiharjo Kabupaten Bantul  terdapat 29 kasus DBD pada Tahun 2017. Mengetahui faktor-faktor terjadinya DBD dan angka kejadian DBD serta mengetahui informasi terkait kejadian penyakit DBD dengan menggunakan metode SIG di wilayah kerja puskesmas kasihan II Kabupaten Bantul. Jenis penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif dengan pendekatan Case Control dengan Sampel 58 yaitu 29 kasus dan 29 kontrol terhadap kasus DBD di wilayah kerja Puskesmas Kasihan II,Bantul,Yogyakarta pada bulan Oktober 2018. Analisa data yang digunakan adalah analisis kuantitatif menggunakan Chi Square. Faktor lingkungan dan faktor perilaku masyarakat mempengaruhi terjadinya penyakit DBD yang dapat meningkatkan risiko terjadinya Demam Berdarah Dengue (DBD) dan peta buffer yang menjelaskan jarak terbang nyamuk pada jarak 100 meter, 300 meter dan 500 meter, dan berdasarkan analisis spasial menunjukkan adanya klaster. Faktor yang dapat meningkatkan DBD keberadaan barang bekas, pagar rumah yang dapat menampung air, ventilasi atau cahaya matahari yan masuk dalam rumah, responden yang pernah menderita DBD, penularan DBD melalui tetangga atau teman sekolah, kebiasaan menutup tempat penampungan air.

2019 ◽  
Vol 17 (1) ◽  
Author(s):  
Nur Fauziah ◽  
Umi Rahayu ◽  
Imam Thohari

Tindakan pencegahan penyakit Demam Berdarah Dengue dilakukan dengan pengendalian terhadap vektor melalui pemberantasan jentik nyamuk Aedes aegypti yang dapat dikombinasikan dengan perilaku menguras, menutup dan mengubur (3M) sehingga akan menjadi lebih efektif dalam mencegah penyakit DBD. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan keberadaan kontainer dengan perilaku 3M (menguras, mengubur, menutup) penghuni terhadap kejadian penyakit DBD.Jenis penelitian ini adalah penelitian Analitik dengan menggunakan studi Case Control dan dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Tenggilis dengan besar sampel sebanyak 20 rumah penderita DBD tahun 2016 dan 20 rumah kontrol. Teknik pengambilan sampel menggunakan teknik simple random sampling yang kemudian dianalisis menggunakan uji chi-square dan regresi binary logistic dengan derajat kesalahan (α) sebesar 0,05.Hasil penelitian menunjukkan bahwa, variabel yang berhubungan dengan kejadian Demam Berdarah Dengue di wilayah kerja Puskesmas Tenggilis adalah Sikap (p value : 0,013<0,05) dan Tindakan (p value : 0,027<0,05)  terkait 3M serta Keberadaan Kontainer (p value : 0,038<0,05). Sedangkan variabel yang tidak berhubungan dengan kejadian Demam Berdarah Dengue adalah Pengetahuan terkait 3M (p value : 0.376>0,05). Variabel yang paling mempengaruhi kejadian Demam Berdarah Dengue adalah Sikap responden terkait 3M.Hendaknya masyarakat meningkatakan kepedulian terhadap kebersihan lingkungan dan kesadaran akan pentingnya menguras bak mandi secara rutin. Sedangkan bagi instansi Puskesmas dapat lebih sering memberikan edukasi dan informasi terkait penyakit demam berdarah dengue  kepada masyarakat. Kata kunci : DBD, Kontainer, 3M


2019 ◽  
Vol 2 (3) ◽  
pp. 110
Author(s):  
Pariono Sinaga ◽  
Hartono Hartono

Penyakit demam berdarah dengue merupakan salah satu penyakit tular vektor yang menyerang masyarakat perkotaan (aedes aegypti) dan masyarakat pedesaan (aedes albopictus). Salah satu daerah endemis DBD di Kota Medan adalah wilayah kerja Puskesmas Medan Johor dimana setiap tahunnya di wilayah tersebut selalu ditemukan kasus baru DBD dan jumlah kasus DBD selalu meningkat pada akhir tahun karena musim penghujan. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah survei analitik dengan menggunakan pendekatan case control.  Populasi penelitian ini adalah seluruh keluarga yang bertempat tinggal di wilayah kerja puskesmas medan johor yaitu sebanyak 20.968 KK. Sampel dalam penelitian ini dibagi dua kelompok yaitu kelompok kasus dan kelompok kontrol. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah total population untuk kelompok kasus yaitu sebanyak 20 responden dan purposive sampling untuk kelompok kontrol sebanyak 20 orang dengan perbandingan 1:1. Hasil penelitian ini menggunakan uji statistik chi-square dengan tingkat kepercayaan 95%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan pelaksanaan pemberantasan sarang nyamuk (PSN), menggantung pakaian dan tidur siang/sore dengan kejadian DBD dengan masing – masing p-value < dari α (0,027<0,05), (0,022<0,05), (0,027<0,05). tidak ada hubungan kasa pada ventilasi, menggunakan obat/anti nyamuk  dan menggunakan kelambu dengan kejadian DBD dengan masing – masing  p-value > dari α (0,197>0,05), (0,311>0,05), (0,053>0,05). Kesimpulannya adalah ada hubungan pemberantasan sarang nyamuk (PSN), menggantung pakaian dan tidur siang/sore dengan kejadian DBD. Disarankan kepada masyarkat untuk selalu aktif melakakukan tindakan – tindakan pencegahan penyakit DBD.


Syntax Idea ◽  
2021 ◽  
Vol 3 (4) ◽  
pp. 789
Author(s):  
Hetti Citra Marbun ◽  
Sri Malem Indirawati ◽  
Nurmaini Nurmaini

Penyakit demam berdarah dengue (DBD) merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh virus dengue, ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti. Kabupaten Serdang Bedagai merupakan daerah endemis DBD. Pada tahun 2019 jumlah kasus DBD sebanyak 183 kasus dengan 1 kasus meninggal (Incidence Rate 29,6 per 100.000 penduduk dan CFR = 0,5). Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis hubungan karakteristik penjamu dan breeding place dengan kejadian demam berdarah dengue di Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2020. Metode penelitian adalah analitik observasional dengan desain case control. Sampel penelitian adalah anak yang berusia 0 bulan sampai 17 tahun yang berjumlah 84 orang. Pengumpulan data melalui wawancara dan observasi. Analisis data dilakukan secara univariat dan bivariat menggunakan uji chi-square. Berdasarkan analisis bivariat menunjukkan adanya hubungan kebiasaan memakai obat anti nyamuk (OR= 4,580), perilaku pemberantasan sarang nyamuk (OR = 3,100) dan keberadaan breeding place dengan (OR = 4,000). Sementara itu tidak ada hubungan umur dan jenis kelamin dengan kejadian DBD. Maka, dari hasil penelitian tersebut disarankan bagi masyarakat Kabupaten Serdang Bedagai agar selalu membiasakan memakai obat anti nyamuk di rumah namun tidak disarankan menggunakan obat anti nyamuk bakar dikarenakan tidak ramah lingkungan dan sebaiknya masyarakat menggunakan lotion anti nyamuk, elektrik, obat anti nyamuk semprot dan sebaiknya di rumah menggunakan kawat kasa. Mengurangi tempat penampungan air, menguras TPA secara rutin, dan melakukan pemberantasan sarang nyamuk seminggu sekali.


2020 ◽  
Vol 3 (1) ◽  
Author(s):  
Abdurrakhman abdurrakhman Abdurrakhman

ABSTRACT : The House index and Container Index in the buffer area of ​​the working area of ​​Balikpapan Sepinggan Airport is still above 1%, so the potential for the spread of dengue disease. Mobilization of people, goods and transportation equipment will increasingly affect the transmission of disease in ports and airports, especially for vector-borne diseases. This study aims to analyze the risk factors associated with larvae density of Aedes aegypti and describe the larvae index in the buffer zone of the Sepinggan Balikpapan Airport This study was a descriptive study with a cross sectional design. The sample in this study was 121 houses with a proportionate stratified random sampling, the research location was in the buffer zone of Sepinggan Balikpapan Airport in November 2018. The variables studied were houses with positive larvae containers, breeding sites and PSN behavior and larvasidation. The data was analyzed using the chi square test. There was a relationship between houses with larvae positive Aedes aegypti, behavior of Mosquito Nest Eradication (PSN) and larvasidation with larvae density of Aedes aegypti but not for breeding sites (p = 0.00 and 95% CI = 0.64), and   (p = 0.00 and 95% CI = 0.34). The description of several Aedes aegypti larvae index, namely House Index (HI) = 57.02%, Container Index (CI) = 24.36%, Bruteau Index (BI) = 148.76, and Flick Free Numbers (ABJ) = 42.98 %. Houses with larvae of Aedes aegypti larvae and PSN and larvasidation behavior were associated with larvae density of Aedes aegypti. The index of HI, CI and BI larvae is of high value so there is a risk of DBD transmission


2019 ◽  
Vol 2 (1) ◽  
pp. 39-44
Author(s):  
Ermawati Ermawati ◽  
Hafni Bachtiar

Prolap organ panggul merupakan kondisi yang mempengaruhi kualitas hidup wanita. Prolaps organ panggul ini dapat disebabkan oleh perlukaan sewaktu proses persalinan, proses penuaan, komposisi jaringan pada seorang wanita, batuk- batuk kronis, atau sering melakukan pekerjaan berat. Pengenalan dini prolaps terkait dengan prognosis pemulihan anatomik dan fungsional organ panggul. Hingga kini, penerapannya dalam dunia klinis belum banyak sehingga pelatihan dan pembelajaran lebih lanjut tentang pelvic organ prolapse quantification (POPQ) jelas diperlukan. Penelitian ini dilakukan dengan metode case control study di polikilinik Obgin RSUP. Dr. M. Djamil Padang mulai bulan September 2013 sampai jumlah sampel terpenuhi sebanyak 98 orang. Dengan 49 orang kelompok kontrol dan 49 orang kelompok kasus .Analisis dilakukan untuk menilai hubungan usia, paritas, pekerjaan dan indek massa tubuh dengan kejadian prolap organ panggul berdasarkan skor POPQ. Data disajikan dalam bentuk tabel. Data diuji dengan t test dan chi square test. Jika p<0,05 menunjukan hasil yang bermakna. Terdapat hubungan yang bermakna antara usia dengan kejadian prolap organ panggul dengan (p<0,05) dan OR 27,871.terdapat hubungan yang bermakna antara paritas dengan kejadian prolap organ panggul dengan (p<0,05) dan OR 52,970.Dari analisa statistik pekerjaan tidak bisa di uji secara statistik.indek massa tubuh tidak terdapat hubungan yang bermakna terhadap kejadian prolap organ panggul.(p>0,05)


2016 ◽  
Vol 35 (4) ◽  
pp. 322-327
Author(s):  
Presilia Jesica ◽  
Nur Hilal ◽  
Khomsatun Khomsatun

Dermatitis merupakan peradangan kulit sebagai respon terhadap pengaruh faktor-faktor lingkungan seperti polutan dan alergen-alergen. Data Dinas Kesehatan Banyumas Tahun 2015 kasus Dermatitis tertinggi Kecamatan Patikraja 1.358 pasien. Bulan Nopember tahun 2015, pasien Dermatitis tertinggi 138 orang di Desa Kedungrandu. Wilayah Desa Kedungrandu merupakan lokasi Tempat Pembuangan Akhir Gunung Tugel dimana tempat pembuangan akhir gunung tugel merupakan yang terbesar di Banyumas. Tujuan penelitian ini untuk menganalisis hubungan jenis sumber air dan personal hygiene dengan kejadian Dermatitis  Metode penelitian yang digunakan adalah observasi dan case control dengan 27 responden kasus dan 27 responden kontrol. Variabel penelitian ini sarana sumber air dan personal hygiene yang terdiri dari perilaku mandi, perilaku berpakaian dan perilaku tidur. Analisis menggunakan analisis SPSS versi 1.7 dengan uji chi-square dengan α 0,05. Hasil penelitian menunjukkan variabel yang memiliki hubungan dengan kejadian penyakit Dermatitis adalah jenis sumber air dengan nilai p value= 0,001, personal hygiene merupakan variabel yang tidak mimiliki hubungan dengan kejadian penyakit Dermatitis di Desa Kedungrandu dengan hasil nilai p value= 1,000. Kesimpulan penelitian yaitu jenis sumber air dapat menjadi salah satu faktor penyebab Dermatitis di Desa Kedungarandu. Peneliti menyarankan dari pihak puskesmas meningkatkan kerja sama dengan pemerintah desa untuk melakukan penyuluhan dan meningkatkan program kesehatan lingkungan.


2018 ◽  
Vol 5 (2) ◽  
pp. 21-29
Author(s):  
Lina Marlina
Keyword(s):  

ABSTRAK Usia menikah yang terlalu muda mengakibatkan ibu belum siap dalam mengasuh balita karena kurangnya kematangan ibu dalam mengasuh balita, sehingga pola asuh anak juga sangat berpengaruh terhadap tumbuh kembang anak. Dampak dari pola asuh otoriter terhadap anak adalah anak menjadi penakut, pendiam, tertutup, tidak berinisiatif, keperbadian yang lemah, cemas dan menarik diri. Dampak dari pola asuh permisif membuat anak-anak yang agresif tidak patuh, manja, kurang mandiri, mau menang sendiri, serta kurang percaya diri. Desa Karangresik merupakan desa yang paling tinggi angka kejadian pernikahan dini dari Desa yang lainnya di Kecamatan Jamanis. Hasil studi pendahuluan terhadap 5 ibu yang menikah muda di Desa Karangresik, terdapat 2 orang dengan pola asuh otoriter dan 3 orang menggunakan pola asuh permisif. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara pernikahan dini pada ibu yang mempunyai balita dengan pola asuh anak di Desa Karangresik Kecamatan Jamanis Kabupaten Tasikmalaya. Jenis penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif, dengan metode case control dan menggunakan pendekatan “retrospektif”. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu yang mempunyai balita di Desa Karangresik Kecamatan Jamanis Kabupaten Tasikmalaya pada bulan Mei tahun 2016 sebanyak 45 responden. Teknik pengambilan sampel yaitu total sampling. Hasil penelitian menunjukan bahwa kejadian pernikahan usia muda di Desa Karangresik Kecamatan Jamanis Kabupaten Tasikmalaya sebagian besar berada pada kategori tidak menikah di usia dini sebanyak 35 orang (77,8%). Dan pola asuh anak sebagian besar menggunakan pola asuh demokratis sebanyak 27 orang (60%). Analisis bivariat diolah menggunakan Uji Chi Square dengan nilai p = 0,004 (p < 0,005), sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara pernikahan dini pada ibu yang mempunyai balita dengan pola asuh anak di Desa Karangresik Kecamatan Jamanis Kabupaten Tasikmalaya. Untuk mengatasi hal tersebut, maka perlu diadakannya penyuluhan kepada setiap para remaja agar tidak menikah di usia muda. Kata Kunci : Pernikahan Dini, Pola Asuh Anak


2018 ◽  
Vol 3 (3) ◽  
pp. 575
Author(s):  
Neila Sulung ◽  
Rizki Yananda ◽  
Adriani Adriani

<p>Cancer is one of the leading causes of death worldwide. In Indonesia every year 1: 3 women per 1000 population are affected by breast cancer. Breast cancer is a cancer that attacks most women. The incidence of breast cancer is currently estimated at 39 per 100,000 population in 2008. The purpose of this study was to determine the factors associated with the risk of female breast cancer in surgical outpatient poly patients at Dr. Achmad Mochtar, Bukittinggi City. This study uses descriptive analytic method with a case control approach. The sampling technique in this study was accidental sampling. The sample in this study were all women diagnosed with breast cancer, amounting to 50 cases and 50 controls with data processing through computerization. The instrument used in this study is a questionnaire. Data analysis was performed using Chi-Square test (α = 0.05). The results showed that the factors associated with the incidence of breast cancer were genetic (p = 0.009), menarche (p = 0.014), menopause (p = 0.016), hormonal contraception (p = 0,045), obesity (p = 0,043), and high food fat (p = 0.028).  Conclusions of the study are factors related to the risk of breast cancer incidence are genetic, menarche, menopause, hormonal contraception, obesity and high-fat foods.<br /> </p><p>Penyakit kanker merupakan salah satu penyebab kematian utama di seluruh dunia. Di Indonesia setiap tahun 1:3 wanita per 1000 penduduk terserang kanker payudara. Kanker payudara merupakan kanker yang paling banyak menyerang perempuan. Angka kejadian kanker payudara saat ini diperkirakan 39 per 100.000 penduduk pada tahun 2008. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan risiko kanker payudara wanita pada pasien poli rawat jalan bedah di RSUD Dr. Achmad Mochtar Kota Bukittinggi. Penelitian ini menggunakan metode <em>deskriptif analitik</em> dengan pendekatan <em>case control</em>. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah <em>accidental sampling.</em> Sampel dalam penelitian ini adalah semua wanita yang terdiagnosis kanker payudara, berjumlah 50 kasus dan 50 kontrol dengan pengolahan data melalui komputerisasi. Instrument yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar kuisioner. Analisis data dilakukan menggunakan uji <em>Chi-Square </em>(α=0,05). Hasil penelitian menunjukkan faktor yang berhubungan dengan kejadian kanker payudara adalah genetik (p=0,009), <em>menarche</em> (p=0,014;), <em>menopause</em> (p=0,016), kontrasepsi hormonal (p=0,045), <em>obesitas </em>(p=0,043), dan makanan tinggi lemak (p=0,028). Simpulan penelitian adalah faktor yang berhubungan dengan risiko kejadian kanker payudara adalah genetik, <em>menarche, menopause,</em> kontrasepsi hormonal, <em>obesitas</em> dan makanan tinggi lemak.</p>


2020 ◽  
Vol 4 (2) ◽  
pp. 107-119
Author(s):  
Swaidatul Masluhiya AF ◽  
Irma Irma

Masalah kesehatan masyarakat yang cukup seriuspada kelompok usia balita sampai saat ini adalah kejadian malnutrisi, hal iniberdampak pada gangguan pertumbuhan dan perkembangan fisik balita. Malnutrisi juga dapat menyebabkan balita menjadi rentan terhadap penyakit infeksi. Beberapa faktor penyebab malnutrisi diantaranya faktor makanan dan penyakit infeksi yang mungkin diderita anak, faktor ketahanan pangan dikeluarga, pola pengasuhan anak, pelayanan kesehatan dan kesehatan lingkungan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah sindrom penyakit tropis merupakan prediktor terjadinya gizi kurang pada balita. Penelitian ini termasuk penelitian observasional analitik dengan rancangan Case Control Study. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pasangan ibu dan balita yang ada di daerah pesisir kecamatan Nambo Kota Kendari denganteknik simple randam sampling di dapatkan jumlah sampel  sebanyak 164 orang yang terdiri dari dua kelompok yaitu kelompok kasus dan kelompok kontrol dengan perbandingan 1:1. Data dianalisis secara statistik dengan uji Chi square pada tingkat kepercayaan 95% (α=0,05) dengan mempertimbangkan nilai Odd Ratio dan nilai Confidence Interval. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa sindrom penyakit tropis (diare dengan р-value = 0,001 dan OR = 4,162, batuk – batuk dengan р-value = 0,001 dan OR = 3,552,ISPAnon pneumoni dengan р-value = 0,004 dan OR = 3,003) merupakan faktor prediktor terjadinya malnutrisi pada balita sedangkan infeksi cacing dengan р-value = 0,056 dan OR= 1,773 bukan merupakan faktor prediktor terjadinya malnutrisi pada balita di daerah pesisir Kecamatan Nambo Kota Kendari


2021 ◽  
Vol 10 (14) ◽  
pp. 3177
Author(s):  
Edyta Szymanska ◽  
Maciej Dadalski ◽  
Joanna Sieczkowska-Golub ◽  
Dorota Jarzebicka ◽  
Monika Meglicka ◽  
...  

Background: Infusion reactions (IRs) are the most common adverse events (AEs) of infliximab (IFX) treatment in patients with inflammatory bowel disease (IBD). Prophylactic premedication (PM) with corticosteroids or antihistamines prior to IFX infusions has been used in clinical practice, but its efficacy is not known. The aim of this study was to assess the influence of steroid PM on IR incidence in pediatric patients with IBD receiving IFX. Methods: We performed a case–control study that included pediatric patients with IBD receiving IFX. Patients were divided into four subgroups according to the agent and PM they received: Remicade (original drug) + PM, and two biosimilars—Reshma +/− PM, and Flixabi—PM. At our site, until 2018, PM with steroids was used as a part of standard IFX infusion (PM+); however, since then, this method has no longer been administered (PM−). IRs were divided into mild/severe reactions. Differences between subgroups were assessed with the appropriate chi-square test. Multivariate logistic regression was used to assess associations between PM and IR incidence, correcting for co-medication usage. Results: There were 105 children (55 PM+, 44 male, mean age 15 years) included in the study who received 1276 infusions. There was no difference between the PM+ and PM− subgroups, either in incidence of IR (18.2% vs. 16.0% of patients, p > 0.05) or in percentage of infusions followed by IR (2.02% vs. 1.02% of infusions, p > 0.5). The OR of developing IR when using PM was 0.34, and the difference in IRs ratio in PM+ and PM− patients was not statistically significant (95% CI, 0.034–1.9). There were 11/18 (61.1%) severe IRs (anaphylactic shock) reported in all patients (both PM+ and PM−). Conclusion: At our site, the incidence of IR was low, and PM did not decrease the incidence of IR in pediatric patients with IBD receiving IFX. These results indicate that PM with steroids should not be a standard part of IFX infusion to prevent IR.


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document