HUMANIKA
Latest Publications


TOTAL DOCUMENTS

135
(FIVE YEARS 50)

H-INDEX

1
(FIVE YEARS 0)

Published By Universitas Negeri Yogyakarta

2579-4248, 1412-1271

HUMANIKA ◽  
2021 ◽  
Vol 21 (2) ◽  
pp. 129-150
Author(s):  
Datu Jatmiko

Tulisan ini bertujuan untuk mendapatkan informasi mengenai peristiwa klithih yang akhir-akhir ini terjadi di Kota Yogyakarta dan sekitarnya. Klithih merupakan jenis kenakalan remaja yang mengarah pada konflik sosial dan kekerasan di masyarakat. Klithih pada awalnya adalah sebuah ajang yang digunakan oleh para remaja untuk menunjukkan eksistensinya di dalam pergaulan antar remaja di Yogyakarta. Pada akhirnya klithih akhirnya berubah menjadi ajang untuk menciptakan sebuah konflik sosial dan kekerasan dengan menyasar siapa saja yang berada di jalan raya. Penyebab umum terjadinya klithih selain untuk menunjukkan eksistensi kelompok remajanya/ peer group juga karena lemahnya pengawasan dan control sosial oleh keluarga dan sekolah karena sebagian besar pelakunya adalah remaja anak sekolah. Dalam perspektif sosiologi, tidak ada jawaban tunggal dalam menjelaskan realitas sosial termasuk fenomena klithih ini karena sosiologi merupakan ilmu sosial berparadigma ganda. Demikian juga dalam menjelaskan realitas klithih di Yogyakarta. Tinjauan klithih di jalanan Kota Yogyakarta ini vital dilakukan agar supaya penjelasan tidak parsial sehingga dapat mengungkapkan pemahaman yang universal dan menyeluruh. Pilihan teoretik tersebut memiliki implikasi metodologis yang selanjutnya diharapkan berakhir pada ditemukannya langkah penyelesaian yang tepat oleh seluruh pihak yang terkait. Langkah solutif untuk pencegahan dan mengatasi terjadinya klithih perlu dilakukan untuk mengembangkan relasi sosial menjadi lebih harmonis dan humanis sekaligus mengurangi terjadinya penyakit sosial yang berupa klithih. This paper aims to get information about klithih events that recently occurred in the city of Yogyakarta and surrounding areas. Klithih is a type of juvenile delinquency that leads to social conflict and violence in society. Klithih was originally an event used by teenagers to show their existence in the association between teenagers in Yogyakarta. Eventually klithih finally turned into a place to create a social conflict and violence by targeting anyone who was on the highway. The most common cause of klithih in addition to showing the existence of adolescents/peer groups is also due to the weak supervision and social control by families and schools because most of the perpetrators are teenage school children. In the perspective of sociology, there is no single answer in explaining social reality including this klithih phenomenon because sociology is a social paradigm with multiple paradigms. Likewise in explaining the reality of klithih in Yogyakarta. This klithih review on the streets of Yogyakarta is vital so that the explanation is not partial so that it can reveal a universal and comprehensive understanding. The theoretical choice has methodological implications which are then expected to end in the discovery of an appropriate settlement step by all parties concerned. Solutive steps to prevent and overcome the occurrence of klithih needs to be done to develop social relations to be more harmonious and humanist while reducing the occurrence of social diseases in the form of klithih.


HUMANIKA ◽  
2021 ◽  
Vol 21 (2) ◽  
pp. 173-192
Author(s):  
Benedecta Indah Nugraheni

PLP merupakan mata kuliah praktik lapangan untuk memberi pengalaman langsung secara komprehensif kepada mahasiswa Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) mengenai dunia persekolahan dan untuk mengembangkan berbagai kompetensi yang dimiliki seorang guru profesional. Dengan adanya pandemi covid-19, PLP dilaksanakan secara daring, sehingga mahasiswa tidak dapat memperoleh pengalaman secara langsung di sekolah tempat pelaksanaan PLP. Praktik ini menjadi kurang ideal untuk mata kuliah PLP. Penelitian ini bertujuan menganalisis hasil refleksi pengalaman mahasiswa peserta PLP secara daring untuk mengetahui penguasaan capaian pembelajaran yang telah ditetapkan, pengalaman-pengalaman positif yang diperoleh dan kendala yang dihadapi mahasiswa, sikap atau nilai-nilai yang berkembang dalam diri mahasiswa, serta pengalaman inspiratif dan niat-niat yang dibangun untuk pengembangan diri yang muncul berdasarkan hasil refleksi. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa mahasiswa dapat menguasai capaian pembelajaran dengan baik dan sangat baik, mahasiswa memperoleh berbagai pengalaman positif dan pengalaman mengatasi kendala yang muncul akibat pandemi, ada sikap atau nilai-nilai yang berkembang dalam diri mahasiswa, mahasiswa memperoleh pengalaman inspiratif, dan muncul niat-niat dari mahasiswa untuk pengembangan diri. Dengan demikian, siklus belajar dalam experiential learning theory dialami oleh mahasiswa peserta PLP daring.School Introduction (PLP) is a field practice course to provide comprehensive direct experience to students of the Teacher Training and Education Faculty (FKIP) regarding school understanding and to develop the various competencies of a professional teacher. In the covid-19 pandemic, PLP has been implemented online, so students cannot gain experience directly at the school where PLP is implemented. This practice is less than ideal for the PLP course. This research aimed to analyze the results of reflections on the experiences of students participating in online PLP to determine the mastery of predetermined learning outcomes, positive experiences, obstacles faced by students, attitudes or values that were developed by students, inspirational experiences, and intentions for self-development that arises based on the results of reflection. This research was a qualitative research. The results showed that students could master learning outcomes well and very well, gained various positive experiences and experiences overcoming obstacles that arise due to the pandemic, developed attitudes or values, gained inspirational experiences, and developed intentions for self-development. Thus, the learning cycle in experiential learning theory was experienced by the students participating the online PLP.


HUMANIKA ◽  
2021 ◽  
Vol 21 (2) ◽  
pp. 113-128
Author(s):  
Desmidar Desmidar ◽  
Mahyudin Ritonga ◽  
Syaflin Halim

Kondisi pembelajaran yang statis dipandang tidak proporsional karena menyebabkan peserta didik merasa terbebani, bosan dan jenuh. Kejenuhan belajar didefinisikan sebagai kelelahan fisik, emosional, dan mental yang dialami oleh siswa yang ditandai dengan penurunan motivasi dan minat peserta didik dalam pembelajaran, motivasi dan minat yang rendah dapat mengakibatkan penurunan prestasi belajar siswa. Kejenuhan belajar terjadi karena proses belajar siswa dilakukan secara terus menerus dan untuk waktu yang lama namun tidak mendapatkan kesuksesan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji efektivitas ice breaking dalam mengurangi kejenuhan peserta didik pada saat pembelajaran. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan desain eksperimen semu. Sampel penelitian tersebut adalah peserta didik kelas VIII.1 MTs Negeri 2 Pasaman, yaitu 41 orang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada penurunan skor rata-rata kejenuhan siswa sebesar 19,07. Pembelajaran dengan menggunakan ice breaking membuat proses pembelajaran mengalami peningkatan kualitas dan hilangnya kejenuhan peserta didik sebesar 15,31%. Rekomendasi kepada guru agar kreatif menciptakan suasana belajar yang menarik dan menyenangkan, salah satunya dengan menerapkan permainan ice breaking dalam proses pembelajaran agar proses pembelajaran menjadi lebih optimal.The demands of learning and teaching and learning activities that menoton judged disproportionate so as to make students feel burdened, bored and saturated. Learning saturation is defined as physical, emotional, and mental fatigue experienced by students characterized by decreased motivation and interest in student learning, which can result in decreased student learning achievement. The saturation of learning occurs because the learning process of students is done continuously and for a long time but does not get success. The purpose of this study is to test the effectiveness of ice breaking to reduce the saturation of students' learning. The research uses quantitative approach with quasi experimental design non equivalent pretest post test control group. The research sample was grade VIII.1 MTsN 2 Pasaman students, which is 41 people. The results showed that there was a decrease in the average score of student saturation of 19.07. A significant change in learning saturation score of 15.31%.  Recommendations to teachers in order to creatively create an interesting and fun learning atmosphere, one of which is by applying ice breaking games in the learning process so that the learning process becomes more optimal.


HUMANIKA ◽  
2021 ◽  
Vol 21 (2) ◽  
pp. 99-112
Author(s):  
Suranto Aw

One of the evaluation parameters that can measure the effectiveness of socialization programs through social media is citizen engagement, namely public involvement in important or essential problems on social media. This evaluation was conducted to analyze the effectiveness of the Covid-19 vaccination socialization program through social media. The object of the evaluation is the netizen conversations on Twitter in the form of messages, statuses, or tweets that mention the keyword 'COVID-19 Vaccine' on social media. The effectiveness criteria of the socialization program were based on the citizen engagement index or the citizen involvement index which is examined from the netizen opinions on sentiment (positive/negative) and emotion (trust/fear) indicators. The evaluation results show that the socialization program has succeeded in increasing positive sentiment and emotions of trust. Positive sentiment was shown by netizens' opinions, which were dominated by posts that supported and accepted the vaccination program. Emotion of trust was dominated by the trust and acceptance posts. This finding, when confirmed with facts in the community, indicates a conformity. The public has supported, approved, trusted and accepted the Covid-19 vaccination.Salah satu parameter evaluasi yang dapat mengukur keefektifan program sosialisasi melalui media sosial  adalah citizen engagement, yaitu keterlibatan publik terhadap suatu problematika penting atau yang dianggap penting di media sosial. Evaluasi ini dilakukan untuk menganalisis keefektifan program sosialisasi vaksinasi Covid-19 melalui media sosial. Objek evaluasi adalah percakapan warganet di Twitter baik berupa pesan, status, maupun tweet yang menyebutkan kata kunci ‘Vaksin COVID-19’ di media sosial. Kriteria keefektifan program sosialisasi mengacu kepada citizen engagement index atau indeks keterlibatan warganet yang dianalisis dari opini warganet pada indikator sentimen (positif/negative) dan emosi (trust/fear). Hasil evaluasi menunjukkan Program sosialisasi berhasil meningkatkan sentiment positif dan emosi trust. Sentimen positif ditunjukkan opini warganet yang didominasi unggahan mendukung dan menyetujui vaksinasi. Emosi trust, didominasi oleh unggahan rasa percaya dan menerima. Temuan ini apabila dikonfirmasi dengan fakta di masyarakat, mengindikasikan adanya kesesuaian. Masyarakat telah mendukung, menyetujui, percaya, dan menerima vaksinasi Covid-19.


HUMANIKA ◽  
2021 ◽  
Vol 21 (2) ◽  
pp. 151-172
Author(s):  
Dewi Amaliah Nafiati

Revisi taksonomi Bloom menitikberatkan pada (1) perubahan aplikasi yang terdiri dari tiga bidang yaitu aplikasi bidang penyusunan kurikulum, aplikasi bidang instruksi pengajaran, aplikasi bidang assesment/ penilaian; dan (2) perubahan terminologi yang menekankan pada sub kategori sehingga penilaian menjadi lebih spesifik, mudah dalam menyusun penilaian pada kurikulum, serta mudah dalam menyusun instruksi pengajaran. Revisi taksonomi Bloom juga mengubah kata kunci operasional dari kata benda menjadi kata kerja dari level terendah sampai dengan level tertinggi.Terdapat perubahan yang sangat signifikan pada revisi taksonomi Bloom di domain kognitif yang terdiri dari dua dimensi yaitu dimensi pengetahuan dan dimensi proses kognitif. Dimensi pengetahuan berubah menjadi faktual, konseptual, prosedural, metakognisi. dimensi proses kognitif baru menjadi mengingat, memahami, mengaplikasikan, menganalisis, mengevaluasi, dan mencipta. Domain afektif meliputi rasa, nilai, apresiasi, antusiasme, motivasi, dan sikap tercermin pada perilaku/ attitude sehari-hari pada proses pembelajaran baik di dalam kelas maupun di luar kelas. Domain psikomotorik dirumuskan sebagai serangkaian kemampuan yang bersifat kongkrit dan abstrak. Bloom's taxonomic revision focuses on (1) application changes that consist of three fields, namely the application of curriculum development. application of teaching instruction area, application of assessment/ assessment field; and (2) changes in the terminology emphasizing sub-categories so that assessment becomes more specific, it is easy to arrange assessments in the curriculum, and easy to arrange instructions teaching. Revised Bloom's taxonomy also changed the operational keywords from words to verbs from the lowest level to the highest level. There is a very significant change in Bloom's revised taxonomy in the cognitive domain which consists of two dimensions, namely the dimension of knowledge and the dimension of cognitive processes. The dimension of knowledge changes into factual, conceptual, procedural metacognition. the dimension of the new cognitive process becomes remembering, understanding apply. analyze, evaluate and create. Affective domain includes taste, value, appreciation, enthusiasm, motivation. and attitudes are reflected in behavior everyday in the learning process both in the classroom and outside the classroom. Domain psychomotor formulated as a series of abilities that are concrete and abstract. 


HUMANIKA ◽  
2021 ◽  
Vol 21 (1) ◽  
pp. 55-68
Author(s):  
Vita Fitria ◽  
Haekal Adha Al Giffari

The advancement of science is considered a reflection of age’s development. At the same time, religion is placed as a relatively fixed essence. Their encounter creates undeniable continuous tensions. The problem generally lies in the question of how to apprehend unchanged issues within a dynamic context. This paper analyzed the encounter of science and religion with an observation of their language from the perspective of Ian G. Barbour. The library research method used in this paper to delve more in-depth the works of literature related to the topic discussed. Barbour responded with an argument that it is incorrect to keep polarization to choose between science and religion. The belief system of religion offers a broader frame of meaning in life. In comparison, science reveals a no more expansive range of human experience nor articulation of the possibility to transform human life as witnessed by religion. In observing their language as a tool for communication in religion and science, looking at their principles of verification and linguistic analysis, the contrast and comparison of their cognitive and non-cognitive function are emerged, including the evaluations and its limitations. Barbour states that basically, science and religion share synergic similarities. The dialogue to do to compare them is by sharing their similarities in method and concept prediction. One of those is by comparing their method, which shows their similarities and diversities. Science and religion share similar characteristics, namely coherence, comprehension and usefulness, and their methodology.Perkembangan sains bisa dianggap sebagai refleksi dari perkembangan zaman. Sementara Agama, ditempatkan sebagai essensi yang relatif tidak berubah. Pertemuan antara keduanya memungkinkan terjadinya ketegangan dengan perubahan yang terus menerus. Secara umum, persoalannya adalah bagaimana memahami hal-hal yang tak berubah itu dalam konteks yang selalu berubah. Ian Barbour menanggapi hal ini dengan argumen bahwa keliru melanggengkan dilema tentang keharusan memilih antara sains dan agama. Pertentangan yang terjadi di dunia Barat sejak abad lalu sesungguhnya disebabkan oleh paradigma yang keliru dalam memaknai hakikat sains dan agama. Kepercayaan agama menawarkan kerangka makna yang lebih luas dalam kehidupan. Sedangkan sains tidak dapat mengungkap rentang yang luas dari pengalaman manusia atau mengartikulasikan kemungkinan-kemungkinan bagi tranformasi hidup manusia sebagaimana yang dipersaksikan oleh agama. Barbour mengatakan  bahwa pada dasarnya antara sains dan agama terdapat kesamaan yang bisa disinergikan. Dialog yang dilakukan dalam membandingkan sains dan agama adalah menekankan kemiripan dalam prediksi metode dan konsep. Salah satu bentuk dialognya adalah dengan membandingkan metode sains dan agama yang dapat menunjukkan kesamaan dan perbedaan. Antara sains dan agama memiliki kesejajaran karakteristik yaitu koherensi, kekomprehensifan dan kemanfaatan. Begitu juga kesejajaran metodologis.


HUMANIKA ◽  
2021 ◽  
Vol 21 (1) ◽  
pp. 83-98
Author(s):  
Rubini Rubini

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui proses pembelajaran aqidah akhlak, efektivitas pembelajaran, faktor pendukung dan penghambat dalam pembelajaran aqidah akhlak di madrasah tsanawiyah sunan kalijaga gunung kidul Yogyakarta. Jenis penelitian kualitatif dengan pendekatan deskriptif, subjek penelitian adalah guru dan siswa madrasah tsanawiyah sunan kalijaga gunung kidul Yogyakarta kelas VIII dengan jumlah 15, tekhnik pengumpulan data metode observasi, wawancara dan dokumentasi, serta angket. Metode analisis data adalah untuk menganalisis data yang telah terkumpul untuk lebih lanjut diinterpretasikan dan disimpulkan. Hasil penelitian adalah proses pembelajaran aqidah akhlak menggunakan kurikulum Kementerian Agama dan Kementerian Diknas, pembelajaran dilaksanakan setiap hari rabu pukul 07.00–08.30, diawali dengan pembukaan membaca basmallah dan lanjutkan dengan penyampaian materi atau inti, kemudian diakhiri dengan evaluasi dan di tutup dengan pembacaan hamdallah. dalam penyampaian materi, guru menggunakan berbagaimacam metode yang variatif sesuai dengan materi yang disampaikan, dan dalam proses pembelajaran siswa dapat mengikuti pembelajaran dengan tertib. Efektivitas pembelajaran aqidah akhlak terbukti efektif. Dan faktor pendukung dalam pembelajaran ini adalah adanya dukungan yang baik dari kepala sekolah, adanya fasilitas yang memadai, penggunaan metode pembelajaran yang tepat, dan minat siswa yang cukup tinggi dalam mengikuti pembelajaran aqidah akhlak, sedangkan faktor penghambatnya adalah kurangnya kerjasama antara pihak sekolah dengan orang tua. The purpose of this study was to determine the process of learning aqidah akhlak, the effectiveness of learning, supporting and inhibiting factors in learning aqidah akhlak at Madrasah Tsanawiyah Sunan Kalijaga Gunung Kidul Yogyakarta. This type of qualitative research with a descriptive approach, research subjects are teachers and students of the madrasah Tsanawiyah Sunan Kalijaga Gunung Kidul Yogyakarta class VIII with a total of 15, data collection techniques are observation methods, interviews and documentation, and questionnaires. The data analysis method is to analyze the data that has been collected for further interpretation and conclusion. The results of the study are the process of learning aqidah akhlak using the curriculum of the Ministry of Religion and the Ministry of National Education, learning is carried out every Wednesday at 07.00 - 08.30, starting with opening reading basmallah and continuing. with the delivery of the material or core, then it ends with an evaluation and closes with a reading of the hamdallah. In delivering the material, the teacher uses various methods which vary according to the material presented, and in the learning process students can follow the learning in an orderly manner. The effectiveness of learning aqidah morals is proven to be effective. And the supporting factors in this learning are the existence of good support from the principal, the existence of adequate facilities, the use of appropriate learning methods, and the high interest of students in participating in learning aqidah morals, while the inhibiting factor is the lack of cooperation between the school and parents


HUMANIKA ◽  
2021 ◽  
Vol 21 (1) ◽  
pp. 17-32
Author(s):  
Rino Richardo ◽  
Rima Aksen Cahdriyana

Memahami objek, konsep, prosedur merupakan salah satu tujuan mempelajari pelajaran matematika disekolah. Muatan materi yang cendrung kompleks dengan elemen-elemen yang abstrak menjadi masalah bagi siswa sehingga memunculkan beban kognitif, diantaranya adalah beban kognitif eksternal. Tujuan dari penelitian ini untuk menunjukkan beberapa strategi yang perlu diperhatikan dalam mendesain pembelajaran matematika agar dapat meminimalkan beban kognitif eksternal. Penelitian ini berupa studi kepustakaan (library research). Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini, dilakukan dengan melakukan penelusuran referensi secara online melalui beberapa sumber basis data Google Cendikia, ERIC Institute of Education Science, serta Science Direct. Analisis data dalam penelitian ini menggunakan metode analisis isi (content analysis). Hasil kajian dalam studi ini terdapat 8 strategi dalam mendesain pembelajaran matematika untuk meminimalkan beban kognitif eksternal diantaranya The Goal-Free Effect, The Worked Exampel Effect, The Split-Attention Effect, The Modality Effect, The Redundancy Effect, The Element Interactivity Effect, The Imagination Effect dan The Guidance Fading Effect.Understanding objects, concepts, procedures is one of the goals of studying mathematics in school. Material content that tends to be complex with abstract elements becomes a problem for students so that it creates cognitive loads, including external cognitive loads. The purpose of this study is to show several strategies that need to be considered in designing mathematics learning in order to minimize external cognitive load. This research is in the form of library research (library research). The data collection technique in this study was carried out by searching for references online through several Google Cendikia database sources, ERIC Institute of Education Science, and Science Direct. Analysis of the data in this study using content analysis method. The results of the study in this study there are 8 strategies in designing mathematics learning to minimize external cognitive load including The Goal-Free Effect, The Worked Exampel Effect, The Split-Attention Effect, The Modality Effect, The Redundancy Effect, The Element Interactivity Effect, The Imagination Effect and The Guidance Fading Effect.


HUMANIKA ◽  
2021 ◽  
Vol 21 (1) ◽  
pp. 1-16
Author(s):  
Ati Lasmanawati

Artikel mengkaji strategi pembelajaran self-regulation dalam mengembangkan kemampuan pemecahan masalah matematika. Self-regulation merupakan sebuah proses belajar individu melalui faktor lingkungan (environment), faktor pribadi (person) dan faktor perilaku (behavior). Komponen kemampuan self-regulation terdiri atas komponen kognitif, motivasi dan metakognisi. Pada kegiatan pembelajaran khususnya pada mata pelajaran matematika, peserta didik harus mempelajari kemampuan berpikir kritis dan kemampuan memecahkan masalah dari fakta-fakta yang sudah ada (learn by doing). Strategi pembelajaran self-regulation adalah suatu strategi pembelajaran yang memberikan keleluasaan kepada peserta didik untuk mengelola secara efektif pembelajarnya sendiri dalam berbagai cara sehingga mencapai hasil belajar yang optimal. Penerapan strategi pembelajaran self-regulation terhadap peserta didik, akan memberikan dampak pada pengembangan kemampuan pemecahan masalah matematika. Peserta didik yang memiliki self-regulation, akan memiliki motivasi yang lebih besar dalam belajar dan memecahkan masalah matematika. This article examines self-regulation learning strategies in developing mathematical problem-solving abilities. Self-regulation is an individual learning process through environmental factors, personal factors and behavioral factors. The component of self-regulation ability consists of cognitive, motivation and metacognition components. In learning activities, especially in mathematics, students must learn the ability to think critically and the ability to solve problems from the facts that already exist (learn by doing). Self-regulation learning strategy is a learning strategy that gives students the freedom to effectively manage their own learners in various ways so as to achieve optimal learning outcomes. The application of self-regulation learning strategies to students will have an impact on the development of mathematical problem solving abilities. Students who have self-regulation, will have greater motivation in learning and solving mathematical problems.


HUMANIKA ◽  
2021 ◽  
Vol 21 (1) ◽  
pp. 33-54
Author(s):  
Muhammad Rijal Fadli

Tujuan artikel ini untuk memahami desain metode penelitian kualitatif. Metode yang digunakan adalah studi pustaka (library research), pengumpulan data dengan cara mencari sumber dan merkontruksi dari berbagai sumber seperti buku, jurnal, dan riset-riset yang sudah ada. Hasilnya bahwa penelitian kualitatif dilakukan dengan desain penelitian yang temuan-temuannya tidak didapatkan melalui prosedur statistik atau dalam bentuk hitungan, melainkan bertujuan mengungkapkan fenomena secara holistik-kontekstual dengan pengumpulan data dari latar/setting alamiah dan memanfaatkanpeneliti sebagai instrument kunci. Penelitian kualiatif memiliki sifat deskriptif dan cenderung menggunakan analisis pendekatan induktif, sehingga proses dan makna berdasarkan perspektif subyek lebih ditonjolkan dalam penelitian kualitatif ini. Desain penelitian kualitatif ini dapat dijadikan sebagai metode dalam penelitian, karena desainnya dijabarkan secara komprehensif yang mudah untuk dipahami oleh kalangan peneliti dan akademisi. The purpose of this article is to understand the design of qualitative research methods. The method used is library research, data collection by searching for sources, and reconstruction from various sources such as books, journals, and existing researches. The result is that qualitative research is conducted with a research design where the findings are not obtained through statistical procedures or in the form of calculations, but rather aim to reveal phenomena in a holistic-contextual manner by collecting data from natural settings and utilizing the researcher as a key instrument. Qualitative research has a descriptive nature and tends to use an inductive approach analysis so that the process and meaning based on the subject's perspective are emphasized more in this qualitative research. This qualitative research design can be used as a method in research because the design is described in a comprehensive manner that is easy to understand by researchers and academics.


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document