Journal Educative Journal of Educational Studies
Latest Publications


TOTAL DOCUMENTS

57
(FIVE YEARS 41)

H-INDEX

0
(FIVE YEARS 0)

Published By Iain Bukittinggi

2549-4139, 2549-4120

2022 ◽  
Vol 6 (2) ◽  
pp. 111
Author(s):  
Mohammad Jailani ◽  
Suyadi Suyadi

<p class="abstrak">The purpose of this study was to examine <em>Tajdid</em> K.H. Ahmad Dahlan's concept of Islamic education and its relevance during the Covid-19 pandemic. The advancement of science and technology in the modern era, in accordance with the emergence of research on the relevance of K.H. Ahmad Dahlan in the development of educational learning in Indonesia, is referred to as research in the context of Islamic education science (<em>Tajdid</em>). This research data is derived from library references in the form of scientific references and searches of references to research works, both manually and digitally, that focus on discussing K.H. Ahmad Dahlan's thoughts in Islamic education. The study's findings demonstrate that <em>Tajdid</em> K.H. Ahmad Dahlan's concept is in line with the advancement of Islamic education.</p><p class="abstrak"><em>Tujuan penelitian ini adalah menganalisis konsep pemikiran Tajdid K.H. Ahmad Dahlan terhadap pendidikan Islam dan relevansinya di masa pandemi Covid-19. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi diera modern ini, sejalan dengan munculnya penelitian tentang relevansi pemikiran K.H. Ahmad Dahlan dalam pengembangan pembelajaran pendidikan di Indonesia, dalam perspektif ilmu pendidikan Islam disebut dengan pembaharuan (Tajdid). Data penelitian ini bersumber dari referensi kepustakaan berupa jurnal ilmiah maupun penelusuran terhadap referensi-referensi karya penelitian, baik secara manual maupun digital yang fokus membahas pemikiran K.H. Ahmad Dahlan dalam pendidikan Agama Islam. Hasil penelitian membuktikan bahwa konsep Tajdid K.H. Ahmad Dahlan sesuai dengan pembaharuan dengan peningkatan pendidikan Islam. </em></p>


2021 ◽  
Vol 6 (2) ◽  
pp. 141
Author(s):  
Moh. Ilham Dzikrullah ◽  
Ahmad Syafi'i

<p>Almost every aspect of human life on earth has been disrupted since the emergence of Covid-19, particularly education. Many countries have decided to close schools and universities. This condition has forced the Indonesian government through its Ministry of Education to implement policies moving conventional classrooms to be online classrooms. This process is carried out to maintain the health of students to avoid Covid-19. The learning process can be helped by using one of the applications on the internet which is called Student Response System (SRS). According to the statement, the researcher investigated secondary school students’ perceptions towards the implementation of Quizizz as an assessment platform in teaching English. Mixed-method research has been implemented in this study. The study involved 61 students as the participants in quantitative stage and 6 students in qualitative stage. The main instruments employed in this research are an online questionnaire and in-depth interview. The findings indicated that the students have both positive and negative perceptions toward the use of online assessment, especially in Quizizz. The students enjoyed Quizizz and thought it was exciting, interesting, motivating, and enjoyable because the Quizizz platform was distinct from the others. Quizizz had an interactive display, which made it simple for students to use the platform. However, in addition to the positive perception of Quizizz as an assessment platform in English teaching, some students expressed a negative perception of Quizizz as an assessment. According to the data, one of the platform's negative perceptions was the presence of music</p><p class="abstrak"><em>Hampir setiap aspek kehidupan manusia di muka bumi ini terganggu sejak munculnya Covid-19, khususnya pendidikan. Banyak negara telah memutuskan untuk menutup sekolah dan universitas. Kondisi ini memaksa pemerintah Indonesia melalui Kementerian Pendidikan untuk menerapkan kebijakan pemindahan ruang kelas konvensional menjadi ruang kelas daring. Proses ini dilakukan untuk menjaga kesehatan siswa agar terhindar dari Covid-19. Proses pembelajaran dapat dibantu dengan menggunakan salah satu aplikasi di internet yang bernama Student Response System (SRS). Menurut pernyataan tersebut, peneliti menyelidiki persepsi siswa sekolah menengah terhadap penerapan Quizizz sebagai platform penilaian dalam pengajaran bahasa Inggris. Penelitian metode campuran telah diterapkan dalam penelitian ini. Penelitian ini melibatkan 61 siswa sebagai partisipan pada tahap kuantitatif dan 6 siswa pada tahap kualitatif. Instrumen utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner online dan wawancara mendalam. Temuan menunjukkan bahwa siswa memiliki persepsi positif dan negatif terhadap penggunaan penilaian online, terutama di Quizizz. Para siswa menikmati Quizizz dan menganggapnya menyenangkan, menarik, memotivasi, dan menyenangkan karena platform Quizizz berbeda dari yang lain. Quizizz memiliki tampilan interaktif, yang memudahkan siswa dalam menggunakan platform. Namun, selain persepsi positif tentang Quizizz sebagai platform penilaian dalam pengajaran bahasa Inggris, beberapa siswa menyatakan persepsi negatif tentang Quizizz sebagai penilaian. Menurut data, salah satu persepsi negatif platform adalah kehadiran musik.</em></p>


2021 ◽  
Vol 6 (2) ◽  
pp. 129
Author(s):  
Aminah Zb ◽  
Devie Novalian ◽  
Rizki Ananda ◽  
Mhmd Habibi ◽  
Fauzan Sulman

<p class="abstrak">This study uses a STEAM approach to learning outcomes of biological innovation, using a quantitative approach with a quasi-experimental method with a posttest-only design with a nonequivalent group design. The population in this study were the fourth-semester students of Biology Tadris UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi class IVA, IVB, IVC, and VI D totaling 36 people. Samples were taken using class IVA and IV D with the purposive sampling technique. The instrument in this study was in the form of 5 essay test questions. Data analysis used t-test and correlation test (phi (Φ)). Analysis of t-test data From the calculation results, it is concluded that the use of the STEAM approach is proven to be better than online lectures without using the STEAM approach. The results of the study were continued with a correlation test (phi test (Φ)), from the results of the calculations, it was concluded that the STEAM approach had a significant effect on the learning outcomes of students' cognitive domains in the biology learning innovation course.</p><p class="abstrak"><em>Penelitian ini menggunakan pendekatan STEAM terhadap hasil belajar inovasi biologi, menggunakan pendekatan kuantitatif dengan metode kuasi eksperimen dengan desain posttest only dengan nonequivalent group design. Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa semester IV Biologi Tadris UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi kelas IVA, IVB, IVC, dan VI D yang berjumlah 36 orang. Sampel yang digunakan adalah kelas VIA dan IV D diambil dengan menggunakan teknik purposive sampling. Instrumen dalam penelitian ini berupa 5 soal tes essay. Analisis data menggunakan uji-t dan uji korelasi (phi (Φ)). Analisis data uji t Dari hasil perhitungan diperoleh kesimpulan bahwa penggunaan pendekatan STEAM terbukti lebih baik daripada perkuliahahan online tanpa menggunakan pendekatan STEAM. Hasil penelitian dilanjutkan dengan uji korelasi (uji phi (Φ)), dari hasil perhitungan diperoleh kesimpulan bahwa pendekatan STEAM berpengaruh signifikan terhadap hasil belajar ranah kognitif mahasiswa pada mata kuliah inovasi pembelajaran biologi.</em></p>


2021 ◽  
Vol 6 (1) ◽  
pp. 32
Author(s):  
Luluk Musthofiyah ◽  
Sopiah Sopiah ◽  
Hendri Hermawan Adinugraha

<p><strong><em>Abstract</em></strong></p><p><em>The purposes of this study are to describe the implementation and to find out the supporting and inhibiting factors of distance learning for early childhood in the new normal era of Covid-19 at ABA Penconga</em><em> </em><em>n Kindergarten. Method that used in this study is field research with a qualitative approach, as for data collection techniques used triangulation, and data analysis technique used an interactive model. The results showed that the implementation of distance learning for early childhood at ABA Pencongan Kindergarten was implemented through the Whatsapp class group. The learning implementation was carried out remotely every Monday, teachers provided weekly lesson preparation plans and learning videos. As for learning evaluation teachers used the work, checklists, and anecdotal notes. The work results are in the form of collaging task, coloring and drawing, folding and cutting, and building blocks. Several factors that support this learning process are adequate school facilities, the skills of educators in using media or applications, good psychological condition of students, and their parents’ free-time to assist and guide students to learn at home. On the other hand, the inhibiting factors are school financial constraints, difficulties for teachers in managing learning activities, students being forced to make academic adjustments by limiting social interaction, busy activity of students’ parent, and additional costs for buying internet data packages.</em></p><p><em><br /></em></p><p><em>Tujuan penelitian ini untuk mendiskripsikan implementasi dan untuk mengetahui faktor pendukung dan penghambat pembelajaran jarak jauh anak usia dini pada era new normal Covid-19 di TK ABA Pencongan. Metode yang digunakan adalah penelitian lapangan dengan pendekatan kualitatif. Teknik pengumpulan data menggunakan observasi, wawancara dan dokumentasi. Teknik analisis data menggunakan model interaktif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa implementasi pembelajaran jarak jauh anak usia dini pada era new normal Covid-19 di TK ABA Pencongan melalui grup Whatsapp kelas. Pelaksanaan pembelajaran dilakukan secara jarak jauh setiap hari senin tenaga pendidik memberikan Rencana Persiapan Pelajaran Mingguan dan video pembelajaran sekaligus mengabsensi kehadiran. Evaluasi pembelajaran menggunakan hasil karya, checklist, dan catatan anekdot. Hasil karya berupa kolase, mewarnai dan menggambar, melipat dan menggunting, dan hasil karya bangunan balok. Faktor yang mendukung dalam proses pembelajaran ini ialah fasilitas sekolah yang memadai, keterampilan tenaga pendidik menggunakan media atau aplikasi dalam pengajaran yang mumpuni, kondisi psikis murid yang baik, dan keluangan waktu orang tua untuk mendampingi sekaligus membimbing pembelajaran anak murid di rumah. Sedangkan faktor penghambatnya yaitu kendala finansial sekolah, kesulitan para guru dalam mengelola kegiatan pembelajaran, murid dipaksa melakukan penyesuaian akademik dengan membatasi interaksi sosial, dan kesibukan beberapa orang tua, dan biaya tambahan untuk membeli paket data internet.</em></p><p><strong>Abstrak </strong></p><p><em>Tujuan penelitian ini untuk mendiskripsikan implementasi dan untuk mengetahui faktor pendukung dan penghambat pembelajaran jarak jauh anak usia dini pada era new normal Covid-19 di TK ABA Pencongan. Metode yang digunakan adalah penelitian lapangan dengan pendekatan kualitatif. Teknik pengumpulan data menggunakan observasi, wawancara dan dokumentasi. Teknik analisis data menggunakan model interaktif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa implementasi pembelajaran jarak jauh anak usia dini pada era new normal Covid-19 di TK ABA Pencongan melalui grup Whatsapp kelas. Pelaksanaan pembelajaran dilakukan secara jarak jauh setiap hari senin tenaga pendidik memberikan Rencana Persiapan Pelajaran Mingguan dan video pembelajaran sekaligus mengabsensi kehadiran. Evaluasi pembelajaran menggunakan hasil karya, checklist, dan catatan anekdot. Hasil karya berupa kolase, mewarnai dan menggambar, melipat dan menggunting, dan hasil karya bangunan balok. Faktor yang mendukung dalam proses pembelajaran ini ialah fasilitas sekolah yang memadai, keterampilan tenaga pendidik menggunakan media atau aplikasi dalam pengajaran yang mumpuni, kondisi psikis murid yang baik, dan keluangan waktu orang tua untuk mendampingi sekaligus membimbing pembelajaran anak murid di rumah. Sedangkan faktor penghambatnya yaitu kendala finansial sekolah, kesulitan para guru dalam mengelola kegiatan pembelajaran, murid dipaksa melakukan penyesuaian akademik dengan membatasi interaksi sosial, dan kesibukan beberapa orang tua, dan biaya tambahan untuk membeli paket data internet.</em></p><p><em><br /></em></p>


2021 ◽  
Vol 6 (1) ◽  
pp. 18
Author(s):  
Siti Nur Hidayah ◽  
Wisjnu Martani ◽  
Wahyu Supartono

<p class="abstrak" align="center"><strong>Abstract</strong><strong></strong></p><p>This article aims to investigate the accommodation of stakeholders’ voices and it’s challenges in the practices of curriculum development. Using a qualitative approach, the primary data was gathered through in-depth interviews with the head and secretary, and the administrative staff of four Study Programs in The School of Post Graduate Program of one of the leading universities in Yogyakarta, Indonesia. Whereas, secondary data was taken from the documents of curriculum reviews and accreditation documents. The research found that amidst the complexity of involving stake holder’s views within curriculum design, all the four programs have gathered the stake holders’ voices via tracer study, informal discussion during academic meetings and evaluation from the students.  The accommodation of stake holders’ voices can be traced in the form of the addition of elective courses, merging of some courses, addition or omission of certain courses in the current curriculum design. However, the practice of curriculum development was challenged by various aspects such as the commitment of Study Programs to maintain their ‘scientific core’ vis a vis addressing market demand given their commitment to improve theories and knowledge, and the limitation of human resource availability</p><p> </p><p align="center"><strong><em>Abstrak</em></strong><strong></strong></p><p class="abstrak"><em>Artikel ini Betjeman untuk meneliti akomodasi terhadap masukan stakeholder serta tantangannya dalam praktik pengembangan kurikulum. Menggunakan pendekatan kualitatif, data primer dikumpulkan melalui wawancara dengan ketua dan sekretaris, dan staf administrasi pada empat program studi di Program Pascasarjana di salah satu universitas terkemuka di Yogyakarta, Indonesia. Sementara itu, data sekunder diambil dari dokumen review kurikulum dan akreditasi. Penelitian ini menemukan bahwa di tengah kompleksitas pelibatan stake holder dalam desain kurikulum, keempat Program Studi mengumpulkan masukan stakeholder melalui tracer study, diskusi informal dalam pertemuan-pertemuan akademik dan evaluasi dari mahasiswa. Akomodasi yang dilakukan Program Study dapat dilacak dalam bentuk penambahan mata kuliah tambahan, penggabungan beberapa mata kuliah, penambahan atau pengurangan mata kuliah tertentu dalam desain kurikulum yang baru.  Akan tetapi, pelaksanaan pengembangan kurikulum tersebut menghadapi tantangan berupa komitmen Program Studi untuk mempertahankan ‘inti keilmuan’ dihadapkan dengan bagaimana mengakomodir tuntutan pasar mengingat bahwa Program Studi memiliki komitmen untuk pengembangan teori dan pengetahuan, dan keterbatasan sumber daya manusia di Program Studi.</em></p>


2021 ◽  
Vol 6 (1) ◽  
pp. 01
Author(s):  
Douglas Shiwani ◽  
Winston Akala ◽  
Jeremiah Kalai ◽  
Jane Gatumu

<p class="abstrak" align="center"><strong>Abstract</strong><strong></strong></p><p class="abstrak">The purpose of the study was to investigate the effect of head teachers’ collaborative partnerships with parents, government agencies and NGOs, on the implementation of inclusive education in public primary schools in Nairobi City County in Kenya. Descriptive survey was applied, and Chi-square tested the null hypothesis. Questionnaires were administered to 71 head teachers and 297 teachers, supplemented by document analysis. Interview was used on eight Quality Assurance Standards Officers (QASOs) and four Education Assessment Resource Centre Officers (EARCs). Quantitative data was coded and analysed using descriptive statistics, and presented in frequency tables and bar graphs. Qualitative data was coded, transcribed and presented in narrative form. The study established the relationship between head teachers’ collaborative partnerships with implementation of inclusive education. Nevertheless, majority of schools lacked well- structured coordinated partnerships resulting in low participation in schools programs as referenced by head teachers and teachers on provision for specialized teaching and learning resources, 63.4% and 63.3%; assessment of learners, 64.8% and 70.4%; outsourcing of funds, 69% and 69.7%. Therefore, head teachers should increase capacities in collaborative partnerships and fully utilize them for inclusive education implementation.</p><p class="StyleAuthorBold"><em>Abstrak </em><em></em></p><p class="abstrak"><em>Penelitian </em><em>ini </em><em>bertujuan u</em><em>ntuk mengetahui pengaruh kemitraan kolaboratif kepala sekolah dengan orang tua, lembaga pemerintah dan LSM, pada pelaksanaan pendidikan inklusif di sekolah dasar negeri di Kota Nairobi di Kenya. Survei deskriptif diterapkan, dan Chi-square menguji hipotesis nol. Kuesioner diberikan kepada 71 kepala sekolah dan 297 guru, dilengkapi dengan analisis dokumen. Wawancara digunakan pada delapan Petugas Standar Penjaminan Mutu (QASO) dan empat Petugas Pusat Penilaian Pendidikan (EARC). Data kuantitatif diberi kode dan dianalisis menggunakan statistik deskriptif, dan disajikan dalam tabel frekuensi dan grafik batang. Data kualitatif dikodekan, ditranskripsikan dan disajikan dalam bentuk naratif. Studi ini </em><em>menjelaskan </em><em>hubungan antara kemitraan kolaboratif kepala sekolah dengan implementasi pendidikan inklusif. Namun, sebagian besar sekolah tidak memiliki kemitraan terkoordinasi yang terstruktur dengan bai</em><em>k, </em><em>yang mengakibatkan rendahnya partisipasi dalam program sekolah seperti yang dirujuk oleh kepala sekolah dan guru tentang penyediaan sumber </em><em>untuk </em><em>belajar dan mengajar, 63,4% dan 63,3%; penilaian peserta didik, 64,8% dan 70,4%; outsourcing dana, 69% dan 69,7%. Oleh karena itu, kepala sekolah harus meningkatkan kapasitas dalam kemitraan kolaboratif dan memanfaatkannya sepenuhnya untuk pelaksanaan pendidikan inklusif.</em></p>


2021 ◽  
Vol 6 (1) ◽  
pp. 48
Author(s):  
Pipit Firmanti ◽  
Fauzi Yuberta

<p class="abstrak" align="center"><strong>Abstract</strong></p><p class="abstrak">The spread of Covid-19 has affected every sector, including education. The learning process that used to take place in the classroom has now become virtualized. However, this exacerbates pupils' difficulties in learning mathematics, which they previously considered challenging even in offline learning activities. To deal with this challenge, it is vital to describe alterations in the learning process under this pandemic situation. This qualitative research was carried out through interviews and questionnaires. The participants were seven teachers and seven students from various junior high schools in Bukittinggi with varying accreditation. Structured interviews, both online and in-person, were used to collect data. The result shows that students could understand the subject better before the pandemic. During the pandemic, the percentage of students who understood the material learning decreased by 10%. However, the percentage of people who use online media as a learning resource has increased by 50%. Overall, the assessment done by teachers on the cognitive aspects of a pandemic by Minimum Completeness Criteria (MCC) remains at 75. In the future, there will be a trend toward the use of e-learning and the development of technology-based learning media in the classroom.</p><p class="abstrak"><em>Penyebaran wabah Pandemi Covid-19 telah berdampak pada semua sektor termasuk pendidikan. Proses pembelajaran yang awalnya berlangsung tatap muka sekarang beralih secara virtual. Padahal sebelum pembelajaran daring dimulai, siswa masih kesulitan dalam mempelajari matematika. Oleh karena itu, mendeskripsikan perubahan apa saja yang ada selama proses pembelajaran daring penting dilakukan untuk mengatasi masalah ini Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dimana sampel diambil adalah tujuh orang guru dan tujuh orang siswa SMP/MTsN dari sekolah yang memiliki akreditasi berbeda di Bukittinggi. Pengambilan data dilakukan dengan wawancara terstruktur via online dan tatap muka. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh: siswa lebih mudah memahami materi pelajaran yang disampaikan oleh guru sebelum pandemi. Persentase dalam pemahaman siswa terhadap materi yang diajarkan guru turun sebanyak 10 % selama pandemi. Sebaliknya, persentase dalam penggunaan media online sebagai sumber belajar meningkat sebanyak 50 %. </em><em>Secara keseluruhan, penilaian yang dilakukan guru cenderung pada aspek kognitif selama pandemi dengan Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) tetap 75. </em><em>Dimasa yang akan datang,</em><em> akan ada tren penggunaan e-learning di sekolah dan pengembangan media pembelajaran berbasis teknologi</em><em>.</em><em></em></p>


2021 ◽  
Vol 6 (1) ◽  
pp. 60
Author(s):  
Susanto Susanto

<p class="abstrak" align="center"><strong>Abstract</strong><strong><em></em></strong></p><p class="abstrak">The Covid-19 pandemic situation has demanded all aspects to adjust. Students are forced to make various adjustments, both learning patterns, demands for adapting new habits, and adherence to health protocols. However, the mental impact on students is not yet known. This study aims to identify the impact of the Covid-19 pandemic on the mental condition of students and the need for psychological support needed for students. This study uses a qualitative method with data collection techniques through online surveys with the target of student respondents coming from Jakarta and the selection of respondents is random and the analysis is carried out descriptively. This study found that the impact of the Covid-19 pandemic on the mental condition of students in Jakarta included; feelings of boredom, confusion, fear, anxiety, and stress. The support needed for students facing the Covid-19 pandemic is family support, friend support, and facility support to carry out positive activities.</p><p class="abstrak"> </p><p class="abstrak"><em>Situasi pandemi Covid-19 telah menuntut semua aspek untuk menyesuaikan. Peserta didik dituntut melakukan berbagai penyesuaian, baik pola belajar, tuntutan adaptasi kebiasaan baru serta kepatuhan pada protokol kesehatan. Namun demikian, belum diketahui dampak secara mental terhadap peserta didik di Jakarta. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi dampak pandemi covid-19 terhadap kondisi mental peserta didik dan kebutuhan dukungan psikologis yang diperlukan bagi peserta didik.  Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan teknik pengumpulan data melalui survey secara online dengan sasaran responden peserta didik berasal dari Jakarta dan pemilihan responden secara random serta analisis dilakukan secara deskriptif. Penelitian ini menemukan bahwa dampak pandemi covid-19 terhadap kondisi mental peserta didik di Jakarta meliputi; perasaan bosan, bingung, ketakutan, cemas dan stress. Dukungan yang diperlukan bagi peserta didik menghadapi pandemi covid-19 yaitu dukungan keluarga, dukungan teman dan dukungan fasilitas untuk melaksanakan kegiatan positif.  </em></p>


2021 ◽  
Vol 6 (1) ◽  
pp. 72
Author(s):  
Zetty Nurzuliana Rashed ◽  
Ab Halim Halim

<p class="abstrak" align="center"><strong>Abstrac</strong><strong>t</strong></p><p class="abstrak">Necessities towards integrated education system based upon aqli and naqli knowledge assimilation have a significant impact in moldings students’ character and personality towards understanding al-Quran and consequently produces Quranic generation. The holistic and integrated education system becomes the basis to form the Quranic generation.  Quranic generation as mentioned refers to a generation that understands religion and is not being enfolded with false interest towards wealth and possessions. This generation needs to be guided by al-Quran and being educated with the value and inspiring character as contained in the teachings of Islam. This study discussed the generation who can be the asset in building a civilization that can live the Islamic spirituality dynamically and positively. This generation will deal with changes that happen in our society based on human development and the spirit of Islam. It corresponds to the main purpose of Islamic education to bore human that is obedient towards Allah SWT. This paper could inspire and encourage curriculum developers, school founders, and administrators in striving for the academic excellence of Muslim education by providing a clearer picture of the concept of the Integrated Holistic Islamic system and its application.</p><p class="abstrak"><em>Kebutuhan terhadap sistem pendidikan terpadu berbasis asimilasi pengetahuan aqli dan naqli berdampak signifikan dalam membentuk karakter dan kepribadian siswa menuju pemahaman al-Qur'an dan akibatnya menghasilkan generasi al-Qur'an. Sistem pendidikan yang holistik dan terintegrasi menjadi dasar untuk membentuk generasi Al-Qur'an. Generasi Al-Qur'an sebagaimana disebutkan mengacu pada generasi yang memahami agama dan tidak diliputi oleh minat yang salah terhadap kekayaan dan harta benda. Generasi ini perlu dibimbing oleh al-Quran dan dididik dengan nilai dan karakter inspiratif yang terkandung dalam ajaran Islam. Kajian ini membahas tentang generasi yang dapat menjadi aset dalam membangun peradaban yang mampu menghayati spiritualitas Islam secara dinamis dan positif. Generasi ini akan menghadapi perubahan yang terjadi dalam masyarakat kita berdasarkan pembangunan manusia dan semangat Islam. Hal ini sesuai dengan tujuan utama pendidikan Islam untuk melahirkan manusia yang bertaqwa kepada Allah SWT. Makalah ini dapat menginspirasi dan menyemangati para pengembang kurikulum, pendiri dan pengelola sekolah dalam memperjuangkan keunggulan akademik pendidikan Islam dengan memberikan gambaran yang lebih jelas tentang konsep sistem pendidikan Islam yang terpadu dan penerapannya.</em></p>


2020 ◽  
Vol 5 (2) ◽  
pp. 164
Author(s):  
Yeni Afrida ◽  
Fadhilla Yusri

<p style="text-align: justify;"><em>The skill of asking open-ended questions is one of the most important skills in counseling. </em><em>Asking the right questions may help a counselor to understand the counselee's situation. This study aims to reveal the errors in asking open-ended questions during the implementation of individual counseling conducted by  27 fourth-semester students of the Guidance and Counseling Study Program, Faculty of Tarbiyah and Teaching Training, State Islamic Institute (IAIN) Bukittinggi. The research was conducted through a quantitative approach. This research found that there were some common errors made by students when using open-ended questions; they were 1) 70.37% of students used open-ended questions that were not coherent, 2) 66% of students used open-ended questions “why” in their question, 3) 40.74% used repeated open-ended questions that have the same meaning, 4) 29.62% used open-ended questions that did not in line with the context, 5) 14.81% students used open-tailed questions, 6) 11.11% students used 2 open-ended questions simultaneously at the same time, and 7) there were 11.11% who did not use open-ended questions at all during the counseling process</em></p><div><em><br /></em></div><div><p style="text-align: justify;">Bertanya adalah salah satu keterampilan yang paling penting dalam proses konseling. Pengajuan pertanyaan-pertanyaan yang tepat dapat membantu konselor memahami situasi konseli, alasan konseli menemui konselor, harapan-harapan konseli, dan informasi-informasi yang relevan dengan situasi yang dihadapi oleh konseli saat itu. Keterampilan menggunakan pertanyaan terbuka merupakan salah satu dari keterampilan bertanya yang penting tersebut. Penelitian ini berupaya mengungkapkan pertanyaan-pertanyaan terbuka yang digunakan oleh 27 orang mahasiswa semester IV Program Studi Bimbingan dan Konseling Institut Agama Islam Negeri Bukittinggi dalam pelaksanaan konseling individual. Secara spesifik penelitian ini bertujuan untuk mengungkapkan kesalahan-kesalahan penggunaan pertanyaan terbuka dalam konseling individual yang dilakukan oleh mahasiswa. Penelitian dilakukan melalui pendekatan kuantitatif. Melalui penelitian ini diperoleh informasi bahwa, terdapat beberapa kesalahan umum yang dilakukan mahasiswa pada saat menggunakan pertanyaan terbuka yaitu 1) 70,37% mahasiswa menggunakan pertanyaan terbuka yang tidak runtut, 2) 66% mahasiswa menggunakan pertanyaan terbuka dengan kata tanya mengapa, 3) 40,74% menggunakan pertanyaan terbuka yang berulang dengan makna sama, 4) 29,62 % menggunakan pertanyaan terbuka yang tidak sesuai konteks, 5) 14,81% mahasiswa menggunakan pertanyaan terbuka mengekor, 6) 11,11% mahasiswa menggunakan sekaligus 2 pertanyaan terbuka dalam waktu yang sama, dan 7) terdapat 11,11 persen yang sama sekali tidak menggunakan pertanyaan terbuka selama proses konseling.</p></div>


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document