scholarly journals PERBEDAAN ASUPAN GIZI DAN KADAR HEMOGLOBIN PADA REMAJA PEREMPUAN OBESITAS DAN TIDAK OBESITAS

2019 ◽  
Vol 8 (1) ◽  
pp. 21
Author(s):  
Ana Khoirun Nisa ◽  
Choirun Nissa ◽  
Enny Probosari
Keyword(s):  
T Test ◽  

Latar belakang: Obesitas merupakan keadaan tubuh dimana terjadi kelebihan akumulasi lemak. Semakin tinggi lemak akan mengakibatkan inflamasi yang berisiko terjadinya anemia defisiensi besi. Tujuan penelitian untuk mengetahui perbedaan asupan zat gizi dan kadar hemoglobin pada remaja perempuan obesitas dan tidak obesitas.  Metode: Penelitian ini merupakan penelitian observational dengan desain cross sectional. Subjek penelitian adalah remaja 15-18 tahun remaja perempuan SMA Negeri 15 Semarang. Subjek terbagi atas kelompok obesitas (n = 30) dan kelompok tidak obesitas (n = 30). Kadar hemoglobin diuji dengan metode cyanmethemoglobin. Uji analisis statistik menggunakan uji Independent t-test dan Mann Whitney. Hasil: Kadar hemoglobin pada kelompok obesitas mempunyai nilai rerata lebih rendah (12,52 ± 1,34 g/dl) dibandingkan dengan kelompok tidak obesitas (12,62±1,48 g/dl). Asupan zat gizi (protein, besi, zinc, tembaga, vitamin A, vitamin C) pada kelompok obesitas mempunyai nilai rerata lebih rendah dibandingkan dengan kelompok tidak obesitas. Namun, tidak bermakna secara statistik (p>0,05).  Simpulan: Tidak ada perbedaan asupan zat gizi dan kadar hemoglobin yang signifikan pada kelompok obesitas dan tidak obesitas. Kadar hemoglobin pada kelompok obesitas dan tidak obesitas dalam batas normal.

2019 ◽  
Vol 11 (1) ◽  
pp. 39-48
Author(s):  
Enggar Wijayanti ◽  
Ulfa Fitriani

Latar Belakang. Anemia merupakan salah satu permasalahan gizi yang banyak terjadi di negara berkembang. Faktor gizi yang turut berkontribusi terhadap kejadian anemia diantaranya adalah kurangnya asupan zat gizi yang memengaruhi pembentukan Hemoglobin (Hb) pada penderita anemia. Tujuan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran konsumsi energi, protein, zat besi, asam folat, vitamin C, vitamin A, dan seng pada subjek penderita anemia dibandingkan dengan angka kecukupan gizi (AKG) yang diduga menjadi faktor penyebab anemia. Metode. Penelitian ini menggunakan desain penelitian cross-sectional dan merupakan bagian dari penelitian “Observasi Klinik Formula Jamu Anemia” yang dilakukan pada bulan Maret-Desember 2018. Jumlah subjek sebanyak 83 orang dengan rentang usia 16-49 tahun. Data konsumsi makanan dikumpulkan dengan wawancara menggunakan food recall 24 jam dan selanjutnya dianalisis dengan program Nutrisurvey. Hasil. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar subjek memiliki status gizi normal. Tingkat konsumsi zat besi, asam folat, dan seng subjek kurang dari AKG, konsumsi energi dalam kategori cukup, dan konsumsi protein, vitamin A serta vitamin C lebih dari AKG. Hasil uji bivariat chi-square menunjukkan tidak ada korelasi yang bermakna antara status anemia dengan konsumsi zat gizi (p>0,05). Kesimpulan. Wanita usia subur (WUS) yang menderita anemia rata-rata memiliki tingkat konsumsi zat besi, asam folat, dan seng kurang dari AKG


2020 ◽  
Vol 12 (1) ◽  
pp. 39-52
Author(s):  
Mariana Sari ◽  
Laras Sitoayu ◽  
Nazhif Gifari ◽  
Nadiyah Nadiyah ◽  
Rachmanida Nuzrina
Keyword(s):  
T Test ◽  
Z Score ◽  

Latar Belakang. Tingkatan kognitif adalah tingkatan pengetahuan anak dalam kemampuan berpikir, mengingat sampai memecahkan masalah, sedangkan intelegensi (kecerdasan) merupakan tindakan terarah yang membutuhkan keterampilan dan kemampuan nalar yang baik untuk memecahkan masalah. Perkembangan otak berkaitan dengan kemampuan kognitif seseorang yang memiliki peranan penting terhadap prestasi dan keberhasilan dalam pendidikan. Asupan gizi dan status gizi yang normal dibutuhkan dalam pertumbuhan dan perkembangan optimal anak. Hasil survei menyatakan bahwa 34,3 persen anak usia sekolah di Indonesia memiliki kognitif rata-rata. Faktor yang memengaruhi perkembangan kognitif yaitu keturunan, kematangan biologis, pengalaman fisik, lingkungan, dan ekuilibrasi. Tujuan. Tujuan penelitian untuk mengetahui perbedaan asupan energi, zat gizi makro, vitamin C, zat besi, seng, dan IMT/U berdasarkan tingkatan kognitif. Metode. Sampel yang diambil berjumlah 60 orang dengan desain cross-sectional. Asupan makanan diukur menggunakan food recall, IMT/U menggunakan timbangan dan microtoise, perkembangan kognitif menggunakan kuesioner. Uji statistik menggunakan t-test independent dan Mann Whitney. Hasil. Siswa dengan kognitif konkret 43 persen dan kognitif formal 57 persen. Rata-rata asupan energi yaitu 1292 kkal; triptofan 0,3 g; linoleat 2,6 g; linolenat 0,13 g; karbohidrat 178 g; vitamin C 6,3 mg; zat besi (Fe) 4,8 mg; seng (Zn) 4,9 mg; dan IMT/U -0.1 z-score. Variabel yang signifikan adalah asupan energi (p=0,0001), triptofan (p=0,032), linoleat (p=0,003), linolenat (p=0,044), karbohidrat (p=0,0001), zat besi (Fe) (p=0,032), seng (Zn) (p=0,009), dan IMT/U (p=0,038). Asupan vitamin C tidak signifikan dengan nilai p=403. Kesimpulan. Asupan energi, zat gizi makro, zat besi, seng, dan IMT/U yang memadai berpengaruh terhadap perkembangan kognitif siswa kelas 5 di SD Negeri Duri Kepa 13 Pagi Jakarta Barat. Siswa dengan asupan zat gizi dalam jumlah cukup dan IMT/U normal memiliki tingkatan kognitif lebih tinggi dibandingkan siswa yang memiliki asupan zat gizi dan IMT/U kurang.


2020 ◽  
Vol 2020 ◽  
pp. 1-12
Author(s):  
Wondu Garoma Berra

Background. Identifying the combination of local foods that optimize nutrient intake is challenging. This study addressed how local foods could be rationally combined to provide basic nutritional needs, while limiting the use of commercial foods among children in Ethiopia. Methods. A cross-sectional survey was carried out to estimate dietary intakes of 396 children (6–23 months of age) using 24-hour recall and WDR. Anthropometrics (weight and height) of the children was taken to calibrate energy and protein requirements to body sizes during ProPAN analysis. Model parameters were defined using dietary and market-survey data. ProPAN (2.0), SAS (9.2), and NutriSurvey for Windows were used for data analysis. Results. Age-specific optimal combinations of local foods that achieve nutrient adequacy set by the WHO/FAO (≥70% RDA) for 9 nutrients were successfully generated. Overall, the percentage of children consuming ≥ EAR for most nutrients obtained from median servings was 54.3%, 89.9%, 61.8%, 12.9%, 85.6%, 79.7%, and 34.2% for energy, protein, iron, zinc, vitamin A, vitamin C, and calcium, respectively. The percentage of RDA was 46.3% for zinc, 56.7% for vitamin A, 24.3% for vitamin C, and 40% for calcium among infants (6–11 months), whereas the respective percentage of RDA was 78.1% for zinc, 100% for vitamin A, 43.3% for vitamin C, and 50% for calcium in older children (12–23 months of age). However, careful combination of local foods, slightly complimented by commercial foods, has shown substantial improvement in nutrient adequacy, ensuring ≥99% RDA for all target nutrients. Conclusions. Careful combinations of local foods have the potential to achieve optimum dietary intakes of essential nutrients. However, minimal consideration of commercial foods has been inevitable, especially for infants aged 6–11 months.


2015 ◽  
Vol 4 (1) ◽  
Author(s):  
Ratna D Siregar ◽  
Nur Indrawati Lipoeto ◽  
Yuliarni Syafrita

AbstrakPenelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara konsumsi vitamin A, vitamin C, vitamin E, zink dan selenium dari makanan dengan fungsi kognitif pada lanjut usia. Metoda penelitian adalah cross sectional study terhadap 145 lansia umur ≥ 60 tahun, pada dua kecamatan di Kabupaten Lima Puluh Kota Sumatra Barat. Wawancara konsumsi antioksidan menggunakan Food Frequency Questionnaires (FFQ), fungsi kognitif diperiksa dengan Montreal Cognitive Assesment versi Indonesia (MoCA-Ina), Aβ40 dan Aβ42 plasma diperiksa dengan metode ELISA. Data dianalisis menggunakan uji Mann-Whitney dan Chi-square. Pada hasil penelitian ditemukan 83 orang (57,2%) lansia yang mengalami gangguan fungsi kognitif. Terdapat hubungan yang signifikan antara konsumsi vitamin C (p<0,049) dan vitamin E (p<0,037) tetapi tidak terdapat hubungan signifikan antara vitamin A, zink dan selenium dengan fungsi kognitif. Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara konsumsi antioksidan dengan tingkat Aβ40 dan Aβ42 serta antara tingkat Aβ40 dan Aβ42 dengan fungsi kognitif masing-masing (p<0,058 dan p<0,350). Kesimpulan hasil penelitian ini didapatkan hubungan antara konsumsi vitamin C dan vitamin E dari makanan dengan fungsi kognitif. Tetapi tidak terdapat hubungan antara konsumsi antioksidan dengan Aβ40 dan Aβ42 plasma dan Aβ40 dan Aβ42 dengan fungsi kognitif.Kata kunci: antioksidan, beta-amyloid, fungsi kognitif, lanjut usiaAbstractThe objective of this study was to determine the relationship between consumption of vitamin A, vitamin C, vitamin E, zinc and selenium from foods with cognitive function in elderly. This was a cross-sectional study that was conducted to 145 elderly with age ≥ 60 years, in two districts in West Sumatra, in Lima Puluh Kota city. Interview antioxidant intake using a Food Frequency Questionnaires (FFQ), cognitive function was checked by Montreal Cognitive Assessment Indonesian version (MoCA-Ina), plasma Aβ40 dan Aβ42 were examined by ELISA while the data were analyzed by using the Mann-Whitney and Chi-square test. Results : Eighty three elderly people (57.2%) were found with impaired cognitive function. There was a significant association between the consumption of vitamin C (p < 0.049) and vitamin E (p < 0.037) but there was no signifikan association between vitamin A, zinc and selenium with cognitive function. There was no significant association between consumption of the antioxidant and both plasma Aβ40 and Aβ42 levels. There was no significant between levels of Aβ40 and Aβ42 and cognitive function (p < 0.058 and p < 0.350, respectively).Conclusion : There is a association between the consumption of vitamin C and vitamin E from food and cognitive function, but there is no association between the consumption of the antioxidant and levels of plasma Aβ40 and Aβ42 and between levels of plasma Aβ40 and Aβ42 and cognitive function.Keywords: antioxidants, amyloid-beta, cognitive function, elderly


2020 ◽  
Vol 2 (2) ◽  
pp. 73-80
Author(s):  
Puji Lestari

Pengetahuan gizi merupakan landasan perilaku gizi seseorang, yang akan berefek pada asupan makanan dan status gizi siswi. Tujuan penelitian ialah mengetahui hubungan pengetahuan gizi dan asupan makanan dengan status gizi. Jenis penelitian adalah deskriptif dengan desain cross sectional. Subjek penelitian ini sebanyak  51 siswi Mts Darul Ulum kelas 8 dan 9. Penelitian dilakukan bulan September 2019-Februari  2020. Uji hubungan menggunakan uji  Pearson dan uji Sperman’s rho. Uji korelasi pengetahuan gizi dan asupan energi p=0,103;  protein p=0,556; lemak p= 0,570; karbohidrat p=0,261; vitamin A p=0,036; vitamin D p=0,745; vitamin E=0,506; vitamin K p=0,590; vitamin C p=0,534; natrium p=0,491; kalsium p=0,640; zat besi p= 0,323. Hasil uji korelasi asupan energi dengan status gizi p=0,021; karbohidrat p=0,107; protein p=0,020; lemak p=0,32; vitamin A p=0,242; vitamin D p=0,491; vitamin E p=0,587; vitamin K p= 0,600; vitamin C p=0,069; natrium p=0,031; kalsium p=0,077; zat besi p=0,018. Ada hubungan pengetahuan gizi dan makanan dengan status gizi.


Author(s):  
María Correa-Rodríguez ◽  
Jose Luis Gómez-Urquiza ◽  
Irene Medina-Martínez ◽  
Emilio González-Jiménez ◽  
Jaqueline Schmidt-RioValle ◽  
...  

Abstract. To evaluate the relationships between the intake of individual antioxidants as well as the dietary antioxidant quality score and obesity-related measures. A cross-sectional study was conducted on 562 young adults. Fat mass, fat-mass percentage, and fat-free mass were measured using a body composition analyzer. The intake of antioxidant nutrients including vitamins C, E, and A, selenium, zinc, and magnesium were calculated based on a 72-hour diet recall interview. We observed significant differences in the vitamin C (88.6 ± 72.6 mg/day vs. 70.7 ± 60.6 mg/day, p = 0.010), vitamin A (635.8 ± 519.8 μg/day vs. 492.6 ± 318.9 μg/day, p = 0.014), and selenium (135.3 ± 88.7 μg/day vs. 139.3 ± 79.3 μg/day, p = 0.034) intake between normal-weight and overweight or obese young adults. When the Dietary Antioxidant Quality Score (DAQS) was analyzed, there were no significant differences between normal-weight versus overweight or obese young adults after adjusting for confounders. Logistic regression analysis revealed that vitamin C intake (odds ratio (OR) 0.995, 95% CI 0.992–0.999, p = 0.013) and vitamin A intake (OR 0.999, 95% CI 0.999–1.000, p = 0.016) were independent predictors of overweight/obesity after adjusting for age, sex and energy intake. In contrast, a higher selenium intake was associated with an increased risk of overweight/obesity (OR 1.003, 95% CI 1.000–1.006, p = 0.034). Future longitudinal investigations of dietary antioxidant intake in relation to the development of obesity would be of interest to better understand the effect of dietary antioxidants on obesity.


2012 ◽  
Vol 9 (1) ◽  
pp. 59 ◽  
Author(s):  
Olga García ◽  
Dolores Ronquillo ◽  
María del Caamaño ◽  
Mariela Camacho ◽  
Kurt Long ◽  
...  

Author(s):  
Halida Thamrin ◽  
Suchi Avnalurini Sharief

Young women have a high risk of anemia, this is due to the loss of iron during menstruation. Young women have a higher risk to experience of anemia than young men because young women experience menstruation each month and desire to diet so that the body is deficient in essential nutrients such as iron. The purpose of this research is to know the comparison of tablet Fe and Vit C with tablet Fe and Vit A to increase the level of hemoglobin on the student of Midwifery School of Universitas Muslim Indonesia. The population in the study was all students of Midwifery School of Universitas Muslim Indonesia, with population size of 131 students. The samples were taken with purposive sampling technique based on certain criteria, with sample size of 32 students. The results of study showed that there was an increase in hemoglobin levels in the group of tablet Fe and vitamin C and the group of tablet Fe and vitamin A. Statistical test results using the T-Test obtained mean difference-1.950, p = 0.000 meaning there is a meaningful difference to the increase in hemoglobin level. Keywords: young men; hemoglobin; tablet Fe; vitamin C, vitamin A ABSTRAK Remaja putri memiliki risiko tinggi mengalami anemia, hal ini disebabkan hilangnya zat besi saat menstruasi. Remaja putri mempunyai risiko lebih tinggi terkena anemia dibandingkan remaja putra karena remaja putri mengalami menstruasi tiap bulannya dan keinginan untuk diet sehingga tubuh kekurangan zat gizi penting seperti zat besi. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui Perbandingan Pemberian Tablet Fe dan Vit C dengan Tablet Fe dan Vit A terhadap Peningkatan kadar Hb pada Mahasiswi Prodi DIII Kebidanan Universitas Muslim Indonesia. Jenis penelitian ini adalah penelitian Quasi Experimental dengan pendekatan post test only design untuk Mengetahui Perbandingan Pemberian Tablet Fe dan Vit C dengan Tablet Fe dan Vit A terhadap Peningkatan kadar Hb pada Mahasiswi Prodi DIII Kebidanan Universitas Muslim Indonesia. Adapun populasi pada penelitian adalah seluruh mahasiswi prodi DIII Kebidanan, dengan ukuran populasi 131 mahasiswa. Adapun sampel diambil dengan teknik purposive sampling berdasarkan kriteria tertentu, dengan ukuran sampel 32 mahasiswa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada peningkatan kadar hemoglobin pada kelompok tablet Fe dan vitamin C dan kelompok tablet Fe dan vitamin A. Hasil uji statistik menggunakan uji t-test diperoleh mean difference -1,950, p = 0,000 yang artinya ada perbedaan yang bermakna terhadap peningkatan kadar hemoglobin. Kata kunci: remaja putri; hemoglobin; tablet Fe; vitamin C; vitamin A


Author(s):  
Riya Purwaningtyastuti ◽  
Esti Nurwanti ◽  
Nurul Huda

<p><strong>ABSTRACK</strong></p><p><em><strong>Background:</strong> High sugar levels in people with diabetes mellitus causes changes in the body. One of its detrimental process called oxidation reaction that causes the increased formation of harmful substances called free radicals. Antioxidant vitamin A, C, and E helpful to reduce oxidative damage in people with diabetes mellitus and prevent complications.</em></p><p><em><strong> Objectives:</strong> The know relationship intake antioxidant with blood glocuse level outpatient type 2 diabetes mellitus in RSUD Panembahan Senopati Bantul Yogyakarta.</em></p><p><em><strong> Methods:</strong> This study was observasional with of cross sectional. The subjects in this study were outpatients with diabetes mellitus type 2 with sampels of 89 respondents. Purposive sampling technique. Data consumption pattern of antioxidant, used semi quantitative food frequency (SQFFQ) laboratories to examination and blood glucose levels. Data analysis used Fisher’s Exact Test. </em></p><p><em><strong>Results:</strong> There is significant association between vitamin C intake with blood sugar levels in patients diabetes mellitus the value of p = 0.004. The existence of a no signifi cant association between vitamin E intake with blood sugar levels in patients diabetes mellitus the value of p = 0.073 and there is no signifi cant association between vitamin A intake with blood sugar levels in patients diabetes mellitus the value of p = 0.252. </em></p><p><em><strong>Conclusion:</strong> There is a relationship between vitamin C intake with blood sugar levels, while the intake of vitamin A and E are not related to blood sugar levels</em></p><p><em><strong> KEYWORDS:</strong> type 2 diabetes mellitus, blood glucose level, vitamin C intake, vitamin A intake, vitamin E intake. </em></p><p><strong>ABSTRAK </strong></p><p><em><strong>Latar Belakang :</strong> Kadar glukosa yang tinggi pada penderita kencing manis/DM menyebabkan berbagai perubahan di dalam tubuh. Salah satu proses merugikan dinamakan reaksi oksidasi yang menyebabkan peningkatan pembentukan zat berbahaya yang disebut radikal bebas. Antioksidan vitamin A,C dan E bermanfaat dapat menurunkan kadar glukosa darah.</em></p><p><em><strong> Tujuan:</strong> Untuk mengetahui hubungan antara asupan antioksidan dengan kadar glukosa darah pada pasien rawat jalan DM tipe 2 di RSUD Panembahan Senopati Bantul Yogyakarta.</em></p><p><em><strong> Metode:</strong> Penelitian ini bersifat observasional dengan pendekatan cross-sectional. Subyek dalam penelitian ini adalah pasien rawat jalan diabetes melitus tipe 2 dengan jumlah sampel 89 responden. Teknik pengambilan sampel yaitu purposive sampling. Data asupan antioksidan menggunakan semi quantitative food frequency (SQFFQ) dan hasil pemeriksaan laboratorium untuk kadar glukosa darah. Analisis data menggunakan Fisher’s Exact Test. </em></p><p><em><strong>Hasil :</strong> Terdapat hubungan yang bermakna antara asupan vitamin C dengan kadar glukosa darah pada pasien diabetes melitus tipe 2 dengan p value 0,004, tidak ada hubungan asupan vitamin E dengan kadar glukosa darah pada pasien diabetes melitus tipe 2 dengan p value 0,073 dan tidak ada hubungan asupan vitamin A dengan kadar glukosa darah pada pasien diabetes melitus tipe 2 dengan nilai p value 0,252. </em></p><p><em><strong>Kesimpulan:</strong> Ada hubungan antara asupan vitamin C dengan kadar glukosa darah sedangkan vitamin A dan E tidak ada hubungan dengan kadar glukosa darah. </em></p><p><em><strong>KATA KUNCI:</strong> diabetes melitus tipe 2, kadar glukosa darah, vitamin A, vitamin E dan vitamin C</em></p>


2009 ◽  
Vol 4 (3) ◽  
pp. 167
Author(s):  
Yunita Syafitri ◽  
Hidayat Syarief ◽  
Yayuk Farida Baliwati

<p class="MsoNormal" style="margin: 0cm 12.8pt .0001pt 14.2pt; text-align: justify; text-indent: 21.8pt; line-height: normal;"><span style="font-size: 10pt;">Healthy foods contribute to elementary school student proper growth and development. During school time they have greater access and sufficient opportunity to consume street food that available at  school. However, poor street food choices can result in unbalance diet. Availability of street food in school play significant role to elementary school student diet. Street food can contribute 10-20% nutrients toward student daily consumptions. Street food devide into main dishes, snacks, and beverages. The aim of this study was to assess snacking habit of elementary school student in SDN Lawanggintung 01 Kota Bogor. Snacking habits devined as number of street food type and frequency of snacking in school area included canteen merchants and outside school permanent merchants. Design of this study was cross sectional. Fifty student were selected using simple random sampling. Street food contributed to 26.0% energy; 18.7% protein; 22.9% lipid, 20.0% iron; 19.1% vitamin A; dan 24.8% vitamin C to total daily intake. Street food had contribute to 23.0% energy; 21.7% protein; 30.9% lipid, 19.5% iron; 24.1% vitamin A; dan 26.6% vitamin C to adequate intake level. Age and gender had not related to street food habits. Pocket money to purchased food is related to street food habits. Childrens familiy social economic characteristic not related to street food habits. Pocket money to purchased food affected street food habits.</span></p>


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document