scholarly journals Gambaran Tingkat Pengetahuan Masyarakat Tentang Obat Generik di Kelurahan Keraton Kecamatan Martapura Kabupaten Banjar

2019 ◽  
Vol 6 (2) ◽  
pp. 120
Author(s):  
Rahmayanti Fitriah ◽  
Mahriani Mahriani ◽  
Ika Maulida Nurrahma

ABSTRAK Obat generik adalah obat yang penamaannya didasarkan pada kandungan zat aktif tertentu dalam suatu obat dan tidak menggunakan merk dagang. Persepsi pasien terhadap obat generik di masa penerapan JKN ini dinilai oleh banyak pengamat masih buruk, salah satunya yang menyatakan bahwa masih ada persepsi yang salah tentang obat generik, yaitu obat generik dianggap sebagai obat murah sehingga mutunya diragukan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran tingkat pengetahuan masyarakat terhadap obat generik di Kelurahan Keraton Kecamatan Martapura Kabupaten Banjar Kalimantan Selatan Indonesia. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif menggunakan desain cross sectional. Pengambilan data dilakukan melalui lembar kuesioner, dengan sampel yang dipilih menggunakan metode Stratified Random Sampling. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan melalui uji kuesioner kepada 100 responden untuk menilai gambaran tingkat pengetahuan masyarakat tentang obat generik. Dari total sampel dijumpai bahwa 45 orang (45%) responden memiliki tingkat pengetahuan dengan katagori “sedang”. Kepada para pembuat kebijakan kesehatan diharapkan terus meningkatkan sosialisasi obat generik. Kepada pelayanan kesehatan, agar dapat meningkatkan kinerja dalam penyuluhan program promosi obat generik di daerah. Kata Kunci :  Obat Generik, Masyarakat, Tingkat Pengetahuanl  ABSTRACT             Generic drugs are drugs that are named after the activecontained, and not using a trademark. The community’s perception of generic drugs during the JKN application was deemed unsavory by many observers, generic drugs are considered as cheap medicine with doubtable quality. This study aims to determine the level of public knowledge about generic drugs in Kelurahan Keraton Kecamatan Martapura Kabupaten Banjar South Borneo Indonesia. This research is a descriptive researchusing a cross sectional design. The data were collected through a questionnaire, with the sampled selection using Stratified Random Sampling method. Based on the results of the research conducted by the questioning 100 respondents to obtain the level of public knowledge about generic drugs. Of the total sample found, (45%) respondents (45%) has a knowledge level with the category "medium". To health policy makers to continue to increase the socialization of generic drugs. To health services, to improve education programs in the promotion of generic programs in the region. Keywords : Generic Drugs, Society, Level of Knowledge

2020 ◽  
Vol 9 (2) ◽  
pp. 1179-1189
Author(s):  
Lilis Banowati

Pada wilayah kerja Puskesmas klangenan terdapat  195 orang kader  yang tersebar di  5 Desa dan 39 Posyandu yang terdiri atas posyandu madya 27 dan purnama 12. Upaya peningkatan efektivitas posyandu dapat melalui penilaian terhadap usia kader posyandu, status perkawinan kader dan lamanya menjadi kader posyandu diharapkan dapat meningkatkan kinerja kader posyandu dalam melaksanakan kegiatannya dan mendorong pemanfaatan posyandu oleh masyarakat. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan karakteristik kader dengan kehadiran dalam pengelolaan posyandu di wilayah kerja Puskesmas Klangenan Kabupaten Cirebon Tahun 2018.Jenis penelitian yang digunakan adalah survei analitik dengan rancangan observasional pendekatan cross sectional. Jumlah sampel sebanyak 54 kader kesehatan dengan menggunakan metode Simple Random Sampling. Data diperoleh dengan cara wawancara menggunakan kuesioner dan dianalisis secara statistik menggunakan uji chi square.Hasil penelitian menunjukkan bahwa umur kader kesehatan (p=0,002),  pekerjaan (p=0,034) dan lama menjadi kader (p=0,003) ada hubungan dengan kehadiran kader dalam pengelolaan posyandu, sedangkan tingkat pendidikan (p=0,424), dan status perkawinan (0,688) tidak ada hubungan dengan kehadiran kader dalam pengelolaan posyandu di wilayah Puskesmas Klangenan Kabupaten Cirebon.Kata kunci           : Karakteristik kader, kehadiran, pengelolaan posyandu  ABSTRACTIn Puskesmas klangenan there is a cadre of 195 spread over five villages and 39 IHC consisting of posyandu middle 12 and 27 while . posyandu Efforts to improve effectiveness can be through an assessment of the age of Posyandu cadres, cadres and marital status posyandu cadre ever be expected to improve the performance of posyandu cadres in carrying out its activities and encourage the use posyandu by society.The purpose of this study to determine the relationship characteristic of the presence in the management cadre in Puskesmas Posyandu Klangenan Cirebon 2018.This type of research is observational analytic survey with cross sectional design. The total sample of 54 health volunteers using simple random sampling method. Data was obtained through interviews using a questionnaire and analyzed statistically using chi square.The results showed that the age of health volunteers (p = 0.002), occupation (p = 0.034) and the old cadre (p = 0.003) no relationship with the presence of cadres in Posyandu management, while the level of education (p = 0.424) and marital status ( 0.688) there is no relationship with the presence of cadres in posyandu management in Puskesmas Klangenan Cirebon.Keywords             : Characteristics of cadres, attendance, managing Posyandu


Author(s):  
Haryati Astuti

Gadget are phones that have capabilities such as computers, usually have large screens and the operating system is capable of carrying out common applications. Throughout the world there are 76.9 billion gadget usage and will continue to increase. The impact of the use of gadget can have an adverse impact on adolescents, it is known that the mass media or in this case the internet has a big impact on behavior change, such as playing games, watching porn videos and having unlimited relationships with girlfriends. The purpose of this study was to find out the description of the use of gadgets with the learning achievement of students of SMAN 2 Tembilahan in 2018. This research is descriptive with a cross sectional approach. The population in this study were all students of class XI and XII, with the sampling method carried out in proportionate stratified random sampling, as many as 117 samples, carried out on 28 Agustus 2018. The results of this study that use the majority of gadgets have a majority of unfavorable learning achievement as many as 41 people (56.2%) and the negative using the majority gadget also has a bad learning achievement of 52 people (71.2%). It is hoped that this research will be used as a reference for schools on the impact of gadget use, so that this research can later be used by students to improve learning achievement, and can provide additional information for further researchers by replacing or adding existing variables related to the description of gadget usage, learning in adolescents.


e-GIGI ◽  
2015 ◽  
Vol 3 (2) ◽  
Author(s):  
Jacky Ch. Lintang ◽  
Henry Palandeng ◽  
Michael A. Leman

Abstract: The disease of teeth and mouth that most suffered by Indonesian society is caries. Caries is disease in hard tissue of teeth that occurred beginning with process of demineralization of dental hard tissue, followed by tooth decay organic matter. The Indonesian population prevalence of caries is 53.2%. School period is most susceptible to dental caries. Children who have a good knowledge in general, has good behavior to maintain their oral health. The purpose of this study was to examine the relationship knowledge of dental health maintenance and severity of dental health. This type of research is a descriptive study with cross sectional design. The population of this study is all children in 5th grade of Tumaluntung Primary School in North Minahasa, with total sample 45 students. Data collection is done by filling out questionnaire and examination of dental caries index. The results showed that there was no strong relationship between the level of knowledge of dental health maintenance with severity of dental caries (r=0.372).Keywords: knowledge; dental health maintenance; dental caries severityAbstrak: Penyakit gigi dan mulut yang paling banyak diderita masyarakat Indonesia adalah karies. Karies merupakan suatu penyakit pada jaringan keras gigi yang terjadi diawali dengan proses demineralisasi jaringan keras gigi diikuti dengan kerusakan bahan organik gigi. Di Indonesia prevalensi penduduk yang mengalami karies sebanyak 53,2%. Masa sekolah merupakan waktu yang paling rentan terhadap kemungkinan terjadinya karies. Anak-anak yang memiliki pengetahuan baik pada umumnya memiliki perilaku yang baik untuk mejaga kesehatan gigi dan mulut mereka.Tujuan penelitian ini yaitu untuk melihat hubungan pengetahuan pemeliharaan kesehatan gigi dengan tingkat keparahan karies gigi. Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan desain cross sectional. Populasi penelitian ini adalah seluruh anak kelas V SDN Tumaluntung Minahasa Utara, dengan jumlah sampel sebanyak 45 siswa. Pengambilan data dilakukan dengan pengisian kuesioner dan pemeriksaan indeks karies.Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang kuat antara tingkat pengetahuan pemeliharaan kesehatan gigi dengan tingkat keparahan karies gigi (r=0,372).Kata kunci: pengetahuan; pemeliharaan kesehatan gigi; keparahan karies gigi


e-GIGI ◽  
2015 ◽  
Vol 3 (1) ◽  
Author(s):  
Rifon I. Mokodompit ◽  
Krista V. Siagian ◽  
P. S. Anindita

Abstract: Loss of teeth can be caused by various diseases such as caries and periodontal disease. Losing teeth can lead people to emotional impact as well as impaired functions of speaking, chewing, and aesthetics. The use of denture to replace missing teeth is important to avoid these impacts. This study aimed to determine patients’ perception as users of removable acrylic based denture in Kotamobagu. This was a descriptive study with a cross sectional design. Population were 203 users of removable acrylic based denture at dentist services in Kotamobagu. Samples were 67 respondents obtained by using Solvin formula and simple random sampling method. In this study we used questionnaire consisted of 25 questions. The results showed that the patient’s perception was in good category based on competence, access, needs, time, and budget.Keywords: patient’s perception, removable denture, dentist serviceAbstrak: Kehilangan gigi dapat disebabkan oleh berbagai penyakit seperti karies dan penyakit periodontal. Kehilangan gigi dapat menimbulkan dampak emosional serta terganggunya fungsi bicara, pengunyahan, dan estetika. Penggunaan gigi tiruan untuk menggantikan gigi yang hilang penting dilakukan untuk menghindari dampak tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui persepsi pasien pengguna gigi tiruan lepasan berbasis akrilik yang menggunakan jasa dokter gigi di Kotamobagu. Penelitian ini bersifat deskriptif dengan desain potong lintang. Populasi yaitu pasien pengguna gigi tiruan lepasan berbasis akrilik yang menggunakan jasa dokter gigi di Kotamobagu yang berjumlah 203 jiwa. Pengambilan sampel menggunakan rumus Slovin menghasilkan 67 sampel, dan metode pengambilan sampel dilakukan dengan simple random sampling. Studi ini menggunakan kuesioner yang berjumlah 25 pertanyaan. Hasil penelitian menunjukkan berdasarkan kompetensi, akses, kebutuhan, waktu, dan biaya persepsi pasien termasuk kategori baik.Kata kunci : persepsi pasien, gigi tiruan lepasan, jasa dokter gigi


2017 ◽  
Vol 1 (01) ◽  
pp. 105
Author(s):  
Iken Rahma ◽  
Indah Nuraeni ◽  
Hidayah Dwiyanti

ABSTRACT   This research aims to know the difference between snacking habit and nutritional status of catering and non-catering food consumer in SD-UMP Purwokerto and SDN 2 Dukuhwaluh as well as knowing the corelation between snacking habit and nutritional status in SD UMP Purwokerto and SDN 2 Dukuhwaluh. This research used cross sectional design with thirty eight respondents were collected by Simple Random Sampling method. Snacking habit was obtained by using FFQ. The data were analyzed by using Chi-Square and Mann Whitney analysis. Univariate analysis showed that the snacking habit on catering food consumers was 28.5%, whereas on non-catering food consumers was 76.5%. Bivariate analysis result showed the difference between snacking (p= 0.004) and nutritional status ( p= 0.044) on catering and non-catering food consumers in SD UMP Purwokerto and SDN 2 Dukuhwaluh. There was no corelation between snacking habit and the nutritional status in SD UMP Purwokerto and SDN 2 Dukuhwaluh (p= 0,117) and ( p=0,142). There was difference in snacking habit and nutritional status on students who were catering and non-catering consumers in SD UMP Purwokerto and SDN 2 Dukuhwaluh and there was no corelation between snacking habit and nutritional status in SD UMP Purwokerto and SDN 2 Dukuhwaluh.  Key words: Snacking habit, Nutritional status, catering food, non-catering food.  ABSTRAK Kebiasaan mengonsumsi jajan dapat mempengaruhi status gizi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan kebiasaan jajan dan status gizi anak sekolah pengguna katering dan non-katering serta mengetahui hubungan kebiasaan jajan terhadap status gizi di SD UMP Purwokerto dan SDN 2 Dukuhwaluh. Desain penelitian ini menggunakan cross sectional dengan 38 responden dengan metode Simple Random Sampling. Kebiasaan konsumsi jajan diperoleh menggunakan FFQ. Data di analisis menggunakan uji Chi-Square dan uji Mann Whitney. Hasil uji univariat menunjukkan bahwa pada anak sekolah pengguna katering kebiasaan jajan yaitu sebesar 28,5% sedangkan anak sekolah yang non-katering sebesar 76,5%. Hasil uji bivariat menunjukkan terdapat perbedaan kebiasaan jajan ( p = 0,004) dan status gizi ( p= 0,044) pada anak sekolah pengguna katering dan non-katering di SD UMP Purwokerto dan SDN 2 Dukuhwaluh serta tidak terdapat hubungan antara kebiasaan jajan terhadap status gizi di SD UMP Purwokerto dan SDN 2 Dukuhwaluh (p= 0,117) dan (p= 0,142). Terdapat perbedaan kebiasaan konsumsi jajan dan status gizi pada anak sekolah pengguna katering dan non-katering di SD UMP Purwokerto dan SDN 2 Dukuhwaluh serta tidak terdapat hubungan antara kebiasaan mengonsumsi jajan terhadap status gizi di SD UMP Purwokerto dan di SDN 2 Dukuhwaluh.  Kata Kunci: Kebiasaan jajan, Status Gizi, katering, non-katering.  


2021 ◽  
Vol 5 (2) ◽  
pp. 39-50
Author(s):  
Sri Andayani Mahdi Yusuf ◽  
Mohd. Aderi Che Noh ◽  
Khadijah Abdul Razak

This study aims to measure the level of teacher practice in teaching the subject of Maharat al-Quran Integrated Curriculum Tahfiz (KBT). A total of 621 teachers were made respondents in this study. This study is in the form of a cross-sectional survey involving teachers from KBT secondary schools throughout Malaysia. While the sampling method of this study uses stratified random sampling method. Data were analyzed using IBM Statistical Package for Social Science (SPSS) software version 25.0 Descriptively to determine the mean value, standard deviation and percentage. The findings of the study show that the level of teacher practice in teaching the subject of Maharat al-Quran KBT is at a high level. In conclusion, this study successfully highlights the uniqueness of the findings that teachers in secondary schools who implement KBT practice well the teaching of tajwid law, manners of the Quran, recitation, knowledge of Qiraat, practice of Qiraat and Rasm Uthmani in the subject of Maharat al-Quran. The science of tajwid is the main teaching emphasized by the teacher to enable students to learn the Quran. The implication is that tahfiz teachers have a role to teach Quranic skills because teachers are the driving force behind a built curriculum. Abstrak Kekurangan pengetahuan terhadap subjek yang diajar akan mengganggu kelancaran proses pengajaran dan pembelajaran (PdP). Kegagalan memahami isi kandungan pelajaran dapat menjejaskan kaedah PdP yang dirancang dan akan memberikan impak negatif kepada pendidikan itu sendiri. Kajian ini bertujuan untuk mengukur tahap amalan guru dalam pengajaran subjek Maharat al-Quran Kurikulum Bersepadu Tahfiz (KBT). Seramai 621 orang guru dijadikan responden dalam kajian ini. Kajian ini berbentuk tinjauan rentas silang (cross-sectional) yang melibatkan para guru dari sekolah menengah KBT di seluruh Malaysia. Manakala kaedah pensampelan kajian ini menggunakan kaedah pensampelan rawak berstrata (stratified random sampling). Data telah dianalisis menggunakan perisian IBM Statistical Package for Social Science (SPSS) versi 25.0 secara deksriptif untuk mengetahui nilai min, sisihan piawai dan peratusan. Dapatan kajian menunjukkan bahawa tahap amalan guru dalam pengajaran subjek Maharat al-Quran KBT berada pada tahap tinggi. Kesimpulannya, kajian ini berjaya menonjolkan keunikan dapatan bahawa guru di sekolah menengah yang melaksanakan KBT mengamalkan dengan baik pengajaran hukum tajwid, adab al-Quran, tilawah, ilmu Qiraat, amali Qiraat dan Rasm Uthmani di dalam subjek Maharat al-Quran. Ilmu tajwid merupakan pengajaran utama yang ditekankan oleh guru untuk membolehkan murid mempelajari al-Quran. Implikasinya, Guru Tahfiz mempunyai peranan untuk mengajarkan kemahiran al-Quran kerana guru merupakan penggerak sesebuah kurikulum yang dibina


e-GIGI ◽  
2014 ◽  
Vol 2 (1) ◽  
Author(s):  
Bayu R. E. Warouw

Abstract: Tooth extraction is a mostly performed treatment in dental practice because most patients come with bad tooth condition that cannot be taken care anymore. The obstacle of tooth extraction is the society’s knowledge. Lack of knowledge causes doubt about going to the dentist. This study aimed to determine the overview of the knowledge and attitude levels of the people in North Molompar Village, South East Minahasa about tooth extraction. This was a descriptive study with a cross sectional design. There were 87 samples obtained by using the Slovin formula with random sampling method. Data presented in the form of a diagram based at the frequency distribution. The results showed that the knowledge level of tooth extraction in North Molompar was 55% good, obtained from scoring result of 481, and the attitude level of tooth extraction was 69% good, obtained from scoring result of 604. Conclusion: Levels of knowledge and attitude of the people in North Molompar Village, South East Minahasa, about tooth extraction were categorized as good. Keywords: tooth extraction, knowledge, attitude.     Abstrak: Pencabutan gigi merupakan tindakan yang sering dilakukan dalam praktek kedokteran gigi karena kebanyakan pasien datang dengan keadaan gigi yang sudah tidak  bisa dirawat lagi. Hambatan yang dialami dalam upaya pencabutan gigi ialah pengetahuan masyarakat mengenai hal-hal yang menyangkut pencabutan gigi. Pengetahuan yang kurang memadai membuat masyarakat ragu untuk berobat ke dokter gigi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran tingkat pengetahuan dan sikap masyarakat tentang pencabutan gigi di Desa Molompar Utara Kabupaten Minahasa Tenggara. Penelitian ini bersifat deskriptif dengan desain potong lintang. Jumlah sampel sebanyak 87 responden diperoleh dengan menggunakan rumus Slovin dan penarikan sampel berupa acak sederhana. Data disajikan dalam bentuk diagram berdasarkan distribusi frekuensi. Hasil penelitian menunjukkan tingkat pengetahuan masyarakat tentang pencabutan gigi di Desa Molompar Utara yaitu 55% dapat dikatakan baik (hasil skoring 481) dan sikap masyarakat tentang pencabutan gigi di yaitu 69% dapat dikatakan baik (hasil skoring 604). Simpulan: Tingkat pengetahuan dan sikap masyarakat di Desa Molompar Utara terhadap pencabutan gigi tergolong baik. Kata kunci: pencabutan gigi, pengetahuan, sikap.


2019 ◽  
Author(s):  
Gilbert Banamwana

Abstract Background: Workplace violence is a global problem in the health sector especially in the hospitals affecting healthcare works' job satisfaction and performance. Method: The research approach used was quantitative descriptive cross-sectional design. The stratified random sampling method was used to recruit 195 participants among 379 nurses. Results: The findings revealed that 58.5 % (n=114) of nurses have experienced some types of workplace violence in the twelve months preceding the study among them 44.6% (=108) of nurses were verbally abused. Conclusion: Based on the study findings, it was concluded that the hospital management needs to be aware of workplace violence, develop and implement appropriate policies and strategies. These strategies will strengthen nurses' concentration towards their and will results in service delivery improvement. Keywords: Workplace, workplace violence, nurses


Author(s):  
Puspita Sari ◽  
Solihin Sayuti ◽  
M. Ridwan ◽  
La Ode Rekiaddin ◽  
Anisa Anisa

ABSTRAKLatar Belakang. Data WHO tahun 2018 menunjukkan kasus kanker yang paling banyak terjadi di Indonesia adalah kasus kanker payudara, yakni 58.256 kasus dari total 348.809 kasus kanker. Kanker payudara sebagai penyakit yang berisiko diderita perempuan. Perlu dilakukan upaya deteksi dini dengan SADARI.Tujuan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan pengetahuan dan dukungan tenaga kesehatan dengan perilaku pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) pada wanita PUS di Kelurahan Bram Itam Kiri Kecamatan Bram Itam Kabupaten Tanjung Jabung Barat.Metode.Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain cross-sectional. Penelitian ini melibatkan 93 responden yang dipilih dengan teknik Proporsionate Stratified Random Sampling untuk diwawancarai. Analisis data menggunakan chi-square.Hasil. Sebanyak 34,4% responden memiliki perilaku SADARI tidak baik. Ada hubungan bermakna antara pengetahuan dengan perilaku SADARI. Dukungan petugas kesehatan tidak memiliki hubungan yang bermakna dengan perilaku SADARI.Kesimpulan. Pemahaman responden tentang SADARI masih rendah dan  ada hubungan pengetahuan dengan perilaku pemeriksan payudara sendiri (SADARI). ABSTRACTBackground. According to WHO in 2018, most cancer cases in Indonesia are breast cancer cases, with 58,256 cases out of a total of 348,809 cancer cases. Breast cancer is a disease that is at risk for women. Early detection efforts with BSE should be initiated.Objective. This study aims to determine the relationship between knowledge and support of health workers with breast self-examination behavior (BSE) on women with PUS in Bram Itam Kiri Village, Bram Itam District, Tanjung Jabung Barat Regency.Method. This research was a quantitative study with a cross-sectional design. This study involved 93 respondents who were selected using a proportional stratified random sampling technique to be interviewed. Data analysis using chi-square.Results. As many as 34.4% of respondents had bad BSE behavior. There is a significant relationship between knowledge and BSE behavior. Support from health workers did not have a significant relationship with BSE behavior.Conclusion. Respondents' understanding of BSE is still low and there is a relationship between knowledge and breast self-examination behavior (BSE).


2019 ◽  
Vol 4 (3) ◽  
pp. 470
Author(s):  
Nova Arikhman ◽  
Tri Meva Efendi ◽  
Gusliani Eka Putri

<p><em>Early marriage is marriage for teenagers under the age of 20 who should not be ready to carry out marriage. The 2018 Riskesdas data held by BPS, namely the existence of early marriage among women aged ≤ 16 years, 15.66% were married at the age of 17-18 years there were 20.03%. The purpose of this study was to determine the factors that influence early marriage in Baru Village, Air Warm Barat District, Kerinci Regency in 2019.</em><em> </em><em>This type of research is analytic with cross sectional design. The population of this study was all married women in Baru Village, Air Warm Barat District, totaling 207 people with a sample of 67 people. Data collection using a questionnaire by interview. The sampling technique in this study is simple random sampling. The study was conducted in January - August 2019. Data collection was carried out on 09 - 19 July 2019. Data were analyzed univariately and bivariately using computerization.</em><em> </em><em>The results showed less than half (47.8%) of respondents married early, more than half (61.2%) had a low level of knowledge about early marriage, more than half (53.7%) had a supportive culture about early marriage, More out of half (62.7%) having the role of peers plays a role. There is a relationship between the level of knowledge, culture, the role of peers and early marriage in Baru Village, Air Warm Barat District, Kerinci Regency in 2019</em><em></em></p><p> </p><p><em>Pernikahan dini adalah pernikahan pada remaja di bawah usia 20 tahun yang seharusnya belum siap untuk melaksanakan pernikahan.</em><em> Data </em><em>Riskesdas 2018 yang diadakan oleh BPS yaitu adanya pernikahan dini pada perempuan usia ≤ 16 tahunterdapat 15,66% menikah pada usia 17-18 tahun terdapat 20,03%</em><em>. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui </em><em>faktor-faktor yang memengaruhi pernikahan usia dini di Desa Baru Kecamatan Air Hangat Barat Kabupaten Kerinci tahun 2019</em><em>. </em><em>Jenis penelitian </em><em>ini adalah a</em><em>nalitik</em><em> dengan </em><em>desain </em><em>c</em><em>ross sectional</em><em>. </em><em>Populasi penelitian ini adalah seluruh wanita yang sudah menikah di Desa Baru Kecamatan Air Hangat Barat, yang berjumlah 207 orang</em><em> dengan sampel 67 orang. Pengumpulan data menggunakan kuesioner dengan cara wawancara. Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini adalah simple random sampling. Penelitian dilakukan pada bulan </em><em>Januari - Agustus 2019. Pengumpulan data dilaksanakan pada tanggal 09 – 19 Juli 2019.</em><em> Data dianalisis secara univariat dan bivariat menggunakan komputerisasi. </em><em>Hasil penelitian menunjukkan kurang dari separoh </em><em>(</em><em>47,8</em><em>%) </em><em>responden menikah dini, lebih dari separoh </em><em>(</em><em>61,2</em><em>%) </em><em>memiliki tingkat pengetahuan rendah tentang pernikahan dini, lebih dari separoh </em><em>(</em><em>53,7</em><em>%) </em><em>memiliki budaya mendukung tentang pernikahan dini , Lebih dari separoh </em><em>(</em><em>62,7</em><em>%)</em><em> memiliki peran teman sebaya berperan. Ada hubungan tingkat pengetahuan, budaya, peran teman sebaya dengan penikahan dini di Desa Baru Kecamatan Air Hangat Barat Kabupaten Kerinci tahun 2019.</em><em> </em><em></em></p>


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document