SIKAP BAHASA REMAJA: KASUS PEMAKAIAN BAHASA INDONESIA DALAM RUBRIK “DETEKSI” JAWA POS
Teenagers language is considered as variant of Indonesian language which socially mark that the social group who uses such language are teenagers. In various contexts, the using of teenagers language shows different forms. The using of Indonesian language in rubric “Deteksi” Jawa Pos brings particularity, syntactic, and lexicon level. This article aims to describe the language attitude of teenagers with using not standardized indicator of Indonesian language in rubric “Deteksi” Jawa Pos. The data in this research is in using Indonesian language in the forms of words, phrases and sentences. The method used in this research is qualitative method. Data collection was conducted by using observation method and taking note technique. The data analyzing applied distributional method. The research result shows that (1) there are some not- standardized indicators in rubric “Deteksi” Jawa Pos such as interferences, code mixing, and unexamined spelling in writing forms and (2) teenegers language attitude in term of the awareness of language norm. Abstrak Bahasa remaja dipandang sebagai varian bahasa Indonesia yang secara sosial menandai bahwa kelompok sosial yang menggunakan varian itu adalah kaum remaja. Dalam berbagai konteks, pemakaian bahasa remaja memperlihatkan wujud yang berbeda. Pemakaian bahasa Indonesia dalam rubrik “Deteksi” Jawa Pos menampakkan kekhasan, baik pada tataran fonologi, morfologi, sintaksis, maupun leksikon. Artikel ini bertujuan mendeskripsikan sikap bahasa kaum remaja dengan melihat indikator ketidakbakuan pemakaian bahasa Indonesia dalam rubrik “Deteksi” Jawa Pos. Data penelitian ini adalah kesalahan pemakaian bahasa Indonesia berupa kata, frasa, klausa, dan kalimat yang dimuat di rubrik “Deteksi” Jawa Pos. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan metode simak melalui teknik catat. Analisis data menggunakan metode agih. Hasil penelitian ini adalah (1) Beberapa indikator ketidakbakuan dalam rubrik “Deteksi” Jawa Pos antara lain interferensi, campur kode, serta ketidakcermatan ejaan dalam bentuk tertulis dan (2) sikap bahasa remaja ditinjau dari kesadaran akan norma bahasa.