scholarly journals a Nanoemulsi Fraksi Daun Pelawan (Tristaniopsis merguensis Griff) Sebagai Antidiabetes

2021 ◽  
Vol 3 (2) ◽  
pp. 76-83
Author(s):  
Ary - Samsiar
Keyword(s):  
Tween 80 ◽  

Diabetes melitus adalah peningkatan kadar gula dalam darah dan sekresi glukosa dalam urin akibat gangguan metabolisme sekresi insulin. Upaya penanganan diabetes melitus dapat dilakukan dengan terapi dan obat-obatan, namun hal ini dapat menimbulkan efek samping. Diabetes juga bisa diobati dengan ramuan herbal dari alam. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui potensi daun pelawan sebagai antidiabetes berupa nanoemulsi. Daun pelawan diekstraksi dengan aseton, kemudian dipartisi menggunakan pelarut MeOH: air, dipartisi lagi dengan etil asetat, kemudian dipartisi dengan pelarut n-heksana. Nanoemulsi dibuat menggunakan homogenizer dengan kecepatan pengadukan 8000 rpm selama 30 menit dengan komposisi 2,5 ml VCO, 10 ml tween 80 dan 37,5 ml air. Nanoemulsi dari MeOH: fraksi air dan etil asetat memiliki karakteristik yang lebih baik daripada nanoemulsi fraksi n-heksan. Nanoemulsi fraksi MeOH: air memiliki ukuran partikel 123,8 nm, sedangkan etil asetat memiliki ukuran partikel 153,9 nm. Sedangkan sediaan nanoemulsi n-heksan memiliki karakteristik ukuran partikel yang lebih besar yaitu 361 nm, dan memiliki indeks polidispersitas 0,625 nm. Uji antidiabetes menggunakan fraksi etil asetat dapat menghambat α-glukosidase sebesar 1,075% pada konsentrasi 2,5 mg / ml.

2016 ◽  
Vol 5 (1) ◽  
pp. 01-10
Author(s):  
Efta Triastusi ◽  
Meutia Tamimi Auli ◽  
Ema Pristi Yunita

Diabetes Melitus (DM) merupakan masalah yang banyak terjadi di negara berkembang, salah satunya adalah di Indonesia.DM tipe 2 ditandai dengan keadaan resistensi insulin yang dapat terjadi karena penurunan sintesis dan translokasi GLUT-4 ke permukaan sel, hal tersebut disebabkan oleh hambatan aktivitas AMPK di jaringan otot karena produksi TNF-α yang berlebihan.  Biji  jintan  hitam  mengandung thymoquinone  yang memiliki  aktivitas  sebagai antiinflamasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek ekstrak biji jintan hitam terhadap konsentrasi GLUT-4 di jaringan otot. Desain penelitian ini adalah true experimentaldengan sampel 25 ekor tikus putih jantan strain Wistar model DM tipe 2 yang dibagi ke dalam 5 kelompok yaitu kontrol negatif (10% tween 80), kontrol positif (metformin 75 mg/kgBB), 3 kelompok mendapat ekstrak biji jintan hitam dengan dosis yang berbeda (24 mg/kgBB, 48 mg/kgBB, dan 96 mg/kgBB). Induksi DM tipe 2 dilakukan selama 2 bulan dengan menggunakan pakan tinggi kalori yang mengandung 10% lemak babi dan 20% sukrosa serta injeksi STZ 30 mg/kgBB, lalu dilakukan terapi selama 1 bulan. Konsentrasi GLUT-4 diukur dengan menggunakan ELISA, hasilnya tidak terdapat perbedaan konsentrasi GLUT-4 yang signifikan antar kelompok (ANOVA, p > 0,05).


2009 ◽  
Author(s):  
P. Heras ◽  
A. Hatzopoulos ◽  
K. Kritikos ◽  
P. Kazakopoulos ◽  
M. Mantzioros

2019 ◽  
Vol 8 (2) ◽  
pp. 55-58
Author(s):  
Havizur Rahman ◽  
Teresia Anggi Octavia

Diabetes melitus merupakan penyakit degeneratif kronis yang apabila tidak ditangani dengan tepat, lama kelamaan bisa timbul berbagai komplikasi, ini cenderung menyebabkan pasien mendapatkan banyak obat dalam satu resep yang dapat menimbulkan interaksi antar obat. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui persentase terjadinya interaksi obat metformin secara teori serta mengkaji efek yang mungkin timbul dan solusinya. Teknik pengambilan data dengan purpossive sampling, yaitu resep pasien rujuk balik yang menderita diabetes mellitus yang menggunakan metformin. Data yang diperoleh ditemukan bahwa obat yang berinteraksi dengan metformin dengan tingkat keparahan minor ialah sebesar 60%. Kemudian untuk tingkat keparahan moderat ialah sebesar 20%. Sedangkan untuk tingkat keparahan mayor tidak ditemukan. Dari tabel diatas juga dapat diketahui bahwa terdapat 4 obat yang saling berinteraksi dengan metformin, sedangkan untuk obat yang tidak saling berinteraksi dengan metformin terdapat 9 obat. Jumlah obat yang berinteraksi secara teori sebesar 6,85% dan yang tidak berinteraksi 93,15%. Terdapat interaksi obat metformin dengan beberapa obat yaitu furosemid, lisinopril, acarbose dan ramipril.   Kata kunci: interaksi obat, metformin, diabetes mellitus   STUDY OF METFORMIN INTERACTION IN MELLITUS DIABETES PATIENTS   ABSTRACT Mellitus is a chronic degenerative disease which if not handled properly, over time can arise various complications, this tends to cause patients to get many drugs in one recipe that can cause interactions between drugs. The purpose of this study is to determine percentage of metformin drug interactions in theory and examine the effects that may arise and solutions. Data collection techniques using purposive sampling, which is a recipe for reconciliation patients who suffer from diabetes mellitus using metformin. The data obtained it was found that drugs that interact with metformin with minor severity were 60%. Then for moderate severity is 20%. Whereas the major severity was not found. From the table above it can also be seen that there are 4 drugs that interact with metformin, while for drugs that do not interact with metformin there are 9 drugs. The number of drugs that interacted theoretically was 6.85% and 93.15% did not interact. An interaction of the drug metformin with several drugs namely furosemide, lisinopril, acarbose and ramipril.   Keywords: drug interaction, metformin, diabetes mellitus


2018 ◽  
Vol 4 (1) ◽  
Author(s):  
Supriyadi . ◽  
Nurul Makiyah ◽  
Novita Kurnia Sari

<p><em>Buerger Allen Exercise</em> mampu meningkatkan pemakaian glukosa oleh otot yang aktif sehingga glukosa dalam darah dapat menurun, dapat membantu mencegah terjadinya penyakit arteri perifer, serta meningkatkan aliran darah ke arteri dan berefek positif pada metabolisme glukosa. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui nilai <em>ankle brachial index</em>pada penderita diabetes melitus tipe 2setelah melakukan <em>Buerger Allen exercise</em>. Jenis penelitian ini adalah <em>quasy-experiment </em>dengan<em> pre-post test design with control group</em><em>.</em> Jumlah sampel 60 penderita diabetes melitus tipe 2 dengan <em>purposive sampling</em>, dibagi menjadi 2 kelompok yaitu kelompok perlakuan dan kelompok kontrol. Responden kelompok perlakuan diberikan intervensi <em>Buerger Allen exercise</em> sebanyak 12 kali  selama 15 hari.Penelitian dilakukan di wilayah Puskesmas Kecamatan Nganjuk.Data hasilpengukuran nilai <em>ankle brachial index</em>berupa ratio dan diuji statistik dengan <em>Paired Samples Test</em>. Didapatkan <em>p value</em> 0.001 untuk kelompok perlakuan (<em>p value</em>&lt; 0.05) yang menunjukkan bahwa adanya perubahan bermakna secara statistik nilai <em>ankle brachial index</em> sesudah melakukan <em>Buerger Allen exercise</em>. Dapat disimpulkan bahwa nilai <em>ankle brachial index</em>pada penderita diabetes melitus tipe 2 meningkat sesudah melakukan <em>Buerger Allen exercise</em>.</p><p> </p><p> <strong>Kata kunci :penderita diabetes melitus tipe2, <em>Buerger Allen Exercise, Ankle brachial index</em></strong></p><p> </p>


2017 ◽  
Vol 8 (1) ◽  
Author(s):  
Niken Sukesi

Penyakit Diabetes Melitus dapat menyebabkan komplikasi yang sangat berat. Komplikasi dari Diabetes Melitus ini meliputi jantung iskemik, serebrovaskuler, gagal ginjal, ulkus pada kaki, gangguan penglihatan. Komplikasi yang paling sering terjadi adanya perubahan patologis pada anggota gerak bawah yang disebut kaki diabetik. Salah satu jenis olahraga yang dianjurkan dengan diabetes mellitus adalah senam kaki. Senam kaki merupakan latihan yang dilakukan bagi penderita DM atau bukan penderita untuk mencegah terjadinya luka dan membantu melancarkan peredaran darah bagian kaki. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh senam kaki terhadap kadar gula darah pasien diabetes mellitus. Desain dalam penelitian ini adalah Quasy Eksperiment dengan rancangan Pre and Post Test Without Control. Teknik pengambilan sampel menggunakan Consecutive sampling. Alat pengumpul data yang digunakan instrument observasi senam kaki untuk menilai senam kaki, dan alat menilai kadar gula darah yaitu glucometer, kapas dan jarum. Rata-rata kadar gula darah sebelum dan setelah dilakukan senam kaki mengalami penurunan dan ada pengaruh kadar gula darah sebelum dengan sesudah dilakukan senam kaki pada pasien diabetes melitusKata Kunci: Senam Kaki, Kadar Gula Darah THE EFFECT OF GYMNASTIC FEET TOWARD THE BLOOD SUGAR LEVEL FOR THE DIABETICSDiabetes Mellitus causes the complication case. It concludes the heart iskemik, serebrovaskuler, cronic kidney disease, ulcus on the feet, and the impairment of sight. The complication often causes the changing of pathological in certain place such as feet. The one of recommended sport for diabetics is gymnastic feet. Gymnastic feet is an experience for diabetics or not in order to prevent the wound and launch the blood circulation. The research objective is to analyze the effect of gymnastic feet to blood sugar level for diabetics. The research design is using experiment quasy with pre and post test without control. It is using consecutive sampling as the sample of collecting technique, and using observation of gymnastic feet as the collecting data technique to assess the blood sugar level, those are glucometer, cotton, and needle. The average of blood sugar level is decrease after doing the gymnastic feet. Moreover, there is differences between after and before doing the gymnastic feet for diabetics.Key Words : Gymnastic Feet, Blood sugar level


2016 ◽  
Vol 1 (3) ◽  
pp. 138-144
Author(s):  
Ina Edwina ◽  
Rista D Soetikno ◽  
Irma H Hikmat

Background: Tuberculosis (TB) and diabetes mellitus (DM) prevalence rates are increasing rapidly, especially in developing countries like Indonesia. There is a relationship between TB and DM that are very prominent, which is the prevalence of pulmonary TB with DM increased by 20 times compared with pulmonary TB without diabetes. Chest X-ray picture of TB patients with DM is atypical lesion. However, there are contradictories of pulmonary TB lesion on chest radiograph of DM patients. Nutritional status has a close relationship with the morbidity of DM, as well as TB.Objectives: The purpose of this study was to determine the relationship between the lesions of TB on the chest radiograph of patients who su?er from DM with their Body Mass Index (BMI) in Hasan Sadikin Hospital Bandung.Material and Methods: The study was conducted in Department of Radiology RSHS Bandung between October 2014 - February 2015. We did a consecutive sampling of chest radiograph and IMT of DM patients with clinical diagnosis of TB, then the data was analysed by Chi Square test to determine the relationship between degree of lesions on chest radiograph of pulmonary TB on patients who have DM with their BMI.Results: The results showed that adult patients with active pulmonary TB with DM mostly in the range of age 51-70 years old, equal to 62.22%, with the highest gender in men, equal to 60%. Chest radiograph of TB in patients with DM are mostly seen in people who are obese, which is 40% and the vast majority of lesions are minimal lesions that is equal to 40%.Conclusions: There is a signifcant association between pulmonary TB lesion degree with BMI, with p = 0.03


2019 ◽  
Vol 5 (4A) ◽  
pp. 1497
Author(s):  
Buana Dewanti Wimpi ◽  
Diana Natalia ◽  
Effiana Effiana

Latar Belakang: Dermatofitosis adalah suatu kondisi penyakit yang ditandai dengan infeksi pada jaringan berkeratin seperti epidermis, rambut dan kuku. Kondisi ini disebabkan oleh sekelompok jamur berfilamen terkait yang dikenal sebagai dermatofita. Bawang dayak (Eleutherine americana Merr.) merupakan tanaman berumbi merah yang mengandung senyawa bioaktif yang memiliki kemampuan menghambat pertumbuhan jamur golongan dermatofita. Metode: Umbi bawang dayak diekstraksi dengan metode maserasi menggunakan pelarut etanol 96%. Uji aktivitas antijamur menggunakan metode difusi cakram Kirby-Bauer dengan 5 variasi konsentrasi yaitu 60%, 30%, 15%, 7,5% dan 3,75%. Kontrol positif yang digunakan adalah itrakonazol 8 µg/disk sedangkan kontrol negatif yang digunakan adalah pelarut Tween 80 sebesar 10%. Hasil: Ekstrak umbi bawang dayak mengandung senyawa metabolit sekunder berupa saponin, kuinon, flavonoid, fenol, tanin, alkaloid, steroid dan triterpenoid. Uji aktivitas antijamur ekstrak etanol umbi bawang dayak dengan metode difusi cakram tidak membentuk zona hambat terhadap pertumbuhan Microsporum canis. Kesimpulan: Ekstrak etanol umbi bawang dayak tidak memiliki aktivitas antijamur terhadap pertumbuhan Microsporum canis.


2012 ◽  
Vol 12 (1) ◽  
Author(s):  
Purwantiningsih Sugita ◽  
Bambang Srijanto ◽  
Budi Arifin ◽  
Fithri Amelia ◽  
Mahdi Mubarok

Chitosan, a modification of shrimp-shell waste, has been utilized as microcapsule. However, it’s fragile gel property needs to be strengthened by adding glutaraldehyde (glu) and natural hydrocolloid guar gum (gg). This research’s purposes were to study dissolution behaviour of ketoprofen and infar through optimum chitosan-guar gum microcapsule. Into 228.6 mL of 1.75% (w/v) chitosan solution in 1% (v/v) acetic acid,38.1 mL of gg solution was added with concentration variation of 0.35, 0.55, and 0.75% (w/v) for ketoprofen microcapsules and 0.05, 0.19, and 0.33% (w/v) for infar microcapsules, and stirred with magnetic stirrer until homogenous. Afterwards, 7.62mL of glu was added slowly under stirring, with concentrations varied: 3, 3.5, and 4% (v/v) for ketoprofen microcapsules, and 4, 4.5, and 5% (v/v) for infar microcapsules. All mixtures were shaked for 20 minutes for homogenization. All mixtures wereshaked for 20 minutes for homogenization. Into each  microcapsule mixture for ketoprofen, a solution of 2 g of ketoprofen in 250 mL of 96% ethanol was added, whereas solution of 100 mg of in 250 mL of 96% ethanol was added into each microcapsule mixture for infar. Every mixture was then added with 5 mL of 2% Tween-80 and stirred with magnetic stirrer for an hour at room temperature. Everymixture was then added with 5 mL of 2% Tween-80 and stirred with magnetic stirrer for an hour at room temperature. Conversion of suspension into fine powders/granules (microcapsules) was done by using spray dryer. The data of [gg], [glu], and medicine’s content from each microcapsule were treated with Minitab 14 software to obtain optimum [gg] and [glu] for microencapsulation. The dissolution behaviour of optimum ketoprofen and infar microcapsules were investigated. The result of optimization by using Minitab Release 14 software showed that among the microcapsule compositions of [gg] and [glu] were 0.35% (w/v) and 3.75% (v/v), respectively, optimum to coat ketoprofen, whereas [gg] and [glu] of 0.05% (w/v) and4.00% (v/v), respectively, optimum to coat infar, at constant chitosan concentration (1.75% [w/v]). In vitro dissolution profile showed that chitosan-guar gum gel microcapsule was more resistant in intestinal pH condition (rather basic) compared with that in gastric pH (very acidic).


Author(s):  
Jena Hayu Widyasti ◽  
Fitri Kurniasari

Diabetes melitus merupakan suatu penyakit dengan adanya gangguan sekresi insulin baik karena penurunan sensitifitas maupun kerusakan pada sel beta. Tujuan penelitian ini adalah membuktikan ekstrak daun petai cina (Leucaena leucocephala (Lam.) de Wit) memiliki aktivitas menurunkan kadar gula darah mencit hiperglikemik pada dosis yang efektif. Penelitian antihiperglikemik ini menggunakan mencit putih sebanyak 30 ekor. Pengujian aktivitas antihiperglikemik dilakukan pada 6 kelompok perlakuan yaitu kelompok I (kontrol normal), kelompok II (kontrol negatif, induksi aloksan 200 mg/kg BB dan akuades), kelompok III (induksi aloksan dan glibenklamida 10 mg/kg BB), kelompok IV (induksi aloksan dan ekstrak daun petai cina 200 mg/kg BB), kelompok V (induksi aloksan dan ekstrak daun petai cina 400 mg/kg BB), kelompok VI (induksi aloksan dan ekstrak daun petai cina 300 mg/kg BB). Semua kelompok perlakuan diberikan perlakuan tersebut selama 14 hari dan dilakukan pengukuran kadar gula darah pada hari ke-0, 3, 10, dan 17. Aktivitas antihiperglikemik ekstrak daun petai cina ditunjukkan dengan cara menghitung daya hipoglikemik masing-masing perlakuan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak etanol daun petai cina mempunyai aktivitas antihiperglikemik pada mencit yang diinduksi aloksan. Pada dosis uji ekstrak etanol daun petai cina 600 mg/kg BB mempunyai aktivitas antihiperglikemik yang efektif dibanding dengan dosis 400 mg/kg BB dan 200 mg/kg BB yang sebanding dengan kelompok kontrol positif.


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document