JIV-Jurnal Ilmiah Visi
Latest Publications


TOTAL DOCUMENTS

261
(FIVE YEARS 44)

H-INDEX

1
(FIVE YEARS 0)

Published By Universitas Negeri Jakarta

2620-5254, 1907-9176

2021 ◽  
Vol 16 (1) ◽  
pp. 57-68
Author(s):  
Cahniyo Wijaya Kuswanto ◽  
Dinda Marsya ◽  
Agus Jatmiko ◽  
Dona Dinda Pratiwi

Keterlambatan perkembangan motorik halus dapat berdampak pada menurunnya kekuatan otot dan jari-lengan. Bentuk kegiatan yang dapat mengembangkan motorik halus anak salah satunya kegiatan meronce. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh kegiatan meronce terhadap perkembangan motorik halus anak usia 5-6 tahun. Metode penelitian adalah eksperimen dengan jenis design one group pre-test and post-test. Partisipan dalam penelitian ini adalah anak usia 5-6 tahun, yaitu kelompok B2 sebagai eksperimen dengan berjumlah 15 anak yang dilakukan di RA Al-Ikhwan School selama Bulan Juni 2020. Uji hipotesis menggunakan uji-t dengan program SPSS v.24. Teknik pengumpulan data yang dipakai pada penelitian ini menggunakan observasi, wawancara dan dokumentasi. Berdasarkan data hasil uji-t memperoleh nilai Sig (2-tailed ) sebesar 0,000 < 0,05, artinya  diterima dan   ditolak. Kesimpulan dari penelitian ini, ada pengaruh kegiatan meronce terhadap perkembangan motorik halus anak usia 5-6 tahun. Dengan demikian disarankan kegiatan meronce menjadi kegiatan yang dilakukan secara rutin yang  diberikan pada anak usia 5-6 tahun, sehingga berkembangnya motorik halus.   : Delay in fine motor skill development can lead to decrease strength in muscles and fingers. One form of activity that can help develop children's fine motor skills is arranging beads into trinkets such as necklaces. The purpose of this study was to determine the effect of this activity on fine motor skill development of children aged 5-6 years. This study was conducted at RA Al-Ikhwan School in June 2020 with 15 children aged 5-6 years as participants.One group pre- and post-test design experiment is used in this study. Data was gathered through observation, interviews and documentation which then analysed using t-test of SPSS v.24. Based on the t-test results, the Sig (2-tailed) value is 0.000 <0.05, means that  is accepted while H0 is rejected. The conclusion of this study, there is an effect of beads arranging  activity on fine motor skill development of children aged 5-6 years. Thus it is recommended that beads arranging activity is needed to be carried out routinely for children aged 5-6 years in order to help develop motor skills.


2021 ◽  
Vol 16 (1) ◽  
pp. 1-10
Author(s):  
Pasiningsih

Indonesian students who study in Australia sometimes bring their family members, such as their children. Therefore, they do not only play a role as a student but also as a parent. The role will be more complex as they need to build partnership with their children’s school. Building family-school partnerships with families from culturally and linguistically difference can be challenging. Therefore, the aim of this research project was to understand the perspectives of Indonesian families to the notion of partnerships with the school for their children’s education. This study specifically focused on Indonesian families who study postgraduate education in Australia and have a child or children studying in early childhood education settings. This research was based on an exploratory case study. It involved semi-structured interviews with open-ended questions. The data was analyzed using an inductive strategy and thematic analysis. Findings showed that there was discrepancy between participants’ perspectives on authentic partnerships and the practice. Parents viewed partnerships as a collaboration only when they had concerns to children. Lack of open communication emerged as the challenge because participants’ role as a student. Parents felt hesitant also to ask about their children’s school program because of the lack of communication from the teacher and the cultural factor. Therefore, Indonesian families who have dual roles, as students and parents, and Australian teachers who have students that their parents also study could rethink what kind of partnerships that is effective for the benefit of children.   Mahasiswa Indonesia yang belajar di Australia terkadang membawa serta anggota keluarga, salah satunya adalah anak. Oleh karena itu, mereka memiliki peran ganda, sebagai mahasiswa dan sebagai orang tua. Peran tersebut menjadi lebih rumit jika anak mereka juga sekolah di Australia karena mereka diharapkan juga membangun kemitraan dengan sekolah anaknya. Membangun kemitraan antara sekolah dan orang tua dari negara yang berbeda bahasa dan budaya memiliki tantanganan tersendiri. Oleh karena itu, tujuan dari penelitian ini adalah memahami perspektif keluarga Indonesia tentang konsep kemitraan antara keluarga dan sekolah. Penelitian ini berfokus pada keluarga Indonesia yang sedang melanjutkan studi S2 di Australia dan mempunyai anak yang bersekolah di pendidikan anak usia dini. Penelitian ini berbentuk studi kasus eksploratori. Pengambilan data melalui wawancara semi-struktural dengan menggunakan pertanyaan terbuka. Analisis data menggunakan strategi induktif dan analisis tematik. Hasil penelitian menunjukkan orangtua memiliki kekhawatiran yang berbeda terkait anaknya di sekolah. Ada ketidaksesuaian antara perspektif partisipan terkait konsep kemitraan dengan praktek di lapangan. Orangtua menganggap kemitraan sebagai kolaborasi hanya jika ada permasalahan pada anak. Kurangnya komunikasi menjadi tantangan kemitraan akibat peran orang tua sebagai mahasiswa. Orangtua ragu untuk bertanya terkait program sekolah karena kurangnya komunikasi dari guru dan juga faktor kultural. Maka  dari itu, keluarga Indonesia yang memiliki peran ganda, sebagai mahasiswa dan orangtua, serta guru PAUD di Australia yang memiliki siswa dengan orang tua yang juga pelajar di Australia dapat meninjau ulang kemitraan yang efektif untuk mendukung pembelajaran anak.


2021 ◽  
Vol 16 (1) ◽  
pp. 11-24
Author(s):  
Nuraly Masum Aprily ◽  
Anggi Maulana Rizqi ◽  
Purwati Purwati

Raudhatul athfal (RA) merupakan lembaga pendidikan Islam yang memiliki sistem pengajaran dengan nilai-nilai ke-Islaman.  Nilai-nilai ke-Islaman menjadi karakter bagi peserta didik dengan segala kekhasannya. Nilai-nilai dan budaya dari kearifan lokal suatu daerah tertentu menjadi sebagai salah satu landasan filosofisnya. Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan landasan filosofis yang mendasari pelaksanaan pendidikan karakter dan bagaimana proses pelaksanaan pendidikan karakter di madrasah tersebut. Metode penelitian dengan studi kasus, dimana data dikumpulkan melalui observasi, wawancara, studi dokumentasi, dan studi literatur. Partisipan penelitian adalah seorang pemuka agama, seorang kepala sekolah dan dua orang guru. Teknik analisis data dengan cara reduksi data, penyajian data, penarikan kesimpulan dan verifikasi. Hasil penelitian ini adalah: 1) landasan filosofis pendidikan karakter di RA yang dituangkan dalam visi dan misi sekolah; 2) proses penyelenggaraan pendidikan karakter di RA melalui empat tahapan yang meliputi: pembiasaan shalat berjamaah, pembiasaan membaca Iqro dan surat-surat pendek dalam al-qur’an, pembiasaan praktek ibadah, dan kegiatan-kegiatan ekstrakurikuler.  Raudhatul athfal (RA) is a kind of kindergarten institution in Indonesia which teaching and learning system is based on Islamic values. In RA, Islamic values ​​is instilled into good character for students with all their uniqueness. Even the values ​​and culture of the local wisdom around the RA serve as one of its philosophical foundations. The purpose of this study is to describe the values and culture of local wisdom which is used as a philosophical foundation that underlies the implementation of character education and how the process of implementing character education in the school is. Data were collected through observation, interviews, documentation and literature study. Data analysis techniques by means of data reduction, data presentation, drawing conclusions and verification. The results of this study are: 1) the philosophical foundation of character education in RA Qurratu 'Aini is outlined in the vision and mission of the school; 2) the process of organizing character education in RA through four stages which include: habituation of congregational prayers, habituation of reading iqro and short letters of the Koran, habituation of worship practices, and extracurricular activities.


2021 ◽  
Vol 16 (1) ◽  
pp. 69-74
Author(s):  
Ditha Sandyprihati ◽  
Upik Elok Endang Rasmani ◽  
Ruli Hafidah

Pengenalan konsep lambang bilangan pada anak usia 4-5 tahun atau anak TK kelompok A harus diiringi dengan benda konkrit atau nyata agar potensi yang mereka miliki dapat berkembang secara optimal. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui efektivitas penerapan Balok Cuisenaire terhadap kemampuan mengenal konsep lambang bilangan terhadap anak usia 4-5 tahun dalam kegiatan pembelajaran. Penelitian ini merupakan penelitian kuasi eksperimen yang berbentuk nonequivalent control grup design. Penelitian dilaksanakan selama satu bulan dengan 6 kali pertemuan pada setiap kelompok. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah sampel bertujuan. Penelitian dilaksanakan di sebuah taman kanak-kanak di Kota Surakarta. Partisipan penelitian ini adalah kelompok eksperimen berjumlah 21 anak dan kelompok kontrol berjumlah 21 anak. Analisis data terdiri dari uji prasyarat dan uji hipotesis. Hasil uji prasyarat menggunakan Shapiro Wilk dan Levene Test for Equality of Variance yang menunjukkan bahwa data bersifat normal dan homogen. Sedangkan pada uji hipotesis menggunakan paired sample t-test untuk uji pre-post dalam kelompok yang sama dan independent sample t-test untuk uji beda antar kelompok dengan membandingkan skor kelompok kontrol dengan eksperimen pada signifikasi p < 0,05. Hasil penelitian menunjukkan rata-rata pretest kelompok eksperimen dan kontrol adalah 16,05 dan 15,90 dengan nilai signifikansi 0,758. Sedangkan rata-rata posttest kelompok eksperimen dan kontrol adalah 22,29 dan 16,33 dengan nilai signifikansi 0,000. Nilai signifikansi posttest kelompok eksperimen dan kontrol 0,000 ≤ 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat efektivitas penggunaan media balok Cuisenaire terhadap perkembangan mengenal konsep lambang bilangan pada anak usia 4-5 tahun.   The introduction of the concept of number symbols in children aged 4-5 years or kindergarten children group A must be accompanied by concrete or tangible objects so that their potential can develop optimally. The purpose of this study is to find out the effectiveness of the application of Cuisenaire Blocks to the ability to recognize the concept of number symbols to children aged 4-5 years in learning activities. This research is a quasi-experimental study in the form of a nonequivalent control group design. In this research, each group conducts six meetings each month. The sampling technique used is purposive sampling. Participants in this study were an experimental and control group, both consists of 21 children. Data analysis consists of prerequisite and hypothesis tests. The prerequisite test results using Shapiro Wilk and the Levene Test for Equality of Variance showed that the data was usual and homogeneous. While in the hypothesis test using paired sample t-test for pre-post test in the same group and independent sample t-test for different tests between groups by comparing the score of the control and experiment groups on signification p < 0.05. The results showed that the average pretest of the experiment and control group was 16.05 and 15.90, with a significance score of 0.758. Meanwhile, the average posttest of the experiment and control group was 22.29 and 16.33, with a significance score of 0.000. Based on the experiment and control group significance score of 0.000 ≤ 0.05, this research concluded that Cuisenaire block media usage develops the concept of number symbols recognition ability in children aged 4-5.


2021 ◽  
Vol 16 (1) ◽  
pp. 81-96
Author(s):  
Rosyida Ani Dwi Kumala ◽  
Upik Elok Endang Rasmani ◽  
Nurul Kusuma Dewi

Kemampuan computational thinking sudah dipertimbangkan untuk diberikan kepada anak sejak usia dini. Namun belum banyak gambaran terkait kemampuan ini. Penelitian ini bertujuan melaporkan profil kemampuan computational thinking anak usia 5-6 tahun di sebuah PAUD di Kota Surakarta. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif. Teknik pengumpulan data yaitu wawancara pada kepala sekolah, wakil kepala sekolah bidang kurikulum, observasi pembelajaran sebanyak 36 kali, dan dokumentasi. Teknik analisis data melalui proses penyajian data, reduksi data, dan penarikan kesimpulan. Hasil penelitian melaporkan bahwa ada delapan kemampuan computational thinking yang paling terlihat. Kemampuan tersebut adalah: 1) anak terbiasa dengan kegiatan berinstruksi; 2). anak terlatih untuk mencari solusi dari permasalahan yang dihadapi; 3) anak terbiasa mengungkapkan ide berupa gagasan, pendapat, atau karya; 4) anak mampu membagi tugas secara mandiri maupun dengan diskusi teman sebaya; 5) anak terbiasa dengan ice breaking dengan menerjemahan kode; 6) anak sudah terbiasa mengoperasikan komputer secara individu, 7) anak mengetahui fungsi dari fitur colour dan shape yang terdapat pada aplikasi power point dan paint; dan 8) anak mampu menerapkan solusi kedalam permasalahan yang sama pada kegiatan yang memiliki kemiripan dalam penyelesaian. Penelitian ini menyimpulkan bahwa kemampuan computational thinking anak berkembang secara beragam sesuai dengan tingkat intensitas pemberian stimulus.   Computational thinking skills are important for children from an early age. However, there are not many information related to this ability. This study aims to report the profile of the computational thinking ability of children aged 5-6 years in an early childhood education center in Surakarta City. This research is a qualitative approach with interviews to the headmaster and teacher, observation, and documentation as data collection methods. The data were analyzed through display, reduction, and concluding. The results of the study report that there are eight most visible computational thinking abilities. These children's abilities are 1) accustomed to instructional activities; 2). find solutions when facing some problems; 3) accustomed to expressing ideas in the form of opinions or works; 4) divide tasks independently or peer discussion; 5) familiar with ice breaking by translating codes; 6) accustomed to operating computers individually, 7) know the function of the color and shape features found in Powerpoint and paint applications; and 8) apply solutions to the same problem in activities that have similarities in completion. This study concludes that children's computational thinking abilities develop in various ways according to the intensity level of the stimulus.


2021 ◽  
Vol 16 (1) ◽  
pp. 75-80
Author(s):  
Clara Dewi Larasati ◽  
Novita Eka Nurjanah

Rasa aman bagi anak dalam masa tumbuh kembangnya merupakan hal yang penting untuk diperhatikan. Pengasuhan yang tepat merupakan kunci keberhasilan anak dalam memenuhi tugas perkembangannya. Kesadaran orang tua untuk membekali diri mengenai proses pengasuhan tanpa melibatkan kekerasan dalam proses pendisiplinan merupakan hal mendasar untuk menciptakan rasa aman bagi anak. Penelitian dilakukan untuk mengetahui sejauh mana pelaksanaan program pengasuhan dapat menunjang kemampuan pengasuhan orang tua dalam mendisiplinkan anak tanpa melibatkan kekerasan verbal serta dampaknya bagi perkembangan anak. Penelitian ini merupakan studi kasus. Partisipan  dalam penelitian ini terdiri dari 60 orang tua murid kelompok A maupun kelompok B di sebuah TK di Kota Surakarta.  Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan wawancara, observasi, dan studi dokumen. Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa program pengasuhan yang diberikan yaitu Adults and Children Together (ACT) Raising Safe Kids dapat menunjang kemampuan orang tua mengenai pendisiplinan anak tanpa melibatkan kekerasan serta dapat memberikan dampak positif bagi perkembangan sosial emosional anak. Program ini dibagi menjadi tiga sesi yang dilakukan selama 2 jam untuk setiap sesinya. Tujuan program adalah pemahaman orangtua mengenai perkembangan anak sesuai dengan tahap usianya, cara mengelola emosi dan membantu anak untuk mengelola emosi, serta bagaimana menciptakan lingkungan yang aman bagi anak yang terbebas dari kekerasan baik fisik maupun verbal. Penelitian ini melaporkan bahwa program ini dapat meningkatkan praktik pengasuhan yang aman tanpa kekerasan bagi anak.    A sense of security for children during their growth and development is an important thing to pay attention to. Proper parenting is the key to children's success in fulfilling their developmental tasks. Parent’s awareness to equip themselves with the parenting process without involving violence in the disciplinary process is fundamental to creating a sense of security for children. The research was conducted to find out how the implementation of the Adults and Children Together (ACT) Raising Safe Kids program can support the parenting skills of parents in disciplining children without involving verbal violence. This study used a descriptive qualitative method. Data collection techniques in this study using interviews, observation, and document study. The results of this study indicate that the Adults and Children Together (ACT) Raising Safe Kids program is an effective parenting program to equip parents about child discipline without involving violence. The program is divided into three sessions which last for 2 hours each session. This program leads parents to understand the age stage based-child development, to manage emotions and to help children to manage their emotions. This program also facilitates them to know how to create a safe environment for children who are free from both physical and verbal violence. This study concludes that this program can improve safe care practices without violence for children.  


2021 ◽  
Vol 16 (1) ◽  
pp. 47-56
Author(s):  
Ririn Dwi Wiresti ◽  
Erni Munastiwi

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan rekonstruksi pembelajaran anak usia dini study from home pada masa pandemik COVID-19. Pendemi ini mengakibatkan terjadinya perubahan berbagai aspek kehidupan, salah satunya aspek pendidikan. Perubahan ini menyebabkan munculnya berbagai permasalahan terkait pembelajaran, di antaranya pembelajaran yang semula tatap muka beralih menjadi belajar dari rumah. Permasalahan tersebut sebaiknya dicarikan jalan keluar, agar pembelajaran anak usia dini dapat berjalan dengan baik. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan teknik pengumpulan data wawancara, observasi, dan dokumentasi. Partisipan penelitian adalah kepala sekolah dan wali kelas pada Kelompok Bermain TK B di TK Kreatif Primagama Yogyakarta. Pengujian keabsahan data menggunakan triangulasi sumber dan triangulasi teknik. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pembelajaran anak usia dini study from home pada masa pandemik COVID-19 memengaruhi sistem pembelajaran yang ada. Oleh karena itu diperlukan rekonstruksi pembelajaran yaitu penerapan digital learning dan blended learning agar pembelajaran di masa study from home dapat berjalan lancar.   This study aims to describe the reconstruction of early childhood learning study from home during the COVID-19 pandemic. The COVID-19 pandemic outbreak has changed various aspects of life, one of which is education. This change has led to the emergence of various problems related to learning, including learning from face-to-face turning to learning from home. These problems should be found a way out, so that early childhood learning can run well. This study used descriptive qualitative research methods, interview data collection techniques, observation, and documentation. The participants of this study were the principal and homeroom teacher of TK B class at Primagama Creative Kindergarten Yogyakarta. The validity of the data was examined using source and technique triangulation. The results of this study indicate that early childhood learning study from home during the COVID-19 pandemic affected the existing learning system, therefore learning reconstruction is needed, namely the application of digital learning and blended learning so that learning during the study from home period can run smoothly.


2021 ◽  
Vol 16 (1) ◽  
pp. 35-46
Author(s):  
Aim Abdul Karim ◽  
Devi Vionitta Wibowo

Penelitian ini dilatar belakangi oleh adanya kebijakan baru tentang pelaksanaan Belajar dari Rumah (BDR) di masa pandemik COVID-19 yang mengutamakan keselamatan dan kesehatan peserta didik dan pengelola di lembaga PAUD. Kondisi ini berimplikasi pada pembelajaran kerohanian PAUD di mana seharusnya dilaksanakan dengan tatap muka. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui informasi edukasi rohani anak prasekolah dalam jaringan yang mencangkup proses pembelajaran hingga penilaian guru terhadap pembelajaran selama masa pandemik. Pendekatan kualitatif digunakan untuk menggali data melalui wawancara dan dokumentasi terhadap pelaksanaan pembelajaran rohani anak.  Penelitian dilakukan pada sebuah Taman Kanak Kanak (TK) di Kota Yogyakarta dengan karakter keberagamaan agama. Partisipan penelitian adalah guru dan kepala sekolah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pelaksanaan pembelajaran rohani anak usia dini sesuai dengan Kurikulum 2013 selama sistem pembelajaran dalam jaringan. Pembelajaran dilaksanakan melalui pemberian tugas melalui panduan belajar anak selama satu minggu yang dikirimkan melalui media aplikasi Whatsapp Group orangtua siswa. Adapun materi pembelajaran rohani disesuaikan dengan agama masing-masing anak. Orangtua memandu anak dalam kegiatan rohani kemudian mendokumentasikan hasil belajar anak dalam bentuk video maupun foto. Evaluasi menunjukkan bahwa proses pembelajaran kurang efektif, karena minimnya kapasitas guru dan kurang optimal dalam memantau dan membimbing anak secara langsung ketika proses pembelajaran rohani. Hasil yang didapat adalah adanya sebagian anak yang kurang maksimal dalam mengikuti proses pembelajaran, sehingga hal ini berakibat pada penurunan penilaian pembelajaran rohani di lembaga PAUD.   This research was motivated by the existence of a new policy on the implementation of Learning from Home (BDR) during the COVID-19 pandemic which prioritized the safety and health of students and all levels of educators at early childhood institutions. This condition has implications for such institutions, especially in early childhood spiritual education which should also be conducted online. This is a case study which aims to explore the online spiritual education for preschool children that covers the learning process and the teacher's assessment of learning during the pandemic. Qualitative approach was used to gather the information through interviews to teachers and headmasters and documentation on the implementation of children's online spiritual learning at TK Omah Dolanan Yogyakarta. The results show that the implementation of early childhood spiritual learning in this institution is in accordance with the 2013 curriculum during the online learning system. Learning is carried out through giving assignments in the form of broncasthing or children's study guides for one week which are sent through the WhastApp Group application media. The spiritual learning material is adjusted to the religion of each child. Parent guide children in spiritual activities then document their learning outcomes in the form of videos and pictures. The evaluation is not effective in the learning process, namely the lack of teacher capacity and the  inadequacy in monitoring and guiding children during the spiritual learning process. Some children were not participating maximally in the learning process, so this resulted in a decrease in the assessment of spiritual learning in this early childhood institutions.


2021 ◽  
Vol 16 (1) ◽  
pp. 97-106
Author(s):  
Tri Lestari ◽  
Nahadi Nahadi ◽  
Elis Solihati

Tujuan penelitian ini untuk menguji keefektifan bermain peran dalam mengoptimalkan percaya diri calon guru PAUD. Percaya diri menjadi aspek penting bagi mahasiswa calon guru PAUD dengan memberikan stimulus melalui bermain peran. Penelitian ini menggunakan metode single case experiment, analisis statistika deskriptif pada implementasi main peran dalam proses pembelajaran kelompok belajar 5 orang mahasiswa pada pendidikan calon guru di Kota Tasikmalaya yang dilakukan setiap satu minggu sekali, sebanyak 9 pertemuan. Intervensi dilakukan oleh 2 orang fasilitator. Hasil penelitian secara umum melaporkan bahwa partisipasi lima orang mahasiswa dalam aktivitas bermain peran memiliki kategori sangat baik, begitupun dengan keadaan kepercayaan diri mahasiswa dengan kondisi sangat baik. Tingkat keefektifan ditunjukkan oleh selisih persentase peningkatan pada partisipasi dan kepercayan diri masing-masing mahasiswa calon guru PAUD yakni MH1 awal memiliki kepercayaan diri kategori kurang menjadi kategori sangat baik; MH2 memiliki kategori cukup menjadi kategori sangat baik; MH3 memiliki kategori cukup menjadi kategori sangat baik; MH4 memiliki kategori cukup menjadi kategori sangat baik; MH5 skor kategori cukup menjadi kategori sangat baik. Kesimpulan berdasarkan peningkatan skor kepercayaan diri mahasiswa tersebut, metode bermain peran ini layak dijadikan sebagai intervensi optimalisasi pembelajaran mahasiwa dalam meningkatkan kepercayaan dirinya.   The purpose of this study is to examine the effectiveness of role playing in optimizing the confidence of prospective Early Childhood Teachers. Confidence is an important aspect for prospective early childhood teacher because it is needed when they become real teachers. This study is a single case experiment which implement role playing in the learning process of a study group of 5 students in the education of prospective teachers in the City of Tasikmalaya. The role-playing implementation was carried out once a week by two facilitators, as many as 9 meetings. The gathered data was analysed using descriptive statistical analysis. The findings showed that generally the participation of five students in role-playing activities was in a very good category, as well as the state of student self-confidence in very good condition. The level of effectiveness was indicated by the difference in percentage increase in participation and confidence of each early childhood teacher candidates i.e. at the beginning, MH1 was less confidence but after the completion of role playing implementation process he showed to be on the excellent category. Based on the results, it can be concluded that role playing method can be used as an intervention to optimize student learning in improving their confidence.


2021 ◽  
Vol 16 (1) ◽  
pp. 25-34
Author(s):  
Arifah Prima Satrianingrum ◽  
Farida Agus Setyawati

Berbagai faktor memengaruhi setiap keluarga dalam mengaplikasikan pola asuh yang diterapkan untuk anaknya. Salah satu faktor yang memengaruhi pola pengasuhan adalah suku dan budaya yang dipegang teguh oleh orang tua. Tujuan penelitian ini ialah memaparkan kajian tentang adanya perbedaan pola asuh yang dilakukan oleh orang tua dengan latar belakang suku yang berbeda kepada anaknya. Penelitian ini menggunakan kajian literatur yang bersumber dari hasil-hasil penelitian yang sudah dilakukan, buku, dokumen yang tertera secara daring maupun cetak. Hasil studi literatur ini menunjukkan bahwa perbedaan pola asuh di setiap suku di Indonesia dipengaruhi oleh faktor-faktor, seperti adat, kebiasaan, dan lain sebagainya.   Every family is influenced by various factors in applying the pattern of parenting to their children. One of the factors that influence pattern of parenting is the ethnicity and culture that parents adhere to. This study purpose is to report differences in parenting patterns that were influenced by the ethnicity of parents towards their children. This is a literature review sourced from secondary sources from several research results that have been carried out, books, documents that are listed online and in print. This study shows that differences in parenting styles in each ethnic group in Indonesia are influenced by factors in each tribe such as customs and habits.


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document