scholarly journals Pendidikan Kesehatan Kepatuhan Minum Obat Pada Lansia Dengan Diabetes Melitus Tipe II Di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia Binjai

2021 ◽  
Vol 3 (4) ◽  
pp. 661-674
Author(s):  
Sio Citra Manurung ◽  
Resmi Pangaribuan ◽  
Jemaulana Tarigan

ABSTRACT: HEALTH EDUCATION ON MEDICINE COMPLIANCE IN THE ELDERLY WITH DIABETES MELLITUS TYPE II AT THE UPT PELAYANAN SOSIAL LANJUT USIA BINJAI  Introduction: The world organization predicted the increase number of people with diabetes mellitus from 8.4 million in 2000 to around 21.3 million in 2030. Diabetes mellitus is a group of metabolic diseases characterized by hyperglycemia that occur due to the abnormalities in insulin secretion, insulin action, or both. The aging process is continuous and natural experienced by all the living things. The adherence of type 2 Diabetes Mellitus patients is generally defined as the level of behavior of a person receiving treatment to follow the diet plan, take medication and carry out a lifestyle in accordance with the recommendations of health care providers.Health education is aimed to help people take control of their own health by influencing, enabling and reinforcing the decision or action according to their own values and goals. Method: The study used descriptive case study method by carried out 2 patients as the subject. The results of the study found that the patients had the lack of knowledge about the need for drug compliance related to non-adherence to taking the medication. Result: The intervention and implementation were implemented by conducting the health education on medication adherence in stages with the results obtained that the patient appeared to take the drug on time and their blood sugar level was within the normal range. Conclusion: By conducting the health education about medication adherence for the elderly for 3 days, it could increase the knowledge and change their obedience behavior and follow the rules of taking the medication. Keywords: Lack of Knowledge, Diabetes Mellitus, Health Education, Elderly, Medication Adherence.  INTISARI: PENDIDIKAN KESEHATAN KEPATUHAN MINUM OBAT PADA LANSIA DENGAN DIABETES MELITUS  TIPE II DI UPT  PELAYANAN SOSIAL LANJUT USIA BINJAI  Latar Belakang: Organisasi dunia  memprediksi kenaikan jumlah penyandang Diabetes Melitus dari 8,4 juta pada tahun 2000 menjadi sekitar 21,3 juta pada tahun 2030. Diabetes  Melitus  merupakan  suatu kelompok penyakit  metabolik dengan karaktersistik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau kedua duanya. Proses menua yaitu proses yang terus-menerus kelanjutan secara alamiah dan dialami oleh semua makhluk hidup. Kepatuhan pada pasien Diabetes Melitus  tipe 2 secara umum di definisikan sebagai tingkatan perilaku seseorang yang mendapatkan pengobatan untuk menjalankan diet, minum obat dan melaksanakan gaya hidup sesuai dengan rekomendasi pemberi pelayanan kesehatan. Pendidikan kesehatan bertujuan untuk membantu orang-orang mengontrol kesehatan mereka sendiri dengan mempengaruhi, memungkinkan dan menguatkan keputusan atau tindakan sesuai dengan nilai dan tujuan mereka sendiri.Metode: yang digunakan adalah  deskriptif studi kasus. Subjek penelitian dilakukan pada kedua pasien.Hasil: Hasil pengkajian diperoleh kurang pengetahuan tentang kebutuhan kepatuhan minum obat berhubungan dengan ketikdakpatuhan minum obat, intervensi dan implementasi adalah melakukan pendidikan kesehatan kepatuhan minum obat secara bertahap dengan hasil yang diperoleh klien tampak meminum obat tepat waktu dan  kadar gula darah dibatas normal.Kesimpulan: Dengan dilakukannya pendidikan kesehatan tentang kepatuhan minum obat kepada lansia selama 3 hari dapat meningkatkan pengetahuan dan dapat mengubah perilaku lansia menjadi patu dan mengikuti aturan minum obat. Kata kunci: Kurang pengetahuan, diabetes mellitus, pendidikan kesehatan, lansia, kepatuhan minum obat 

2021 ◽  
Vol 1 (3) ◽  
pp. 252-263
Author(s):  
Nurul Fadhilah ◽  
Khairunnisa Batubara

 ABSTRACT: HEALTH EDUCATION ON MEDICINE COMPLIANCE IN TYPE 2 DIABETES MELLITUS PATIENTS IN TK II PUTRI GREEN HOSPITAL, MEDAN Introduction: Type 2 diabetes mellitus is a hyperglycemic condition that occurs even though endogenous insulin is available where the insulin levels produced are damaged by insulin resistance in peripheral tissues. Actions that can be given to clients with type 2 diabetes mellitus that can be chosen to overcome the problem of knowledge about medication adherence are by providing health education. Health education is an activity that educates the public about health by presenting the information.Purpose: The purpose of this scientific paper is to carry out education about medication adherence in patients with Type 2 Diabetes Mellitus at the Tk II Putri Hijau Hospital, Medan.Methods: This research method is a descriptive study with a health education study design regarding medication adherence in patients with type 2 diabetes mellitus using a process approach. This study was conducted on two patients with the same diagnosis of type 2 diabetes mellitus in recurrent patients who do not adhere to medication.Results: The results of the health education research given about medication adherence can increase changes in a healthy life.Conclusion: For further researchers to explore more about medication adherence Keywords: Health education, adherence to medication, Type 2 diabetes  INTISARI: PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG KEPATUHAN MINUM OBAT PADA PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 DI RUMAH SAKIT TK II PUTRI HIJAU MEDAN  Pendahuluan: Diabetes Melitus tipe 2 adalah suatu kondisi hiperglikemia yang terjadi meski tersedia insulin endogen dimana kadar insulin yang dihasilkan dirusak oleh resistensi insulin dijaringan perifer. Tindakan keperawatan yang bisa diberikan kepada klien dengan Diabetes mellitus tipe 2 yang dapat dipilih untuk mengatasi masalah kurang pengetahuan tentang kepatuhan minum obat adalah dengan memberikan pendidikan kesehatan. Pendidikan kesehatan adalah suatu kegiatan yang mendidik masyarakat tentang kesehatan dengan pemaparan informasi.Tujuan: Tujuan dari Karya Tulis Ilmiah ini untuk melaksanakan pendidikan kesehatan tentang kepatuhan minum obat pada pasien Diabetes Melitus Tipe 2 Di Rumah Sakit Tk II Putri Hijau Medan.Metode: Metode penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan rancangan studi pendidikan kesehatan tentang kepatuhan minum obat pada pasien diabetes mellitus tipe 2 menggunakan pendekatan proses keperawatan. Penelitian ini dilakukan pada dua orang pasien dengan diagnosa yang sama dengan masalah penyakit diabetes mellitus tipe 2 pada pasien berulang yang tidak patuh minum obat.Hasil: Hasil penelitian diperoleh pendidikan kesehatan yang diberikan tentang kepatuhan minum obat dapat meningkatkan perubahan hidup sehat.Kesimpulan: Untuk peneliti selanjutnya hendaknya mendalami lagi tentang kepatuhan minum obat Kata kunci : Pendidikan kesehatan, Kepatuhan minum obat,  DM Tipe 2 


e-GIGI ◽  
2015 ◽  
Vol 3 (2) ◽  
Author(s):  
Ezra G. R. Tambunan ◽  
Karel Pandelaki ◽  
Christy N. Mintjelungan

Abstract: Diabetes mellitus (DM) is a group of metabolic diseases with characteristic hyperglycemia that occurs due to insulin secretion, insulin action or both. This disease affects many societies and continuously growing in Indonesia. Periodontal disease is an oral health problem which has a relatively high prevalence in the community where periodontal disease in all age groups in Indonesia.The purpose of this study was to determine the periodontal disease in patients with diabetesmellitus in RSUP Prof. dr. R. D. Kandou Manado. This descriptive study has 68 sample taken with total sampling technique. The sample is examined using evaluation criteria gingival index and CPITN index. The result show that subjects with periodontitis with a score of 4 is the highest as many as 18 people (44%) and subject with a score of 2 is that at least as many as 8 people (19.5%). And subjects with bad gingivitis is the highest as many as 10 people (52.6%) and subject with the good gingivitis is the at least as many as 5 people (26.3%). Based on the result of this study, periodontal disease in patients with diabetes mellitus in RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou most that periodontitis with the number of 41 people (68.3%) compared to gingivitis which is just as many as 19 people (31.7%)Keywords: diabetes mellitus, periodontitis, gingivitis, periodontalAbstrak:Diabetes Melitus (DM) merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena sekresi insulin, kerja insulin atau kedua-duanya. Penyakit ini merupakan penyakit yang banyak diderita kalangan masyarakat dan terus berkembang di Indonesia. Penyakit periodontal merupakan masalah kesehatan gigi dan mulut yang memiliki prevalensi cukup tinggi di masyarakat dimana penyakit periodontal pada semua kelompok umur di Indonesia.Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui penyakit periodontal pada penderita diabetes mellitus di RSUP Prof. dr. R. D. Kandou Manado. Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan jumlah sampel 60 orang yang diambil dengan teknik total sampling. Sampel diperiksa dengan menggunakan kriteria penilaian indeks gingiva dan indeks CPITN. Hasil menunjukkan bahwa yang mengalami periodontitis dengan skor 4 adalah yang paling tinggi yaitu sebanyak 18 orang (44%), dan subjek yang mengalami skor 2 adalah yang yang paling sedikit yaitu sebanyak 8 orang (19.5%). Sedangkan yang mengalami gingivitis yang paling tinggi yaitu gingivitis buruk sebanyak 10 orang (52.6%) dan yang paling sedikit adalah yang mengalami gingivitis ringan yaitu sebanyak 5 orang (26.3%). Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa penyakit periodontal yang paling banyak ditemui pada penderita diabetes melitus di RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado adalah penyakit periodontitis yaitu sebanyak 41 orang (68.3%) dan yang paling sedikit adalah gingivitis yaitu sebanyak 19 orang (31.7%)Kata kunci: diabetes melitus, periodontitis, gingivitis, periodontal


2020 ◽  
Vol 7 (2) ◽  
pp. 97
Author(s):  
Lailatuz Zalia Ifianti ◽  
Rita Hadi Widyastuti

Diabetes melitus adalah gangguan metabolik yang ditandai dengan kenaikan kadar glukosa dalam darah dan dapat menyebabkan  berbagai macam komplikasi sehingga mempengaruhi kualitas hidup lansia. Harapan akan membawa kepada keoptimisan dan meningkatkan kualitas hidup lansia dengan penyakit kronis. Sementara penelitian mengenai dampak harapan masih sangat kurang. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan derajat harapan pada lansia dengan diabetes melitus tipe 2.Penelitian ini menggunakan desain penelitian kuantitatif survei, responden terdiri dari 127 lansia yang menderita DM tipe 2 yang diambil dengan teknik total sampling setelah memenuhi kriteria inklusi. Kuesioner HHI (Herth Hope Index) digunakan untuk mengetahui gambaran harapan. Uji validitas dan reliabilitas telah dilakukan dan hasilnya valid serta reliabel.  Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa karakteristik responden adalah didominasi usia 60-74 tahun, sebagian besar berjenis kelamin wanita, tingkat pendidikan didominasi oleh pendidikan SD-SMP, sebagian besar menikah, Suku Jawa, menderita DM < 5 tahun dan tidak mengalami komplikasi. Derajat harapan menunjukkan bahwa responden mempunyai harapan yang tinggi dengan nilai mean sebesar 37.41. Sebagian besar responden merasa hidupnya memiliki nilai dan berharga.Masyarakat dan petugas kesehatan harus membantu lansia mempertahankan derajat harapan yang sudah tinggi dengan menyediakan dukungan sosial dan membantu lansia mencari jalan keluar ketika menghadapi masalah tentang kesehatan dan yang lainnya. Kata Kunci: diabetes mellitus; harapan; lansiaHOPE IN ELDERLY WITH DIABETES MELITUS TYPE 2Diabetes mellitus is a metabolic disorder that signed with the increase of glucose level in blood and can make various complication which influences the elderly’s quality of life. Hope will bring the optimism and increased the  quality of life on elderly with chronic diseases. However, research supporting this effect is lacking. This study was aimed to find out the description of the hope level among elderly with diabetes mellitus type 2. This study was quantitative descriptive with 127 elderly diabetic patients taken by using total sampling technique by fulfilling the inclusion criteria. Herth Hope Index (HHI) questionnaire was used. The validity and reliability was confirmed. The results of this research show that the age of respondent was dominated with 60-74 years old, mostly consist of female. The education level was mostly elementary school, mostly have been married and from Javanese family, suffered from DM for about 5 years and mostly didn’t have complications. For the hope level, the respondent mostly  is in high level with mean score is 37.41. The respondent feel that their life is worth and precious. Based on the results of this research, the society and health center member should help the elderly to maintenance their level of hope by give the support system to the elderly and facilitate the elderly to solve their problem about health or another. Keywords: diabetes mellitus; elderly; hope  


2021 ◽  
Vol 1 (2) ◽  
pp. 114
Author(s):  
Kadek Resa Widiasari ◽  
I Made Kusuma Wijaya ◽  
Putu Adi Suputra

AbstrakDiabetes melitus menggambarkan sekelompok penyakit metabolik yang temuan umumnya adalah kadar glukosa darah yang meningkat. Pada usia 20-79 tahun, terdapat 463 juta atau setara 9,3% orang di dunia menderita diabetes pada tahun 2019. Diabetes melitus tipe 2 ditandai dengan defisiensi insulin relatif yang disebabkan oleh disfungsi sel pankreas dan resistensi insulin. Faktor risiko penyebabnya dibagi menjadi dua yaitu faktor risiko yang dapat dimodifikasi dan tidak dapat dimodifikasi. Gejala klasik diabetes seperti poliuria, polidipsia, polifagia dan penurunan berat badan yang tidak dapat dijelaskan sebabnya. Empat tes diagnostik untuk diabetes yaitu pengukuran glukosa plasma puasa, glukosa plasma 2 jam setelah TTGO 75 g, HbA1c, dan glukosa darah acak dengan adanya tanda dan gejala klasik diabetes. Tatalaksana dibagi menjadi dua, yaitu farmakologi dan non farmakologi. Tatalaksana non farmakologis terdiri atas edukasi, nutrisi medis, dan latihan fisik. Terapi farmakologis terdiri atas obat oral dan bentuk suntikan dalam bentu obat anti hiperglikemik dan insulin. Terapi farmakologi dan non farmakologi ini berjalan beriringan. Penulisan artikel ini menggunakan metode literature review dan diharapkan dapat dijadikan acuan kedepan dalam melakukan tindakan pencegahan dan pengobatan pasien diabetes melitus sehingga prevalensi berkurang dan komplikasi dapat dihindari.   AbstractDiabetes mellitus describes a group of metabolic diseases whose common finding is elevated blood glucose levels. At the age of 20-79 years, there were 463 million or 9.3% of people in the world suffer from diabetes in 2019. Type 2 diabetes mellitus is characterized by relative insulin deficiency caused by pancreatic cell dysfunction and insulin resistance. The risk factors that cause it are divided into two, namely modifiable and non-modifiable risk factors. The classic symptoms of diabetes include polyuria, polydipsia, polyphagia and unexplained weight loss. The four diagnostic tests for diabetes are measurement of fasting plasma glucose, plasma glucose 2 hours after OGTT 75 g, HbA1c, and randomized blood glucose in the presence of classic signs and symptoms of diabetes. Treatment is divided into two, namely pharmacological and non-pharmacological. Non-pharmacological management consists of education, medical nutrition, and physical exercise. Pharmacological therapy consists of oral drugs and injections in the form of anti-hyperglycemic drugs and insulin. Pharmacological and non-pharmacological therapy goes hand in hand. The writing of this article uses the literature review method and is expected to be used as a future reference in carrying out prevention and treatment of diabetes mellitus patients so that prevalence is reduced and complications can be avoided.  


2021 ◽  
Vol 12 (1) ◽  
pp. 1
Author(s):  
Anita Rosman ◽  
Saldy Yusuf ◽  
Takdir Tahir

ABSTRAKPenderita Diabetes Melitus (DM) tiap tahunnya mengalami peningkatan, apabila tidak tertangani dengan baik maka akan menimbulkan berbagai macam komplikasi. Komplikasi dan resiko dapat dicegah apabila perilaku terhadap pola hidup dan kebiasan pasien DM dapat berubah. Terdapat beberapa teori perubahan perilaku yang dapat di gunakan dalam melakukan edukasi kesehatan pada pasien DM. Meskipun demikian evaluasi terhadap konsep, model atau teori sebagai media edukasi dalam perubahan perilaku pasien DM belum diketahui. Tujuan dari literature review ini adalah untuk mengetahui konsep, model atau teori yang efektif digunakan untuk memberikan edukasi kesehatan kepada pasien DM dalam merubah perilaku mereka. Metode yang digunakan dengan cara melakukan pencarian beberapa studi yang diterbitkan melalui database PubMed, Science Direct, Wiley dan Google Scholar. Strategi pencarian menggunakan kombinasi istilah MeSH Terms. Pertanyaan penelitian dirancang dengan menggunakan prinsip PICO. Studi yang dipilih diterbitkan dari tahun 2015-2019. Setelah dilakukan pencarian artikel dengan kata kunci tersebut maka total artikel yang di review dalam tinjauan literatur ini sebanyak delapan artikel. Konsep, model atau teori PRECEDE PROCEED paling banyak digunakan dalam pencarian literatur ini dibandingkan dengan model yang lain dan salah satu penelitian mengatakan bahwa peningkatan yang signifikan sudah terjadi sejak bulan pertama setelah dilakukannya intervensi.Kata Kunci :  diabetes mellitus, theory, model, behaviorABSTRACTPatients with Diabetes Mellitus (DM) have increased every year, if not handled properly it will cause various kinds of complications. Complications and risks can be prevented if behavior towards the lifestyle and habits of DM patients can change. There are several theories of behavior change that can be used in health education for DM patients. However the evaluation of concepts, models or theories as educational media in changing the behavior of DM patients is unknown. The purpose of this literature review is to find out the concepts, models or theories that are effectively used to provide health education to DM patients in changing their behavior. The method used by searching several studies published through the PubMed, Science Direct, Wiley and Google Scholar databases. The search strategy uses a combination of MeSH Terms. Research questions were designed using PICO principles. Selected studies were published from 2015-2019. After searching for articles with these keywords, the total articles reviewed in this literature review were eight articles. The concept, model or theory of PRECEDE PROCEED is the most widely used in this literature search compared to other models and one of the studies says that a significant increase has occurred since the first month after the intervention.Keywords : diabetes mellitus, theory, model, behavior


2021 ◽  
Vol 6 (1) ◽  
pp. 18
Author(s):  
Made Mahaguna Putra ◽  
Kadek Siki Mariani ◽  
Ni Nyoman Ari Ratnadi

Introduction: Diabetes mellitus is a major public health issue particularly in the elderly. Religion may affect the Quality of Life in such patients, mediated by factors such as religious coping and medication adherence. This study aimed to investigate the impact of religious coping and medication adherence on quality of life.Method: Diabetes mellitus is a major public health issue particularly in the elderly. Religion may affect the Quality of Life in such patients, mediated by factors such as religious coping and medication adherence. This study aimed to investigate the impact of religious coping and medication adherence on quality of life.Result: there is a significant relationship between Religious Coping and adherence to treatment in Diabetes Mellitus patients with a value of r = 0.266 (p = 0.00) and quality of life (r = 0.216; p = 0.00).Conclusion: Religious coping has an important influence and relationship on treatment adherence to diabetes mellitus sufferers and can provide motivation for sufferers in carrying out medication.


2017 ◽  
Vol 13 (2) ◽  
pp. 76
Author(s):  
Fathiyah Safithri

Penurunan massa sel-β pankreas terjadi pada sebagian besar pasien diabetes melitus tipe-II dan hal ini berlangsung secara progresif. Pankreas merupakan salah satu organ yang mempunyai kemampuan meregenerasi dirinya sendiri dalam upaya mempertahankan massa sel-β. Regenerasi dapat terjadi melalui replikasi sel-β matur, diferensiasi/ transdiferesiasi sel punca/progenitor. Keadaan resistensi insulin yang berlangsung secara kronik menyebabkan kemampuan regenerasi tersebut menurun. Biji jintan hitam (Nigella sativa) yang mengandung bioaktif thymoquinone, asam oleat, asam linoleat dan saponin berpotensi meningkatkan kemampuan regenerasi pankreas secara endogen melalui stimulasi proses replikasi sel-β, mempengaruhi niche dan mengaktivasi sel punca endogen.Kata kunci : diabetes mellitus type II, massa sel-β pankreas, regenerasi pankreas endogen, replikasi, diferensiasi, jintan hitam


2021 ◽  
Vol 17 (1) ◽  
pp. 22
Author(s):  
Arie Firdiawan ◽  
Tri Murti Andayani ◽  
Susi Ari Kristina

Diabetes melitus merupakan penyakit kronis yang membutuhkan pengobatan jangka panjang dan kompleks dimana kepatuhan penggunaan obat yang tinggi akan menghasilkan outcome klinik yang baik serta dapat meningkatkan kualitas hidup pasien diabetes melitus. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan kepatuhan pengobatan terhadap outcome klinik pasien diabetes mellitus tipe 2 di beberapa Puskesmas Kota Yogyakarta dan Kabupaten Bantul yang melakukan berkunjung ke Puskesmas periode September hingga Desember 2018. Penelitian ini menggunakan desain cross sectional dengan total responden 200 pasien yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Data kepatuhan pengobatan pasien diperoleh dengan menggunakan kuisioner medication adherence report scale (MARS 5), data outcome klinik pasien berdasarkan glukosa dara sewaktu atau puasa dari rekam medik, data sosiodemografi diperoleh dari wawancara dan rekam medik. Analisis hubungan kepatuhan terhadap outcome klinik menggunakan analisis Chi square. Dari hasil analisis terhadap 200 pasien, pasien memiliki tingkat kepatuhan rendah 114 (57%) dimana alasan utama ketidakpatuhan yaitu pasien lupa minum obat 84 (42%), outcome klinik belum tercapai 136 (68%). Terdapat hubungan antara kepatuhan terhadap outcome klinik (p=0,009; OR=2,211; CI=1,208-4,048). Berdasarkan hasil tersebut, tenaga kesehatan khususnya apoteker perlu lebih menekankan kepatuhan pengobatan untuk menghasilkan outcome klinik yang baik


2020 ◽  
Vol 2 (1) ◽  
pp. 99-104
Author(s):  
Raden Ayu Jihan Fakhirah Ismail ◽  
Nurma Retno Ningtyas

Diabetes melitus adalah suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi  insulin, kerja insulin atau keduanya. Indonesia sebagai salah satu negara berkembang dengan jumlah penduduk yang tinggi memiliki risiko terjadinya masalah kesehatan yang lebih besar. Salah satu masalah kesehatan adalah meningkatnya epidemi diabetes melitus. Saffron, Crocus sativus, tanaman yang berasal dari genus Iridaceous, adalahtanaman yang dianggap sebagai salah satu tanaman herbal yang penting dalam bidang medis, kosmetik dan industri higienis lainnya.Review ini disusun dengan melakukan penulusuran sumber pustaka melalui database NCBI, Garuda, Sinta, dan Google Scholar. Hasil dari penelusuran 19 artikel yang ditemukan yaitu saffron memiliki kandungan crocin crocetin, procicin, safranalyang dapat menjadi kandidat antioksidan yang memiliki pengaruh signifikan terhadap kadar glukosa dalam darah.  Kata kunci: Crocus sativus, diabetes melitus, glukosa, saffron  POTENCY OF SAFFRON AS ANTIDIABETIC  ABSTRACT Diabetes mellitusis a group of metabolic diseases characterized by hyperglycemia that occurs due to abnormal insulin secretion, insulin action or both. Indonesia as a developing country with a high population has a greater risk of health problems. One health problem is the increasing epidemic of diabetes mellitus. Saffron, Crocus sativus, a plant that belongs to the Iridaceous genus, is a plant that is considered one of the important herbal plants in the medical, cosmetic and other hygienic industries. This review was compiled by searching literature sources through NCBI, Garuda, Sprott, and Google Scholar databases. The results of 19 articles search found that saffron contains (crocin crocetin, procicin, safranal) which can be candidates for antioxidants that have a significant effect on glucose levels in the blood  Keywords: crocus sativus, diabetes mellitus, glucose, saffron


2018 ◽  
Vol 5 (1) ◽  
pp. 3404-3406
Author(s):  
Fernando Silalahi Marshal, ◽  
Doddy Prabisma Pohan ◽  
Aznan Lelo

Background : Diabetes Mellitus (DM) is a group of metabolic diseases characterized by hyperglycemia that occurs due to insulin secretion abnormalities, insulin work or both. Most Diabetes Melitus treatments are always associated with diabetic ulcers. Death rates and amputation rates are still high, respectively at 32.5% and 23.5%. The fate of patients with post-amputation Diabetes Melitus is still very bad, as many as 14.3% will die within a year after amputation and 37% will die 3 years after amputation. It has been  mentioned in previous clinical studies that uncontrolled diabetes mellitus was associated with elevated HbA1c  levels associated with the development of retinopathy as well as other complications, with a research reference value r = 0.079. Methods : The study involved Diabetes Melitus patients with diabetic foot diagnosis in Thoracic, Cardiac, and  Vascular  Surgery Polyclinic Department of Surgical and Inpatient Surgery RSUP H. Adam Malik Medan  period  January 2014- December 2016 with a total sample of 70 people. Result : The mean age of study subjects was 55.65 + 12.25. In the table shows that the study subjects based on the most gender were men with 47 subjects (67%). The mean of Glycosilated hemoglobin (HbA1c) was 6.4 + 2.44 mg / dL with the most patients found  at HbA1c <7 mg / dL level of  49 patients (70%). The result of the analysis is p = 0.0001 (p <0,05) this means there is significant relation between Glycosilated hemoglobin (HbA1c) and diabetic foot. Also obtained OR = 3.1 (CI = 95%, p <0.05). Conclusion: Bivariatically there was a significant correlation between Glycosilated hemoglobin (HbA1c) and diabetic foot with p = 0.0001 and Odd Ratio of OR = 3,1 (CI = 95%, p <0,05). For the mean result of Glycosilated hemoglobin (HbA1c) was 6.4 + 2.44 mg / dL with the highest HbA1c <7 mg / dL of 49 patients (70%).


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document