AbstractThis paper would like to explain the hadith study of the tradition of "moing to the grave" conducted on 1 Shawwal of Idul Fitri in Simpang Empat village, Tangaran District, Sambas Regency, West Kalimantan Province. As for the data collection process, it is more dominant by taking the results of the interviews, also by including the literature that discusses this. The results of this study indicate that the tradition of moing to the grave has existed since the past and continues to develop along with the times. In addition, the tradition has Islamic values in it, namely: silaturahim, forgiving, and praying. Besides this tradition shows a lot of wisdom in it namely; remembering death, friendship, increasing the spirit of worship, and the most important thing is getting the reward.Keyword: moing ke kuburan; ziarah kubur; idul fitri AbstrakTulisan ini hendak menjelaskan kajian hadis mengenai tradisi “moing ke kuburan” yang dilakukan pada 1 Syawal hari raya Idul Fitri di desa Simpang Empat, Kecamatan Tangaran, Kabupaten Sambas, Provinsi Kalimantan Barat. Adapun dalam proses pengambilan data lebih dominan dengan mengambil dari hasil wawancara, juga dengan menyertakan literatur-literatur yang membahas hal demikian. Adapun hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwasanya tradisi moing ke kuburan telah ada sejak dahulu dan terus berkembang dengan seiring perkembangan zaman. Selain itu, tradisi tersebut memiliki nilai-nilai Islam di dalamnya yakni: silaturahmi, bermaaf-maafan, dan berdoa. Selain itu tradisi tersebut menunjukkan banyak hikmah di dalamnya yakni; mengingat kematian, silaturahmi, meningkatkan semangat beribadah, dan yang paling penting adalah mendapatkan pahala.Kata kunci: moing ke kuburan; ziarah kubur; idul fitri