KINAA: Jurnal Kepemimpinan Kristen dan Pemberdayaan Jemaat
Latest Publications


TOTAL DOCUMENTS

12
(FIVE YEARS 12)

H-INDEX

0
(FIVE YEARS 0)

Published By Sekolah Tinggi Agama Kristen Negeri Toraja

2722-8827, 2722-8819

2021 ◽  
Vol 2 (2) ◽  
pp. 120-132
Author(s):  
Markus Sakke Pauranan ◽  
Jermia Limbongan

Abstract: Imanuel Botang congregation had resources both human resources and natural resources that were quite abundant, but had not been managed optimally. Seeing these conditions, researchers were interested in researching the role of church assemblies in the economic empowerment of congregations by focusing research on economic empowerment activities in the field of horticultural agriculture and chicken and pig farming. This research was designed according to qualitative research. Qualitative research aims to find out the role of church assemblies in the economic empowerment of congregations. Data collection techniques were carried out through library research and field research through observation and interview. The study was conducted at the Congregation of Emmanuel Botang from September to November 2020. The results showed the role of the Church Assembly in empowerment is as a consultant and empowerment but this is still not realized because it does not fully understand the duties and vocations as a church assembly, the lack of skills / skills of the church assembly in the field of horticultural agriculture and local village pig and chicken farming, lack of free time and lack of good cooperation.   Keywords:  Economic Empowerment,  Role of the Church Assembly, Toraja Church of Imanuel Botang Congregation  Abstrak: Jemaat Imanuel Botang memiliki sumber daya baik Sumber Daya Manusia maupun sumber daya alamnya yang cukup melimpah, namun belum dikelola secara maksimal. Melihat kondisi tersebut peneliti tertarik melakukan penelitian peran majelis gereja dalam pemberdayaan ekonomi jemaat dengan memfokuskan penelitian pada kegiatan pemberdayaan ekonomi di bidang pertanian hortikultura dan peternakan ayam dan babi. Penelitian ini didesain menurut penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif bertujuan untuk mengetahui peran majelis gereja dalam pemberdayaan ekonomi jemaat. Teknik pengumpulan data dilakukan melalui penelitian pustaka dan penelitian lapangan melalui pengamatan (observasi) dan wawancara (interview). Penelitian dilaksanakan di Jemaat Imanuel Botang dari bulan September sampai bulan November 2020. Hasil penelitian menunjukkan peranan Majelis Gereja dalam pemberdayaan adalah sebagai konsultan dan pemberdaya namun hal ini masih belum terealisasi oleh karena belum memahami secara utuh tugas dan panggilan sebagai majelis gereja, minimnya skill/ keterampilan majelis gereja pada bidang pertanian hortikultura dan peternakan babi dan ayam kampung lokal, kurangnya waktu luang dan kurangnya kerja sama yang baik. Kata-kata Kunci: Gereja Toraja Jemaat Imanuel Botang, Pemberdayaan Ekonomi, Peran Majelis Gereja,


2021 ◽  
Vol 2 (2) ◽  
pp. 133-146
Author(s):  
Naomi Sampe ◽  
Simon Petrus

Abstract: The purpose of this study is to describe the context of change faced by today's leaders. Change is a necessary and inevitable thing that must be faced wisely by a leader. In this decade, there have been very rapid changes in the context of people's lives that need to be observed and dealt with appropriately by a leader. This needs to be researched and discussed to be considered by today's leaders. This study uses a qualitative research approach. Data collection techniques are library research and observation. The collected data are presented and analyzed qualitatively. The results show that the contexts faced by today's leaders are postmodernism and globalization which bring challenges to individualism, materialism and hedonism. The rapid progress of information and communication technology has become an agent of fundamental change in world culture, including changes in value orientation. Pluralism and emancipation are also a global culture today. The world is now in rapid change all the time, for that we need leaders who are visionary, spiritual and have high integrity, are ethical, innovative and pluralist.   Keywords: Christian distinction, context change, globalization, leadership, postmodernism.   Abstrak: Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguraikan konteks perubahan yang dihadapi oleh para pemimpin dewasa ini. Perubahan adalah suatu hal niscaya dan tak terelakkan yang harus dihadapai secara bijaksana oleh seorang pemimpin. Dekade ini terjadi perubahan yang sangat cepat dalam konteks kehidupan masyarakat yang perlu dicermati dan dihadapi secara tepat oleh seorang pemimpin. Hal ini perlu diteliti dan dibahas untuk menjadi bahan pertimbangan bagi para pemimpin saat ini. Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kualitatif. Teknik pengumpulan data adalah penelitian pustaka dan observasi. Data-data yang terkumpul disajikan dan dianalisis secara kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa konteks yang dihadapi oleh pemimpin masa kini adalah  postmodernisme dan globalisasasi yang membawa tantangan individualism, materialism dan hedonism. Kemajuan pesat teknologi informasi dan komunikasi menjadi    termasuk perubahan orientasi nilai. Pluralisme dan emansipasi juga menjadi budaya global saat ini. Dunia sekarang berada dalam perubahan pesat setiap saat, untuk itu dibutuhkan pemimpin yang visioner, berspiritualitas dan integritas tinggi, beretika, inovatif dan pluralis. Kata-kata Kunci: Distingsi kristiani, kepemimpinan, globalisasi, perubahan konteks, postmodernisme,


Author(s):  
Devi Devi ◽  
Ivan Ivan ◽  
Frans Paillin Rumbi

Abstract : This paper explains congregation understanding about people with disabilities and how the church empowers them. This paper using a qualitative method with the inductive approach—data sources from literature research, observations, and interviews. The findings of this research are people with disabilities were very difficult to accept the situation. However, the people with disabilities can rise and think positively after getting mentoring from church. Chruch assembly to organize service programs like material help and pastoral care, and then empowers. Now, people with disabilities will be getting self-sufficient and participate in serving the church.   Keywords: service, church, empowerment, and disability   Abstrak : Tulisan ini bermaksud menjelaskan pemahaman jemat tentang penyandang disabilitas serta bagaimana gereja memberdayakan para penyandang disabilitas. Data-data dikumpulkan melalui studi kepustakan, observasi dan wawancara. Hasil penelitian ini menemukan bahwa penyandang disabilitas awalnya sulit untuk menerima keadaannya. Akan tetapi mereka dapat bangkit dan berpikir positif karena mendapat pendampingan dari gereja. Majelis gereja menggiatkan program diakonia baik berupa bantuan materi, pendampingan pastoral dan pemberdayaan. Kini penyandang disabilitas mulai menjadi pribadi yang mandiri dan terlibat aktif dalam pelayanan.   Kata kunci: Diakonia, Gereja, Pemberdayaan dan Penyandang Disabilitas


Author(s):  
Wendy Sepmady Hutahaean

Abstract: As the times grew, leadership began to decline and crisis. This leadership crisis is also inseparable from the church environment. Speaking of leadership in the church is seen from the point of view of the Bible, inseparable from the Great person of Jesus Christ. This paper discusses Jesus' leadership model focusing on the Gospel of John. The author formulates the following problem: : What is the model of Jesus' leadership in the Gospel of John and its implementation in the local church? The purpose of writing this scientific paper is to know and explain the model of Jesus' leadership in the Gospel of John and its implementation in the local church. This study uses qualitative research method with descriptive approach which this method considers that the data collected to be the key to what is studied. The data the author observes is the Gospel of John, literature such as books and journal articles on leadership. The model of Jesus' leadership in the Gospel of John is Jesus as the Leader of the sheep, Jesus as the Ministering Leader, and Jesus discipleship and send. An example for the local church leadership model is to put self-integrity first, lead holistically, and implement a discipleship model. The local church leadership model reflecting Jesus' leadership model in the Gospel of John is expected to be a learning experience for leaders in the local church. Keyword: model, the leadership of Jesus, the local church, the example.   Abstrak: Semakin berkembangnya zaman, kepemimpinan mulai merosot dan mengalami krisis. Krisis kepemimpinan ini pun juga tidak terlepas dari lingkungan gereja. Berbicara mengenai kepemimpinan dalam gereja dilihat dari sudut pandang Alkitab, tidak terlepas dari pribadi yang Agung yaitu Yesus Kristus. Penulisan ini membahas tentang model kepemimpinan Yesus yang berfokus pada Injil Yohanes. Penulis merumuskan masalah sebagai berikut: : Bagaimana model kepemimpinan Yesus dalam Injil Yohanes dan implementasinya dalam gereja lokal? Adapun tujuan penulisan dari karya ilmiah ini ialah untuk mengetahui dan memaparkan model kepemimpinan Yesus dalam Injil Yohanes dan implementasinya dalam gereja lokal. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan pendekatan deskriptif yang mana metode ini memandang bahwa data yang dikumpulkan menjadi kunci terhadap apa yang diteliti. Data yang penulis amati ialah kitab Injil Yohanes, literatur-literatur seperti buku dan artikel jurnal tentang kepemimpinan. Adapun model kepemimpinan Yesus dalam Injil Yohanes ialah Yesus sebagai Pemimpin domba-domba, Yesus sebagai Pemimpin yang melayani, dan Yesus memuridkan dan mengutus. Teladan bagi model kepemimpinan gereja lokal yaitu mengutamakan integritas diri, memimpin secara holistik, dan menerapkan model discipleship. Model kepemimpinan gereja lokal yang bercermin dari model kepemimpinan Yesus dalam Injil Yohanes diharapkan dapat menjadi pembelajaran bagi para pemimpin di gereja lokal. Kata kunci: model, kepemimpinan Yesus, gereja lokal, teladan.


Author(s):  
David Eko Setiawan

Abstract: The results of the 2020 population census show that Indonesia is still in the era of demographic bonuses. This phenomenon can be a boon and a disaster if not appropriately addressed. Christian leadership should see this as a challenge and opportunity for the development of the present and future church. This article aims to explain Christian Leadership in the era of demographic bonuses after the 2020 Indonesian population census.  While the research problem in this study is how Christian leadership in the era of demographic bonuses post-census population of Indonesia in 2020? The method used in this study is the library method. The result of this study is Christian leadership in the era of demographic bonuses post-census population of Indonesia in 2020 must be responsive to the changing times, must think about the outreach model of the younger generation more relevant and contextual, should present a holistic service model. Keywords: Christian Leadership, Demographic Bonuses, Population Census  Abstrak: Hasil sensus penduduk tahun 2020 menunjukkan bahwa Indonesia masih berada pada era bonus demografi. Fenomena ini dapat menjadi anugerah dan petaka jika tidak disikapi secara tepat. Kepemimpinan Kristen seharusnya memandang hal tersebut sebagai tantangan dan peluang bagi pengembangan gereja masa kini dan masa depan. Artikel ini bertujuan menjelaskan Kepemimpinan Kristen di era bonus demografi pasca sensus penduduk Indonesia tahun 2020.  Sedangkan reseach problem dalam penelitian ini adalah bagaimanakah Kepemimpinan Kristen di era bonus demografi pasca sensus penduduk Indonesia tahun 2020? Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kepustakaan. Hasil dari penelitian ini adalah Kepemimpinan Kristen di era bonus demografi pasca sensus penduduk Indonesia tahun 2020 wajib tanggap terhadap perubahan zaman, wajib memikirkan model penjangkauan generasi muda yang lebih relevan dan kontekstual, seyogyanya menghadirkan model pelayanan yang holistik.   Kata Kunci: Kepemimpinan Kristen, Bonus Demografi, Sensus Penduduk


Author(s):  
Yudi Jatmiko

Abstract: Undoubtedly, Robert (Bob) Pierce plays an important role and leaves deep impact, generally, in the world of leadership, and particularly in the world of Christian leadership. As a World Vision founder, Pierce leads with vision to God and heart aflame to those in need worldwide. However, this is not without sacrifice. Family and even himself become the polemics he committed throughout his leadership. The question that remains is ‘does Bob Pierce leads well’? By means of literary research, this article exerts to analyze Pierce’s leadership from three important aspects: his relationship with God, how he fulfils God’s vision through his leadership; his relationship with himself, how he regulates his struggles and turns them into opportunity and accomplishments in his leadership; and his relationship with the world, how he impacts bigger community through his leadership. Apart from the failings and success of his leadership, out of these three aspects, Pierce has left faith legacy and leadership that are precious, especially for Christian community, but also generally, for the world. Keywords: Christian Leadership, Bob Pierce, Relationship with God, Relationship with Self, Relationship with the World. Abstrak: Tidak diragukan lagi, Robert (Bob) Pierce memainkan peranan penting dan meninggalkan dampak yang mendalam di dunia kepemimpinan Kristen khususnya, dan dunia kepemimpinan pada umumnya. Sebagai seorang pendiri World Vision, Pierce menjalankan kepemimpinannya dengan visi yang melekat kepada Allah dan hati yang menyala untuk sesama yang membutuhkan di seluruh dunia. Tetapi hal ini bukan tanpa pengorbanan. Keluarga, bahkan diri sendiri menjadi polemik yang dipertaruhkan di sepanjang kepemimpinan ini. Yang mejadi pertanyaan ialah apakah Pierce telah memimpin dengan baik? Melalui metodologi penelitian pustaka, tulisan ini berusaha untuk mendekati kepemimpinan Bob Pierce dari tiga aspek penting, yaitu: relasinya dengan Allah, bagaimana Pierce mewujudkan visi Allah melalui kepemimpinannya; relasinya dengan diri sendiri, bagaimana Pierce mengolah pergumulan diri menjadi peluang dan kemenangan dalam kepemimpinannya; dan relasinya dengan dunia, bagaimana Pierce meninggalkan dampak bagi komunitas yang lebih luas melalui kepemimpinannya. Terlepas dari jatuh bangun kepemimpinan Pierce, dari ketiga aspek ini, ia telah meninggalkan legasi iman dan kepemimpinan yang berharga, secara khusus bagi komunitas Kristen, tetapi juga secara umum, bagi dunia. Kata Kunci: Kepemimpinan Kristen, Bob Pierce, Relasi dengan Allah, Relasi dengan Diri, Relasi dengan Dunia


2020 ◽  
Vol 1 (2) ◽  
pp. 126-140
Author(s):  
RJ Natongam Sianturi

Abstract: Patriarchy culture has strongly influenced the Christianity on marginalizing women, especially limiting women's leadership in the church. Biblical theorems and the church fathers' views that subordinate women are also used as reasons to perpetuate male power in the church. Women are not only blamed for being considered the origin of sin, but also seen as weak, inferior, lustful, more emotional, and less rational than men. Although the Bible also records that there were women who became apostles and leaders, but this fact did not necessarily undermine the patriarchy culture in the church. Based on that, the author criticizes the patriarchy culture in the church and reconstructs a model of church leadership that sides with women. In this article, the author proposes a church without a pulpit as a feminist ecclesial leadership model with several concepts, namely (1) the church is women and women are the church; (2) the church as a common space; (3) the church as a space for friendship; and (4) the church as a space for sharing.   Keywords: leadership, women, feminist, ecclesiology.   Abstrak: Budaya patriarki secara kuat memengaruhi Kekristenan untuk memarginalkan perempuan terkhusus membatasi kepemimpinan perempuan di dalam gereja. Dalil-dalil Alkitab dan pandangan Bapa-bapa gereja yang mensubordinasikan perempuan juga turut digunakan sebagai alat untuk melanggengkan kekuasaan laki-laki di dalam gereja. Perempuan tidak hanya disalahkan karena dianggap sebagai asal dosa namun juga dipandang lebih lemah, lebih rendah, makhluk hawa nafsu, lebih emosional, dan kurang rasional dibandingkan dengan laki-laki. Walaupun Alkitab juga mencatat ada perempuan yang menjadi rasul dan pemimpin, namun fakta ini tidak dapat meruntuhkan budaya patriarki di dalam gereja. Berdasarkan itu, penulis mengkritisi budaya patriarki di dalam gereja dan merekonstuksi model kepemimpinan gereja yang berpihak kepada perempuan. Dalam artikel ini, penulis menggagas gereja tanpa mimbar sebagai model kepemimpinan eklesial feminis dengan beberapa konsep, yaitu (1) gereja adalah perempuan dan perempuan adalah gereja; (2) gereja sebagai ruang bersama; (3) gereja sebagai ruang persahabatan, dan (4) gereja sebagai ruang berbagi.   Kata kunci: kepemimpinan, perempuan, feminis, eklesiologi.


2020 ◽  
Vol 1 (2) ◽  
pp. 111-125
Author(s):  
Ricky Mallisa'

Abstract: The purposes of this research is to analyze the leadership role of Sunday school teachers for generation z in the era of disruption. Disruption is a change in the human life system caused by the development of technological science. As a result, most human activities in the 21st century are assisted by a modern. In addition, the era of disruption was marked by the ease of access. This is an opportunity to do various activities quickly. The presence of opportunities for quick access also has an impact on the lives of Generation Z. But it makes it possible for easy access to pornographic sites that would adversely affect the Z generation and its spiritual growth. Related to that, the leadership role of the Sunday school teacher must guide the z generation in a better direction. So that, the research method used in this research is descriptive qualitative. The approach used in literature research. After that, it is described in a description. Regarding the leadership role of Sunday school teachers for generation z in the era of disruption, the findings in this study are (1) Building spirituality for generation z. (2) Educational approach. That is meant is the role of school teacher leadership to provide education oriented to the growth of Christ's character. (3) The principle of benefits approach that must be utilized for ministry, discipleship, and in the mission of the church. (4) Schoolteacher leadership is characterized by a role model for generation Z. In providing exemplary to z generation is grow in faith in the midst namely digital sophistication in the Era of Disruption.   Keywords: Disruptive, spirituality, Leadership, Z Generation.   Abstrak: Tujuan penelitian adalah untuk mengkaji peran kepemimpinan guru sekolah minggu terhadap generasi Z di era disrupsi. Disrupsi adalah perubahan sistem kehidupan manusia yang disebabkan oleh berkembangnya ilmu teknologi. Akibatnya sebagian besar aktivitas manusia di abad ke-21 ini dibantu oleh kehadiran digital yang modern. Selain itu, Era Disrupsi ditandai dengan adanya kemudahan dalam mengakses. Hadirnya peluang akses yang cepat juga berdampak bagi kehidupan generasi Z. Namun memungkinkan peluang akan mudahnya membuka situs pornografi yang berdampak buruk bagi generasi Z dan pertumbuhan spiritualitasnya. Terkait itu, peran kepemimpinan guru sekolah minggu harus membimbing generasi Z ke arah yang lebih baik. Maka metode penelitian yang digunakan adalah kualitatif deskriptif. Pendekatan yang digunakan adalah literature research. Setelah itu diuraikan secara deskripsi. Terkait peran kepemimpinan guru sekolah minggu bagi generasi Z di era disrupsi, maka temuan-temuan dalam penelitian ini adalah (1) Membangun spiritualitas bagi generasi Z. (2) Melakukan pendekatan secara edukatif. Artinya peranan kepemimpinan guru sekolah memberikan pendidikan yang berorientasi pada pertumbuhan karakter Kristus. (3) Pendekatan asas manfaat yang harus dimanfaatkan untuk pelayanan, pemuridan, dan dalam misi gereja. (4) Kepemimpinan guru sekolah minggu ditandai dengan role model. Artinya memberikan keteladanan bagi generasi Z untuk semakin bertumbuh dalam iman di tengah kecanggihan digital di Era Disrupsi.   Kata kunci: Disrupsi, Spiritualitas, kepemimpinan, Generasi Z


2020 ◽  
Vol 1 (2) ◽  
pp. 68-77
Author(s):  
Fajar Gumelar ◽  
Hengki Wijaya ◽  
Ezra Tari

Abstract: The study of this paper originated from the author's anxiety about the appropriate method of training church members. The author tries to provide a new perspective in the formation of new members of the congregation in the form of transformative deacons. The author offers another way of evangelizing and developing a deacon, namely, a shelter for camps. The author uses a descriptive approach to narrating the facts in the field. Data is collected, reduced and then analyzed so that conclusions are drawn from the facts found. The result was that the halfway house had become a place to preach the gospel in the interior of Mount Meratus. This tent house is a learning space for children to know Christ. A halfway house is a place for children to be guided with skills and independence in various daily activities to become human beings with integrity. The facts found in the field show that there are still many children who come from Christian families who do not understand life as a good Christian. The halfway house, the blessed tent, is present not only as a place for learning for children but for parents as well—a halfway house to help children attend. Children are invited to help others in need.  Keywords: Halfway House, Evangelism, Transformative Diaconia  Abstrak: Kajian tulisan ini berawal dari kegelisahan penulis mengenai metode yang tepat dalam pembinaan warga jemaat. Penulis berusaha memberi perspektif baru dalam pembinaan warga jemaat yang baru dalam bentuk diakonia transformatif. Penulis menawarkan cara lain dalam penginjilan dan pengembangan diakonia yakni rumah singgah kemah. Penulis menggunakan pendekatan dekrriptif untuk menarasikan fakta yang ada di lapangan. Data dikumpulkan, direduksi kemudian dianalisis sehingga ditarik kesimpulan dari fakta yang ditemukan. Hasil yang ditemukan adalah rumah singgah telah menjadi tempat mewartakan injil di pedalaman gunung Meratus. Rumah kemah ini menjadi ruang belajar anak-anak untuk mengenal Kristus. Rumah singgah adalah tempat anak-anak dibimbing keterampilan, kemandirian dalam berbagai kegiatan sehari-hari dengan tujuan supaya menjadi manusia yang berintegritas. Kenyataan ditemukan di lapangan memperlihatkan bahwa masih bayak anak yang berasal dari keluarga Kristen belum memahami hidup sebagai orang Kristen yang baik. Rumah singgah kemah berkah hadir tidak hanya sebagai wadah belajar anak-anak tetapi orang tua juga. Rumah singgah membantu anak dapat madiri. Anak-anak diajak untuk membantu orang lain dalam kekurangan.  Kata Kunci: Rumah Singgah, Penginjilan, Diakonia Transformatif


Author(s):  
Firman Panjaitan

Abstract: The leadership crisis is an actual problem in Indonesia, which can be seen from the arrest of several leaders by the Corruption Eradication Commission due to the weak leadership model of the leaders. The leadership of Jesus Christ is the answer to the current leadership crisis. In the midst of a leadership model that relies on power, position and tends to be self-oriented, Jesus' leadership model which is oriented towards a leader-servant pattern and is altruistic in nature becomes the way to answer the leadership crisis. The critical interpretation’s method of the Bible which search for the meaning of the passage based on the existing text and ‘sitz im leben’, especially to Matthew 20:20-28, found a leadership model of Jesus that deserves to be followed and at the same time can be used as a guide for developing an appropriate and effective leadership model. The results of the study show that the leadership model of Jesus Christ in Matthew 20: 20-28 is leadership that has a vision and leadership ethics for the Kingdom of God, namely a leadership model that is pro-people and life (altruistic). Through the leadership model of Jesus Christ, one can lead effectively, efficiently and down to earth.   Keywords: Christian; Ethics of the Kingdom of God; Jesus Christ; Leadership; Leader-Servant; Vision.     Abstrak: Krisis kepemimpinan adalah masalah aktual di Indonesia, yang terlihat dari peristiwa tertangkapnya beberapa pemimpin oleh Komisi Pemberantasan Korupsi akibat lemahnya model kepemimpinan dari para pemimpin. Menghadapi hal ini, penulis melihat bahwa model kepemimpinan Yesus Kristus merupakan jawaban terhadap krisis kepemimpinan yang sedang terjadi. Di tengah model kepemimpinan yang mengandalkan kekuasaan, jabatan dan cenderung berorientasi pada diri sendiri, maka model kepemimpinan Yesus yang berorientasi pada pola pemimpin-pelayan dan bersifat altruistik menjadi sebuah ‘angin segar’ untuk menjawab krisis kepemimpinan. Dengan menggunakan metode tafsir kritis yang mencari makna perikop berdasarkan teks dan sitz im leben yang ada, khususnya Matius 20:20-28, ditemukan sebuah model kepemimpinan Yesus yang layak diteladani dan sekaligus dapat dijadikan panduan untuk mengembangkan model kepemimpinan yang tepat dan efektif. Hasil penelitian memerlihatkan bahwa model kepemimpinan Yesus Kristus dalam Matius 20:20-28 adalah kepemimpinan yang memiliki visi dan etika kepemimpinan Kerajaan Allah, yaitu model kepemimpinan yang berpihak pada sesama dan kehidupan (bersifat altruistik). Melalui model kepemimpinan Yesus Kristus, seseorang dapat memimpin dengan efektif, efesien dan membumi.   Kata Kunci: Etika Kerajaan Allah; Kepemimpinan; Kristen; Pemimpin–Pelayan; Visi; Yesus Kristus


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document