Jurnal Sains, Teknologi, Urban, Perancangan, Arsitektur (Stupa)
Latest Publications


TOTAL DOCUMENTS

518
(FIVE YEARS 518)

H-INDEX

0
(FIVE YEARS 0)

Published By Universitas Tarumanagara

2685-6263, 2685-5631

Author(s):  
Martinus Dyon Lesmana ◽  
Dewi Ratnaningrum ◽  
Maria Veronica Gandha

The Covid-19 pandemic makes vertical housings vulnerable to mental health problems for residents. The cause of this problem is due to the small size of space, which is shrinking due to changes in urban patterns, which are not able to meet the needs of residents. The resident needs that are usually obtained outside the housing cannot be achieved due to social distancing or the lockdown. The closure of access also makes the residence must be able to become a place of work and entertainment space. As a result, the small dwellings are getting more and more cramped to live in. This problem encourages changes in new housing patterns that take into account the needs of each occupant. The use of a multidisciplinary approach by combining human psychology theory with architectural design theory is able to provide solutions in forming new residential patterns. Maslow's theory of human needs and Ray Oldenburg's theory of the Three Realms of Space form the basis of theory in designing. The design result is a residential unit module design that has all component place by Ray Oldenburg and fulfills Maslow's pyramid theory of needs. Key words: Covid-19 pandemic; Housing Pattern; Human Needs; Shrinking Space; Three Realms of Space AbstrakPandemi Covid-19 membuat hunian-hunian vertikal menjadi rentan terhadap permasalahan kesehatan mental penghuninya. Penyebab permasalahan ini dikarenakan ruang dengan ukuran kecil, yang menyusut akibat perubahan pola kota, yang tidak mampu memenuhi kebutuhan penghuni. Kebutuhan yang biasanya didapatkan di luar hunian menjadi tidak dapat dijangkau karena adanya social distancing hingga lockdown. Penutupan akses juga membuat hunian harus mampu beradaptasi menjadi tempat kerja dan tempat hiburan. Akibatnya hunian yang kecil semakin sesak untuk ditinggali. Permasalahan ini mendorong perubahan pola hunian baru yang mempertimbangkan kebutuhan masing-masing penghuni. Penggunaan metode pendekatan multidisiplin dengan menggabungkan teori psikologi manusia dengan teori desain arsitektural mampu memberikan solusi dalam membentuk pola hunian baru. Teori Maslow tentang kebutuhan manusia dan teori Ray Oldenburg tentang Three Realms of Space menjadi dasar teori dalam merancang. Hasil rancangan berupa desain modul unit hunian yang memiliki karakteristik ketiga tempat oleh Ray Oldenburg dan memenuhi teori piramida kebutuhan Maslow.


Author(s):  
Junie Veronica Putri ◽  
Dewi Ratnaningrum ◽  
Maria Veronica Gandha

In 2020, the outbreak of COVID-19 virus is a shock to every individual and to society. In this time, people lives in a term called "space limitation", isolated in a radius and a certain space that makes people lives in a virtual space. This pandemic limits our living space, altered out daily routine, and makes us isolated in a space that causes us to break ourselves physically and mentally. By nature, architecture can't ignore a problem that is this extreme, architecture has a purpose to make space to be a product of humanity, the purpose of this project is the will to create a future living spaces that is unobstructed, undisturbed, and opened; going through a block by giving a communal space; communal space that connected each other between the inside and outside space so that it provides the feeling of togetherness. This “Non-Isolated Block” project starts by incorporating the meaning of “isolated” and “block”. A block or a box is one of the basic of design, a block marks efficiency in a space but considered “simple & bare”. A block that stood on its own and unconnected makes us feel alone. There should be connectivity from this block to create a living space that makes us feel un-caged or “non-isolated”. By using this “inside, outside, and through the block” concept, this project is aimed to split activities based on space. “Inside the block” is for private activities, “outside the block” is for public activities, and “through the block” is a communal space that has a role as an emerging space, space that is connected to one another, to increase togetherness and productivity. Keywords:  block; communal space; non-isolated; space limitation; through the block. AbstrakMunculnya wabah COVID-19 pada tahun 2020 ini merupakan sebuah guncangan terhadap suatu individu dan masyarakat. Saat ini, manusia hidup dalam “batas ruang”, terisolasi dalam radius dan jarak bahkan ruang hidupnya adalah ruang virtual. Wabah ini membatasi ruang gerak kita, merubah pola aktivitas keseharian kita, membuat kita terisolasi dalam suatu ruang yang dapat membunuh kita secara fisik dan mental. Secara fitrahnya, arsitektur tidak dapat mengabaikan sesuatu yang ekstrem ini, arsitektur memiliki tujuan untuk meruangkan ruang sebagai suatu produksi kemanusiaan, sehingga tujuan dari proyek ini yaitu keinginan untuk menciptakan hunian masa depan yang tidak terhadang, tidak terhalang, dan terbuka; saling menembus antar ruang-ruang dengan fungsi ruang komunal; ruang komunal yang saling terkoneksi satu sama lain di antara ruang dalam dan ruang luar sehingga meningkatkan rasa kebersamaan. Proyek “Non-Isolasi Blok” ini bermula dengan mengambil arti dari “isolasi” dan “blok”. Blok atau kotak merupakan salah satu dasar desain, kotak menandakan efisiensi dalam ruang tetapi dianggap "sederhana & polos". Suatu blok yang berdiri sendiri dan tidak terkoneksi membuat kita merasa tersendiri. Perlu ada konektivitas dari bentuk blok ini untuk menciptakan suatu hunian dengan perasaan tidak terkurung atau “Non-Isolasi”. Dengan konsep “ruang dalam, luar, dan antara”, proyek ini membagi aktivitas berdasarkan ruang. Ruang dalam menjadi ruang dengan aktivitas privat, ruang luar menjadi ruang dengan aktivitas publik, sedangkan ruang antara menjadi ruang komunal yang berperan sebagai ruang tembus, ruang yang terhubung satu sama lain dengan ruang tembus lainnya, sehingga meningkatkan kebersamaan dan produktivitas.


Author(s):  
Musselina Oktavanya Widiyanto ◽  
Nina Carina

Dwelling is an essential form of conscious human activity. The form, aesthetics or beauty, and organization of environment that build become part of how a person lives. The concept of dwelling itself closely related to time and space. Therefore, the concept may shift or replaced according to the phenomena that occurred during the period of time. It is the same thing that we feel today in the presence of COVID – 19. Newly promoted health protocols, such as social isolation creates domino effect. Outdoor activities must be carried out in the dwelling, causing the shelter to need a place to accommodate these new needs. This also creates new problems with the existence of various age groups in one family. With the aim of creating a family ecosystem in one dwelling based on issue of social isolation that interferes with how to interact, the Architectural Programming (Cherry, 2009) method are applied and also points from MASS : Designing senior housing for safe interaction (2020). The application of this method produces programs that suit the needs of each age group in a family as well as paying attention to initial issue, in this case social isolation. One for Three: Multigenerational House is a new shared space concept that combines the needs of three generation and attention to safe interaction in social isolation. In addition, One for Three: Multi-generational House retains the value of independence and identity in all group of age.  Keywords : group of age; multigeneration; safe interaction; shared space; social isolationAbstrak Berhuni merupakan salah satu bentuk kegiatan manusia secara sadar yang esensial. Bentuk, estetika, dan organisasi lingkungan binaan semuanya menjadi bagian dari bagaimana seseorang tinggal. Konsep berhuni memiliki kaitan yang erat dengan waktu dan ruang. Oleh karena itu, konsepnya akan tergeser atau digantikan sesuai dengan fenomena yang terjadi pada kurun waktu yang dimaksud. Sama hal nya yang kita rasakan saat ini yaitu adanya COVID – 19. Protokol kesehatan yang baru digalakan seperti sosial isolation dan menimbulkan efek domino. Kegiatan outdoor harus dilakukan di dalam hunian sehingga menyebabkan hunian memerlukan tempat untuk menampung kebutuhan baru tersebut. Hal ini juga menimbulkan masalah baru dengan adanya kelompok usia yang bervariasi pada satu keluarga. Dengan tujuan menciptakan ekosistem keluarga dalam satu hunian berdasarkan isu terhadap social isolation yang mengganggu cara berinteraksi, maka diterapkan metode Architectural Programming (Cherry, 2009) dan poin dari MASS : Designing senior housing for safe interaction (2020). Penerapan metode ini kemudian menghasilkan program yang sesuai dengan kebutuhan setiap kelompok usia dalam suatu keluarga, serta memperhatikan isu awal yaitu social isolation. Satu untuk Tiga : Hunian Multigenerasi merupakan konsep berhuni shared space yang baru dengan menyatukan kebutuhan tiga generasi dan memperhatikan poin safe interaction in social isolation. Selain itu, . Satu untuk Tiga : Hunian Multigenerasi tetap mempertahankan nilai kemandirian dan identitas pada segala usia. 


Author(s):  
Ghina Devira Basyasyah

Mental health is a basic part of human life. Because mental health affects directly to the way people think, feel, and behave. However, the emergence of mental health is not taken seriously. Griya Jiva is a mental health facility aims to provide a place for the community who needs professional help. Griya Jiva started from increasing mental health in the world, included Indonesia. The cause is the spread of pandemic Covid-19. It is constraining lots of company to close/ stop operating until dismissal. This facility also provides various activity, such as personal consultation, behavioral meditation, gardening therapy, and group support. Moreover, there are supporting programs such as workshop and food bank. This programs expected to help community who needs. This project using Descriptive and Precedent method, by following justified elements or rule of an example. The element that chosen is Natural Lighting where natural lighting could have big impact on patient’s recovery process, because natural lighting can affect someone’s mood. Keywords:  facility; mental health; pandemic AbstrakKesehatan mental merupakan hal dasar yang sangat penting bagi kehidupan manusia. Karena kesehatan mental berpengaruh secara langsung terhadap cara orang berpikir, merasakan dan berprilaku. Namun, seringkali munculnya gangguan kesehatan mental tidak ditanggapi secara serius. Griya Jiva merupakan fasilitas kesehatan mental yang bertujuan untuk memberikan wadah bagi masyarakat yang membutuhkan bantuan tenaga profesioanl. Griya Jiva ini bermula dari meningkatnya gangguan kesehatan mental di seluruh dunia, termasuk Indonesia. Salah satu penyebabnya adalah merebaknya pandemi Covid-19. Hal ini memaksa banyak perusahaan untuk tutup sehingga terjadi PHK massal. Fasilitas ini menyediakan berbagai kegiatan, yaitu Personal Consultation, Behavioral Meditation, Gardening Therapy dan Group Support. Selain itu terdapat program pendukung lainnya seperti workshop dan food bank. Program-program ini diharapkan dapat membantu masyarakat yang membutuhkan. Proyek ini menggunakan metode Deskriptif dan metode Preseden, yaitu dengan mengikuti unsur-unsur atau aturan yang dibenarkan dari sebuah contoh. Unsur yang dipilih tersebut adalah Pencahayaan Alami, dimana pencahayaan alami dapat memberikan pengaruh besar terhadap proses pemulihan pasien, karena pencahayaan alami dapat mempengaruhi suasana hati seseorang.


Author(s):  
Novalentina Novalentina ◽  
Doddy Yuono

Dwelling (also a residence, a residence) is a self-contained accommodation unit used by one or more households as a home; such as a house, apartment, mobile home, household, vehicle, other "substantial" structure. The concept of residence has significance in relation to search and seizure, transport of real property, theft, offenses, and land use planning. In a city like Jakarta, with dense infrastructure, wide economic disparities and a tense social composition, increasing green space should be a top priority. However, residents of the capital Jakarta can reiterate that this is not the case. That in fact lacks a conspicuous park, playground and public park in the capital. The urban design concept deals with the integration of land use, movement and traffic management and the form of the built environment.Its aim is to provide urban high-quality places that are efficient, functional and attractive, and can respond to changing societal, environmental and economic needs over time. In designing it also contributes to, and bridges between planning and design. It deals with the surrounding environment by paying attention to the context of the building and space rather than the object itself. Then it requires access to green infrastructure, open space areas and green spaces, which will contribute to a greener, healthier, smarter, safer, livelier, richer and fairer. This guide will assist in assessing and demonstrating progress in improving green infrastructure to create a place that is useful, sustainable and well used. It creates a wider community, natural environment and supports a healthy economy. Keywords:  Dwelling; Green space; Private space; Public space ; Sustainable. AbstrakDwelling (juga tempat tinggal) adalah sebuah unit akomodasi mandiri yang digunakan oleh satu atau lebih dari satu rumah tangga sebagai; rumah, apartemen, rumah bergerak, rumah tangga, kendaraan, atau struktur "substansial" lainnya. Konsep tempat tinggal memiliki signifikansi dalam kaitannya dengan pencarian, pengangkutan properti nyata, dan perencanaan penggunaan lahan. Di kota seperti Jakarta, dengan infrastruktur yang sangat padat, kesenjangan ekonomi yang luas dan kehidupan sosial yang tegang, peningkatan ruang hijau seharusnya menjadi prioritas utama. Namun, penduduk ibukota Jakarta dapat menegaskan kembali bahwa hal ini tidak terjadi. Bahwa pada nyatanya kekurangan Taman, tempat Bermain dan taman umum yang mencolok di ibukota. Konsep desain perkotaan berkaitan dengan integrasi penggunaan lahan, pergerakan dan lalu lintas manajemen dan bentuk lingkungan binaan. Tujuannya adalah untuk menyediakan perkotaan berkualitas tinggi tempat-tempat yang efisien, fungsional dan menarik, dan dapat menanggapi kebutuhan perubahan masyarakat, lingkungan dan ekonomi dari waktu ke waktu. Dalam mendisain juga berkontribusi, dan menjembatani antara perencanaan dan perancangan. Ini berhubungan dengan lingkungan sekitar dengan memperhatikan konteks bangunan dan ruang daripada objeknya sendiri. Maka diperlukan akses ke infrastruktur hijau, area ruang terbuka dan ruang hijau, yang akan berkontribusi lebih hijau, lebih sehat, lebih cerdas, lebih aman, lebih hidup, lebih kaya dan lebih adil. Panduan ini akan membantu dalam menilai dan mendemonstrasikan perkembangan dalam meningkatkan infrastruktur hijau untuk menciptakan tempat yang berguna, berkelanjutan dan digunakan dengan baik. Ini membuat masyarakat yang lebih luas, lingkungan alam dan mendukung perekonomian yang sehat.


Author(s):  
Irwin Irwin ◽  
Doddy Yuono

The pandemic caused by the corona virus has changed the lifestyle of humans, both directly and indirectly, especially generation Z in Jakarta. The way humans meet their primary needs also changes over time. Many of generation Z decide to shop online to meet their individual needs. Generation Z defines balance as one of the things that is seen in living life, including meeting their needs and interacting with others. The Future Market in Gondangdia exists as a forum that provides space for buying and selling transactions to be more interactive, creative, flexible, and in accordance with health protocols. Through dis-programming, combining creative buying and selling programs and public space as one unit in a design is one of the methods used in designing architectural programs. The combination of the two programs creates an equal space with alternate uses depending on time. The emerging market typology method and its relation to Z generation architecture and behavior become a design strategy in designing. This provides an innovative and interactive buying and selling space according to the needs of generation Z. Keywords: Buy and sell spaces; Public spaces; Future markets; Generation Z; Buy and sell; Dis-programming AbstrakPandemi yang disebabkan oleh virus korona telah mengubah gaya hidup manusia, baik secara langsung maupun tidak langsung, khususnya generasi Z di Jakarta. Cara manusia dalam memenuhi kebutuhan primernya pun berubah seiring berjalannya waktu. Banyak dari generasi Z memutuskan untuk berbelanja online untuk memenuhi kebutuhannya masing-masing. Generasi Z mendefinisikan keseimbangan sebagai salah satu hal yang dilihat dalam menjalani kehiduoan termasuk dalam memenuhi kebutuhannya dan berinteraksi dengan sesamanya. Melalui dis-programming memadukan program jual beli kreatif dan ruang publik sebagai satu kesatuan di dalam sebuah desain merupakan salah satu metodw yang digunakan dalam perancangan program arsitektur. Perpaduan kedua program tersebut menciptakan sebuah ruang yang sama dengan penggunaanya bergantian tergantung oleh waktu. Metode tipologi pasar yang berkembang dan kaitannya dengan arsitektur dan perilaku generasi Z menjadi strategi desain dalam merancang. Hal ini memberikan ruang jual beli yang inovatif dan interaktif sesuai dengan kebutuhan generasi Z.


Author(s):  
Albert Utama ◽  
Sutarki Sutisna

The Living Bot is a project where future residential buildings will adapt to the times. In the coming year, the human population will continue to grow, so that it will use the land as a place for various needs such as shelter, activities, and other things. Along with this increase in human population, the land will also shrink while the land itself is needed so that humans can meet their food needs either from farming (plants), or through livestock (animal). Therefore, The Living Bot created a system in which human implementation begins to adapt to the life in which they live by implementing a residential system that can produce their own food with plantings that maximize vertical land. This form of shelter can be used as a system so that its application can be carried out. Adaptations that are carried out are by changing the lifestyle of humans to the use of technology. The lifestyle that must adapt is by farming, assisted by A.I. technology. because humans in urban areas do not have a background in growing a food crop. Therefore technology is present in helping urban communities, also assisted by modern planting methods such as using hydroponics, aquaponics, aeroponics, and indoor planting techniques assisted by artificial light such as LEDs. Keywords: Adaptation; Techonology Abstrak The Living Bot merupakan sebuah proyek dimana bangunan hunian pada masa depan akan beradaptasi dengan perkembangan zaman. Pada tahun yang akan datang, populasi manusia akan terus bertambah, sehingga akan menggunakan lahan sebagai tempat untuk berbagai macam kebutuhan seperti tempat tinggal, aktivitas, dan hal lainnya. Seiring dengan pertambahan populasi manusia ini, lahan juga akan semakin menyempit sedangkan lahan sendiri diperlukan agar manusia dapat memenuhi kebutuhan pangannya baik dari hasil bertani (tumbuh-tumbuhan), ataupun melalui peternakan (hewani). Maka dari itu The Living Bot membuat suatu sistem yaitu dimana implementasi manusia mulai beradaptasi dengan kehidupan tempat tinggalnya dengan menerapkan sistem hunian yang dapat menghasilkan makanannya sendiri dengan penanaman-penanaman yang memaksimalkan lahan secara vertikal.Bentuk hunian seperti ini dapat dijadikan sebuah sistem sehingga penerapannya dapat dilakukan di berbagai hunian Adaptasi yang dilakukan adalah dengan mengubah gaya hidup manusia sampai kepada pengunaan teknologi. Adapun gaya hidup yang harus beradaptasi adalah dengan bercocok tanam, dengan dibantu oleh teknologi A.I. karena manusia yang ada di perkotaan tidak memiliki latar belakang dalam menanam sebuah tanaman pangan. Maka dari itu teknologi hadir dalam membantu masyarakat kota, juga dibantu oleh metode menanam yang modern seperti menggunakan hidroponik, akuaponik, aeroponik, dan teknik penanaman indoor yang dibantu oleh cahaya buatan seperti LED.


Author(s):  
Fransisca Handayani ◽  
Alvin Hadiwono

"Dwelling" basically means living in a place. However, Dwelling itself has a broader meaning when we understand how humans decided to inhabit. In the book The Nature of Order, Christopher Alexander says "Dwelling is Living-Structure" which means to live is a life participating in a living-structure. This quote directly describes a relationship between nature and humans in the process of living. Seeing the conditions that exist in the world today, there are many aspects that can affect the way humans will live in the future. One of the problems that humans have to face is climate change which causes sea level rise. Realizing that humans must face these events and know that in reality, humans cannot be separated from their natural surroundings, "The Dynamic of Adaptive Shelter" was designed with the aim of wanting to unite aspects of habitation (especially nature and humans) as well as provide solutions for buildings that are adaptive to sea level rise. Located in Kamal Muara, North Jakarta, this project begins by studying the selected site, community activities, the shape of the buildings around the site, as well as the natural characteristics around the site, as a method that refers to a quote from Martin Heidegger's book about "the thing It-self". Referring to the results of the selected site, this project is complemented with programs that are suitable for the activities of the residents of the area and have been developed with systems which can adapt to the issue of sea level rise. Keywords:  Adaptive-Dynamic; Coastal; Dwelling; Fishermen ; Sea Level Rise Abstrak“Dwelling” atau Berhuni pada dasarnya memiliki arti hidup pada suatu tempat. Namun Dwelling sendiri memiliki arti yang lebih luas saat kita memahami awal mula manusia memutuskan untuk berhuni. Dalam buku The Nature of Order Christohper Alexander mengatakan “Dwelling is Living- Structure” yang berarti berhuni adalah hidup berpartisipasi dalam Struktur-kehidupan (Living- structure). Kutipan tersebut secara langsung menggambarkan sebuah keterkaitan antara alam dan manusia dalam menuju proses berhuni. Melihat kondisi yang ada didunia saat ini banyak aspek yang dapat mempengaruhi cara manusia berhuni dimasa depan. Salah satu permasalahan yang harus dihadapi manusia adalah perubahan iklim yang menyebabkan kenaikan permukaan air laut. Menyadari bahwa manusia harus menghadapi peristiwa tersebut dan mengetahuni bahwa pada dasarnya dalam proses berhuni manusia tidak terlepas dari alam sekitarnya, “Wadah Adaptif- Dinamis” dirancang dengan tujuan ingin mempersatukan aspek-aspek berhuni (khususnya alam dan manusia) dan juga memberikan solusi akan bangunan yang adaptif akan kenaikan permukaan air laut. Berlokasi di Kamal Muara, Jakarta Utara proyek ini diawali dengan mempelajari site terpilih, aktivitas masyarakat, bentuk bangunan sekitar tapak, dan juga karakteristik alam sekitar tapak, sebagaimana metode yang mengacu pada kutipan buku Martin Heidegger tentang “the thing It-self”. Mengacu pada hasil analisis tapak terpilih, proyek ini dilengkapi dengan program-program yang sesuai dengan aktifitas penduduk daerahnya dan telah dikembangkan dengan sistem-sistem yang mana dapat beradaptasi dengan kondisi alam sekitar dan menjawa isu akan kenaikan permukaan air laut.


Author(s):  
Rewindy Astari Surbakti ◽  
Doddy Yuono

The 21st century is known as the industrial revolution 4.0 which changes the economy among people who grow together with modernity and technology systems. It proves that the development of human thinking on creativity will greatly affect the development of the creative economy, but this has made the market begin to be abandoned by new generations and switch to e-commerce systems. The existence of an epidemic that has begun to spread in people's lives is also one of the factors that have changed the world economy and made the market begin to be abandoned. Changes in the world economy will require revitalization so that this is used as a foundation in the formation of the Screen Market integrated with the digital system to polarize the economy. The new generation is the key to the development and balance of the economy in technology, this is in line with the entrepreneurial nature and character of the new generation, which makes them prefer to develop as start ups. The revitalization of the economic center will become a forum for interaction with the surrounding environment so that the characteristics of the formation of interaction space are the basis and the beginning of the screen market. The screen market is located on Jl Arjuna Utara which is surrounded by malls, offices, universities, making the type of retail being marketed a creative sub-sector, namely culinary with local products, fashion retail, and also craft retail managed by start ups so it is hoped that the screen market can accommodate interaction and creatively combined with digital developments. Keywords: Economy; Market; New Generation; Technology. Abstrak Abad ke-21 dikenal dengan terjadinya revolusi industri 4.0 yang mengubah  perekonomian  di kalangan masyarakat yang bertumbuh bersama dengan sistem modernitas dan juga teknologi. Membuktikan bahwa perkembangan pemikiran manusia terhadap kreativitas akan sangat memengaruhi perkembangan ekonomi kreatif tetapi hal ini menjadikan pasar mulai ditinggalkan oleh generasi baru dan beralih pada sistem e-commerce. Adanya wabah yang mulai merambat dikehidupan masyarakat juga menjadi salah satu faktor yang merubah perekonomian dunia dan menjadikan pasar mulai ditinggalkan. Perubahan perekonomian dunia ini akan membutuhkan revitalisasi sehingga hal ini dijadikan sebagai landasan pijakan dalam pembentukan Pasar Layar yang dipadukan dengan sistem dari digital sebagai polarisasi perekonomian. Generasi baru merupakan kunci dari perkembangan dan keseimbangan perekonomian dalam teknologi, hal ini sejalan dengan sifat dan watak entrepreneur yang dimiliki oleh generasi baru sehingga menjadikan mereka lebih memilih berkembang sebagai start up. Revitalisasi pusat perekonomian ini akan menjadi wadah interaksi dengan lingkungan sekitar sehingga adanya karakteristik pembentukan ruang interaksi sebagai dasar dan awal dalam pasar layar. Pasar layar berada di Jl. Arjuna Utara yang dikelilingi oleh mall, kantor, universitas menjadikan jenis retail yang dipasarkan merupakan subsektor kreatif yaitu kuliner dengan produk lokal, retail fashion dan juga retail kriya yang dikelola start up sehingga diharapkan Pasar Layar mampu menampung antara interaksi dan kreatif  yang dipadukan dengan perkembangan digital.


Author(s):  
Michael Gideon Josian ◽  
Maria Veronica Gandha

The future of dwelling has a very board context and will continue to be discussed, it is possible that the discussions about “dwelling” is come from the environment of farming and fishing. Things that are not much cared for but still have a role in the survival of the world. Therefore this matter will be discussed using the role of architecture as space, to be able to create an ideal system by paying attention to the quality of farming and fishing for the future, and leaving a trace or memory to be able to carry messages for the future. Talking about the future of an interaction that occurs between the general public and farmers and fishermen, especially considering that farmers and fishermen themselves can be compared to two different poles, a liminal space is needed, which may already exist indirectly in the environment. By letting go of individual egos and emphasizing ego to the point of view of farmers and fishermen. To present a common space, or a place that contains a special character of a city that contains a message for the future. Keywords:  dualism; hope; liminal; trace;  Abstrak Masa depan cara berhuni memiliki konteks yang sangat luas dan akan terus diperbincangkan. Tidak menutup kemungkinan datang dari pembahasan mengenai cara berhuni dengan bertani dan melaut. Hal yang tidak banyak dipedulikan tetapi tetap memiliki peran dalam kelangsungan dunia. Oleh karena itu, masa depan berhuni ini akan dibahas dengan menggunakan peran arsitektur sebagai ruang, untuk dapat menciptakan sistem yang ideal dengan memperhatikan kualitas bertani dan melaut bagi masa depan, dan meninggalkan sebuah jejak atau kenangan untuk dapat membawa pesan bagi masa depan. Berbicara mengenai masa depan dari sebuah interaksi yang terjadi antara masyarakat umum dengan para petani dan nelayan, apalagi mengingat para petani dan nelayan itu sendiri dapat diibaratkan berada pada kedua kutub yang berbeda, maka dibutuhkanlah sebuah ruang liminal, yang mungkin sudah hadir secara tidak langsung pada lingkungan masyarakat. Dengan cara melepaskan ego individual dan menekankan ego kepada sudut pandang para petani dan nelayan. Untuk menghadirkan sebuah ruang bersama, atau sebuah tempat yang mengandung sebuah karakter tersendiri dari sebuah kota yang berisi pesan bagi masa depan.


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document