Jurnal Arsitektur ARCADE
Latest Publications


TOTAL DOCUMENTS

163
(FIVE YEARS 127)

H-INDEX

1
(FIVE YEARS 1)

Published By Universitas Kebangsaan

2597-3746, 2580-8613

2021 ◽  
Vol 5 (3) ◽  
pp. 271
Author(s):  
Soraya Masthura Hassan ◽  
Fahmi Fefriandi ◽  
Cut Azmah Fithri ◽  
Sisca Olivia

Abstract: The function of the meunasah in the social system of the Acehnese people is a place of worship, a center for religious and cultural education and is also a place to discuss social problems that occur in community life in the village. The search for characters is important to find typology of meuansah, so that the relationship between geometric typology and shape has a broad interpretation. The search for shape characters to find typology of meunasah in Indrajaya District, Pidie Regency, Aceh was carried out in 5 stages, (1) determine the location of the meunasah building sample points in 52 villages in Indrajaya District, (2) literature review, (3) collecting data on the object of research by measuring the meunasah building, (4) redrawing the meunasah measurements that have been carried out at the data collection stage using digital applications to produce data, namely the meunasah floor plans and facades in each village and the last stage is (5) analysis of determining the type with a geometric approach with architectural elements of the meunasah building facades, namely doors, columns, windows, walls, roofs, floors and terrace fences. The findings consist of 16 types of meunasah typology with similarity criteria of typology variable forms.Abstrak: Keberadaan bangunan meunasah dalam sistem sosial masyarakat Aceh berfungsi sebagai tempat ibadah, pusat Pendidikan kegamaan dan kebudayaan dan juga merupakan tempat untuk mendiskusikan berbagai permasalahan sosial yang terjadi dalam kehidupan masyarakat di gampong tersebut. Pencarian terhadap karakter menjadi penting untuk menemukan tipologi dari meunasah, sehingga katerkaitan tipologi geometri dengan bentuk memiliki intepretasi yang luas. Pencarian karakter bentuk untuk mememukan tipologi dari meunasah di Kecamatan Indrajaya Kabupaten Pidie, Aceh dilakukan melalui 5 tahap yaitu (1) menentukan lokasi titik sampel bangunan meunasah di 52 gampong di Kecamatan Indrajaya, (2) penguatan referensi, (3) pengumpulan data objek penelitian dengan cara pengukuran bangunan meunasah, (4) menggambar ulang pengukuran meunasah yang telah dilakukan pada tahap pengumpulan data menggunakan aplikasi digital untuk menghasilkan data yaitu gambar denah dan tampak meunasah di setiap gampong dan tahap yang terakhir adalah (5) analisis menentukan tipe dengan pendekatan geometri dengan variabel elemen arsitektural dari fasad bangunan meunasah antara lain pintu, kolom, jendela, dinding, atap, lantai dan pagar teras. Penemuan berupa 16 tipe dari tipologi meunasah dengan kriteria kesamaan dan kemiripan dari bentuk variabel tipologi. 


2021 ◽  
Vol 5 (3) ◽  
pp. 278
Author(s):  
Ivien Aryo Puspita Wardani ◽  
Djoko Indrosaptono
Keyword(s):  

Abstract: The spreading of café in Cirebon is already increased significantly, one of them is Macarius Café that often used as a place for gathering, discussion or working. Guest as the main user, responded to the space and environment arrangement in defining comfort and privacy. This study is intended to understand the privacy and comfortness of Macarius café based on the guest behavior pattern. The method used in this study is rasionalistic qualitative through behavorial mapping with person centered map. Comfort and privacy in Macarius café become the main factor that affect the seating choice for the guest. Layout 2, 3 and 4 are the area that had the most comfort and privacy, while layout 1 are the area that had the least comfort and privacy.Abstrak: Merebaknya kafe meningkat signifikan salah satunya Kafe Macarius Cirebon yang seringkali digunakan sebagai tempat berkumpul, berdiskusi, mengerjakan tugas dan pekerjaan. Pengunjung kafe sebagai pengguna utama merespon pengaturan ruang dan lingkungan dalam menentukan kenyamanan dan privasinya. Aspek pengguna dan lingkungannya menuntut bangunan untuk dapat memberikan kenyamanan dan privasi.  Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kenyamanan dan privasi setting kafe Macarius berdasarkan pola perilaku pengunjung. Metode penelitian yang digunakan kualitatif rasionalistik melalui peta perilaku (Behavioral Mapping) dengan person centered map. Kenyamanan dan privasi pada kafe Macarius menjadi faktor utama yang paling mempengaruhi dalam pemilihan tempat duduk. Area yang memiliki kenyamanan dan privasi tertinggi berada di layout II, III dan IV sedangkan area yang memiliki kenyamanan dan privasi rendah berada di layout I. 


2021 ◽  
Vol 5 (3) ◽  
pp. 316
Author(s):  
Ronald Justice ◽  
Atik Suprapti ◽  
Budi Sudarwanto

Abstract: Dynamic education must be able to follow the progress of the times that continue to develop. The demands of 21st century skills have an impact on improving the quality of vocational education through innovation of educational facilities and infrastructure that are in line with sustainable development goals in realizing quality education. To achieve this goal, the school seeks to improve the quality of learning through structuring the interior elements of the learning space. The purpose of this study was to describe the interior elements of Animaxx studio in terms of lighting, color, shape, and material aspects and to determine the effect of interior elements on the learning process in terms of motifs, affective, and learning achievement. Combined research methods (mix methods) were used in this study, quantitative methods were used to collect data about user perceptions of interior elements and responses to motives, affective, and learning achievement through questionnaire collection. Strengthened by qualitative methods with data collection techniques through interviews, literature studies and direct observation to the object of research. The data collected were analyzed descriptively and hypothesis testing through regression analysis. From this research, it was found that the effect of user perception on Animaxx studio interior elements had an effect on motive and affective. While the motive and affective simultaneously affect the achievement of learning. So it can be concluded that there is a significant influence between Animaxx studio interior elements on the learning process.Abstrak: Pendidikan yang dinamis harus dapat mengikuti kemajuan zaman yang terus berkembang. Tuntutan keterampilan abad 21 berdampak pada peningkatan mutu pendidikan kejuruan melalui inovasi sarana dan prasarana pendidikan yang selaras dengan tujuan pembangunan berkelanjutan dalam mewujudkan pendidikan berkualitas. Maka dari itu sekolah berupaya meningkatkan kualitas pembelajaran melalui penataan elemen interior ruang pembelajaran. Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan elemen interior studio Animaxx ditinjau dari aspek pencahayaan, warna, bentuk, dan material dan mengetahui pengaruh elemen interior terhadap proses pembelajaran yang dilihat dari motif, afektif, dan ketercapaian pembelajaran. Metode penelitian kombinasi (mix methods) digunakan dalam penelitian ini, metode kuantitatif digunakan untuk mengumpulkan data tentang persepsi pengguna terhadap elemen interior dan respon tentang motif, afektif, dan ketercapaian pembelajaran melalui pengumpulan kuesioner. Dikuatkan metode kualitatif dengan teknik pengumpulan data melalui wawancara, studi literatur dan observasi langsung ke obyek penelitian. Data yang terkumpul dianalisis secara deskriptif dan uji hipotesis melalui analisis regresi. Dari penelitian ini diperoleh hasil penelitian adanya pengaruh persepsi pengguna terhadap elemen interior studio Animaxx berpengaruh terhadap motif dan afektif. Sedangkan motif dan afektif secara simultan berpengaruh terhadap ketercapaian pembelajaran. Sehingga disimpulkan ada pengaruh signifikan antara elemen interior studio Animaxx terhadap proses pembelajaran.


2021 ◽  
Vol 5 (3) ◽  
pp. 222
Author(s):  
Carissa Dinar Aguspriyanti

Abstract: One of the lasting impacts of the COVID-19 crisis undisputedly is changes in the way people use public spaces including green spaces. Some people despite the social isolation rules still often visit public green spaces to maintain their well-being. This study aimed to rethink how green spaces as a sociable place can be more adaptable to fulfill the new needs of people which have arisen due to the pandemic. Direct-structured observation and semi-structured interviews with purposive sampling were conducted in the park located in Batam, Indonesia. It was revealed that the use of this park as a sociable place has prioritized most on ‘relaxation’ behaviours at one time, followed by ‘affiliation’ and ‘interaction’ behaviours after the pandemic strikes. The ‘affiliation’ activities, nevertheless, were interestingly the top reason for people visiting this park more frequently in a week. The proposed post-pandemic concept of the park as a sociable green space was subsequently conceived around the circulation, furniture, and activity settings with several design strategies as a response to the key issues concerning the social behaviours and health protocol system in this park. Abstrak: Salah satu dampak jangka panjang dari krisis COVID-19 yang tidak terbantahkan adalah perubahan cara orang menggunakan ruang publik termasuk ruang terbuka hijau. Walaupun terdapat aturan isolasi sosial, beberapa orang masih sering mengunjungi ruang terbuka hijau untuk menjaga kesehatan mereka. Penelitian ini bertujuan untuk memikirkan ulang bagaimana ruang terbuka hijau sebagai ruang publik ramah atau tempat bersosialisasi dapat menjadi lebih adaptif untuk memenuhi kebutuhan baru masyarakat yang muncul akibat pandemi. Observasi langsung terstruktur dan wawancara semi terstruktur dengan purposive sampling dilakukan di taman yang terletak di Batam, Indonesia. Studi ini menemukan bahwa penggunaan taman tersebut sebagai ruang publik ramah telah memprioritaskan perilaku 'relaksasi' dalam satu waktu, diikuti oleh perilaku 'afiliasi' dan 'interaksi' setelah pandemi melanda. Namun menariknya, aktivitas yang berkaitan dengan ‘afiliasi’ menjadi alasan utama orang untuk lebih sering mengunjungi taman ini dalam satu minggu. Usulan konsep taman pasca pandemi sebagai ruang terbuka hijau ramah kemudian digagas terkait pengaturan sirkulasi, furnitur, dan aktivitas dengan beberapa strategi desain sebagai respon terhadap isu-isu utama mengenai perilaku sosial dan sistem protokol kesehatan di taman ini.


2021 ◽  
Vol 5 (3) ◽  
pp. 234
Author(s):  
Mafazah Noviana ◽  
Zakiah Hidayati

Abstract: Shopping center is one of the public facilities visited by various people, it should provide facilities that pay attention to accessibility, namely the facilities provided for everyone, including people with disabilities to realize equal opportunities in all aspects of life. Problems that are often encountered in shopping center facilities are that they are not yet fully easy to use by persons with disabilities, making it difficult for them to carry out their shopping activities. it in all fields. This study aims to evaluate the accessibility of persons with disabilities at shopping centers in Samarinda with a case study of Plaza Mulia,. This research is a Post-Occupational Evaluation (EPH) to determine the level of success of a building's performance in providing satisfaction to its users, using quantitative and qualitative mixed methods. The results showed that the percentage of the overall conformity of the building to the standards of Permen PUPR No. 14/PRT/M/2017 is 71.45%, which means the building has good accessibility. However, there is still a very low percentage if you look at each aspect, in diffable toilet and urinals.Abstrak: Pusat perbelanjaan merupakan salah satu fasilitas publik yang banyak di kunjungi oleh beragam orang, seharusnya perlu menyediakan fasilitas yang memperhatikan aksesibilitas yaitu kemudahan yang disediakan bagi semua orang, termasuk penyandang disabilitas untuk mewujudkan kesamaan kesempatan dalam segala aspek kehidupan. Permasalahan yang seringkali ditemui di fasilitas pusat perbelanjaan yaitu belum sepenuhnya mudah digunakan oleh penyandang disabilitas, sehingga menyulitkan mereka dalam menjalankan aktivitas berbelanja. Pemerintah telah mengeluarkan beberapa peraturan yang berkaitan dengan aksesibilitas fasilitas publik, namun pada pelaksanaannya pemerintah daerah masih belum sepenuhnya memperhatikan penyediaan fasilitas-fasilitas aksesibilitas pada semua bidang. Penelitian ini bertujuan melakukan evaluasi terhadap aksesibilitas penyandang disabilitas pada pusat perbelanjaan di Samarinda dengan studi kasus Plaza Mulia. Penelitian ini adalah Evaluasi Purna Huni (EPH) untuk mengetahui tingkat keberhasilan kinerja suatu bangunan dalam memberi kepuasan terhadap penggunanya, dengan menggunakan metode gabungan (mixed methods) kuantitatif dan kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa persentase kesesuaian bangunan secara keseluruhan terhadap standar Permen PUPR No. 14/PRT/M/2017 sebesar 71,45 %, yang berarti bangunan sudah cukup baik aksesibilitasnya. Tetapi masih terdapat persentase yang sangat rendah jika dilihat tiap aspeknya yaitu pada toilet difabel dan urinoir.


2021 ◽  
Vol 5 (3) ◽  
pp. 305
Author(s):  
Septi Kurniawati Nurhadi

Abstract: Development developments in an area with physical changes can affect the microclimate of an area and affect the area's thermal conditions. This is the case in a tourist village, developing its village to accommodate visitors' needs. The Blue Lagoon tourist village in Sleman Regency, to be precise in Dalem Village, Widodomartani, Ngemplak, Sleman is one of the villages included in the classification of independent tourism villages. This classification was obtained at the end of 2019, after previously being included in developing tourism villages. This tourist village's potential is in the form of natural potential, namely baths and has continued to develop its appeal over the last few years. Development developments that occur can impact the surrounding environment, especially regarding the comfort aspect, in this case, thermal comfort. Simulation as a method to determine how much influence the development of a tourism object development has on thermal changes, especially the Blue Lagoon Tourism Object. After knowing how much influence the resulting development is related to thermal conditions, a tourism object's development can pay more attention to the surrounding environment.Abstrak: Perkembangan pembangunan yang terjadi dalam suatu kawasan dengan adanya perubahan fisik dapat berpengaruh terhadap iklim mikro sebuah kawasan dan berpengaruh juga terhadap kondisi termal kawasan tersebut. Begitu pula yang terjadi dalam sebuah desa wisata yang sedang mengembangkan desanya untuk mengakomodir kebutuhan para pengunjung. Desa wisata Blue Lagoon yang berada di Kabupaten Sleman, tepatnya di Desa Dalem, Widodomartani, Ngemplak, Sleman. Merupakan salah satu desa yang masuk dalam klasifikasi desa wisata mandiri. Klasifikasi ini didapatkan pada akhir 2019, setelah sebelumnya termasuk dalam klasifikasi desa wisata berkembang. Potensi yang dimiliki desa wisata ini berupa potensi alam, yaitu pemandian dan terus mengembangkan daya tariknya selama beberapa tahun terakhir. Perkembangan pembangunan yang terjadi berdampak pada lingkungan sekitar, terutama yang menyangkut aspek kenyamanan, dalam hal ini adalah kenyamanan termal. Simulasi sebagai sebuah metode untuk mengetahui seberapa besar pengaruh perkembangan pembangunan sebuah obyek wisata terhadap perubahan termal, khususnya Obyek Wisata Blue Lagoon. Setelah mengetahui seberapa besar pengaruh perkembangan pembangunan yang ditimbulkan menyangkut kondisi termal, sehingga untuk pengembangan pembangunan sebuah obyek wisata kedepannya dapat lebih memperhatikan lingkungan sekitarnya.


2021 ◽  
Vol 5 (3) ◽  
pp. 286
Author(s):  
Tita Cardiah ◽  
Irwan Sudarisman ◽  
Egha Fauzia Natasya ◽  
Amelya Rahmadani Putri ◽  
Alif Nurrahiim Senawianto ◽  
...  

Abstract: Learning activities for school children during the Covid-19 pandemic were carried out using the Distance Learning method. Distance learning indirectly changes children's behavior both while studying and playing. The restriction of activities and play space for school children during Distance Learning method is a change that all children must face, including children living in housing. Pattern of Space and environmental settings, especially the residential environment, have a major influence on children's playing behavior. This study uses a qualitative descriptive method, which is to analyze through comparison of survey data and direct observation from two different residential environment settings. The result of the research is that different spatial patterns will affect children's play behavior patterns during distance learning, children's responses to spatial patterns, structure and character of environmental settings in play activities. The behavior and responses of different children become the design reference and produce basic data about the effect of pattern of greeting on children's playing behavior. Subsequent research on elements of the playroom in the New Normal.Abstrak: Kegiatan pembelajaran anak-anak sekolah pada masa pandemik Covid 19 ini dilaksanakan dengan metode Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ).  Pembelajaran Jarak Jauh secara tidak langsung merubah perilaku anak baik saat belajar maupun saat bermain. Pembatasan kegiatan dan ruang bermain anak-anak sekolah selama Pembelajaran Jarak Jauh merupakan suatu perubahan yang harus dihadapi  semua anak-anak termasuk anak-anak yang tinggal di Perumahan. Pattern of Space dan setting lingkungan khususnya lingkungan perumahan berpengaruh besar terhadap perilaku bermain anak. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif yaitu menganalisis melalui komparasi data hasil survey dan observasi langsung dari dua setting lingkungan perumahan yang berbeda. Hasil penelitian adalah pola ruang yang berbeda akan mempengaruhi pola perilaku bermain anak-anak selama pembelajaran jarak jauh, respon anak-anak terhadap pola ruang, struktur dan karakter setting lingkungan dalam kegiatan bermain. Perilaku dan respon anak-anak yang berbeda menjadi acuan desain dan menghasilkan dasar data tentang pengaruh pattern of sapace terhadap perilaku bermain anak.  Penelitian selanjutnya mengenai elemen ruang bermain dimasa New Normal. 


2021 ◽  
Vol 5 (3) ◽  
pp. 215
Author(s):  
Annisa Nur Ramadhani

Abstract: Kampung alley is a street network that perceived as a social space due to its function for community. One problematic thing that occur in tourism kampung alley is a significant change from activities taken place in the alley that have commercial-tourism functions and open for public. This change leads to the requirement of kampung alley to have high accessibility and openness to outsider. In this term, it will change the territoriality pattern as well as its meaning for residents. Territoriality is one kind of environmental behavior study about spatial usage of built environment. Territoriality has strong engagement with cultural and social context. This paper analyze that there are some changes and ambiguity of territoriality in the context of tourism kampung. Some personal and private activities have occur in the alley that are considered as a public space. This additional personal space is due to the lack of housing unit space. Strong bind of neighborhood connection is also taking a role so the residents can freely use alley for their personal need.Abstrak: Gang kampung merupakan jaringan jalan yang dipersepsikan sebagai ruang sosial oleh masyarakat yang tinggal di dalamnya. Salah satu permasalahan yang terjadi pada gang kampung wisata adalah adanya perubahan aktifitas yang signifikan dan memiliki fungsi komersial sebagai area pariwisata yang terbuka untuk umum. Perubahan ini menyebabkan gang kampung harus memiliki keterbukaan dan aksesibilitas tinggi terhadap pihak luar. Hal ini akan mengubah pola teritorialitas serta makna gang kampung bagi warganya. Teritori adalah salah satu jenis kajian perilaku lingkungan tentang pemanfaatan ruang lingkungan binaan. Teritori memiliki keterikatan yang kuat dengan konteks budaya dan sosial. Makalah ini menganalisis terdapat beberapa perubahan dan ambiguitas teritori dalam konteks kampung pariwisata. Beberapa aktivitas pribadi dan privat dapat terjadi di gang yang dianggap sebagai ruang publik. Tambahan personal space ini disebabkan keterbatasan ruang rumah kampung. Ikatan yang kuat antar tetangga juga turut berperan agar warga bisa leluasa menggunakan gang untuk kebutuhan pribadinya. 


2021 ◽  
Vol 5 (3) ◽  
pp. 256
Author(s):  
Puteri Iskandar ◽  
Suzanna Ratih Sari

Abstract: Ngaliyan District Park is public park in the city of Semarang which designed a social function. The social function of the Ngaliyan District Park is not fully optimal. This research talked about conducted to determine the factors influence the community in using public parks such as social function based on community preferences. The research uses qualitative and quantitative approach with the analysis to take achieve these objectives including the characteristics of public parks.  The results of this research indicate that the factors that influence the use of public parks as a social function are in accordance with community preferences, comfort, security and accessibility.Abstrak: Taman Kecamatan Ngaliyan adalah taman publik di Kota Semarang yang dirancang dengan fungsi sosial. Namun, fungsi sosial pada Taman Kecamatan Ngaliyan belum optimal. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi masyarakat dalam pemanfaatan taman publik sebagai fungsi sosial, berdasarkan preferensi publik. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dan kuantitatif dengan Tahap analisis yang dilakukan untuk mencapai tujuan tersebut memberikan definisi tentang karakteristik taman publik. Selanjutnya, penganalisisan faktor-faktor yang mempengaruhi masyarakat lokal dalam pemanfaatan taman publik di Taman Kecamatan Ngaliyan.Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi pemanfaatan taman umum sebagai fungsi sosial sesuai dengan preferensi masyarakat, seperti kenyamanan, keamanan dan aksesibilitas.


2021 ◽  
Vol 5 (3) ◽  
pp. 243
Author(s):  
Alwin Suryono

Abstract: Revealing the conservation of Balinese culture forms in the architecture of Site and Aruna Restaurant of Tejaprana resort uses architectural phenomenological approach. The Balinese Culture’s physical-social system is expressed through sensory presence, conceptual systems through goal awareness, and the philosophy through essence awareness. The setting extends from the North-South direction, the Aruna restaurant surrounded by garden in the middle of the site and a temple in the North, preserving the principles of the Balinese Traditional Village setting. The essence of the site order is harmony with the local natural philosophy. Social activities surrounded by gardens in the middle of the site and temple in North form a harmonious-balanced human-nature-God relationship philosophy. The openness of Aruna restaurant is similar to Wantilan's architecture, but with different shape. The pool at the center of the floor and the eight columns around it symbolizes the "natural balance" of the Nawa Sanga concept. The essence of Aruna restaurant is local natural harmony philosophy and spiritual relations, forming a harmonious-balanced human-nature-God relationship philosophy. The principles of traditional village arrangements, Balinese cultural social system, concept of natural balance, bale Wantilan principle, Nawa Sanga concept, Tri Hita Karana philosophy are preserved in the site and Aruna restaurant.).Abstrak: Pengungkapan wujud-wujud Budaya Bali dalam arsitektur Tatanan Tapak dan Restoran Aruna resort Tejaprana dan pelestariannya menggunakan pendekatan fenomenologis arsitektur. Sistem fisik-sosial Budaya Bali diungkap melalui kehadiran inderawi, sistem konsep melalui kesadaran tujuan, dan filosofi melalui kesadaran esensi. Tatanan tapak memanjang arah Utara-Selatan, restoran Aruna dikelilingi taman di tengah tapak dan Pura di Utaranya, melestarikan prinsip tatanan tapak Desa Tradisional Bali, berikut sistem sosial Budaya Bali. Tatanan tapak membentuk Keseimbangan Alam konsep Catur Lokapala. Esensi tatanan tapak adalah keharmonisan-keselarasan dengan alam setempat filosofi Manik Ring Cucupu. Aktivitas sosial dikelilingi taman di tengah tapak dan ibadah di Utaranya membentuk relasi harmonis-seimbang manusia-alam-Tuhan filosofi Tri Hita Karana. Restoran Aruna bersosok terbuka, atapnya bersusun mirip arsitektur Wantilan, namun bentuknya kerucut berlantai dua. Kolam di pusat lantai dan delapan kolom sekelilingnya searah mata angin simbol ‘keseimbangan alam’ konsep Nawa Sanga, memperlihatkan sistem sosial Budaya Bali. Esensi restoran Aruna adalah keharmonisan-keselarasan alam setempat (filosofi Manik Ring Cucupu) dan relasi spiritual, sehingga membentuk relasi harmonis-seimbang manusia-alam-Tuhan (filosofi Tri Hita Karana). Prinsip tatanan desa tradisional, sistem sosial Budaya Bali, konsep keseimbangan alam, prinsip bale Wantilan, konsep Nawa Sanga, filosofi Tri Hita Karana dilestarikan pada tapak dan restoran Aruna.


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document