scholarly journals Pemanfaatan Daun Kersen (Muntingia calabura L.) dalam Penanganan Diabetes Mellitus

2020 ◽  
Vol 7 (1) ◽  
pp. 017-025
Author(s):  
Dede Christian Kurnia

Diabetes Melitus (DM) atau yang lebih di kenal dengan sebutan kencing manis, merupakan salah satu penyakit yang disebabkan tingginya gula darah disertai dengan gangguan metabolisme karbohidrat, lemak, dan protein sebagai akibat ketidakcukupan fungsi insulin. penelitian dari Hendra Stevani, dkk tahun 2016 mengenai efektifitas Rebusan Daun Kersen (Muntingia calabura L.) Terhadap Penurunan Kadar Glukosa Darah Pada Mencit (Mus musculus). Daun kersen terbukti dapat menurunkan kadar gula darah yang dilakukan pada hewan percobaan berupa mencit, dengan konsentrasi 15%

Author(s):  
Etik Yuliarini Widodo ◽  
Reny I’tishom ◽  
Bambang Purwanto

Background: Hyperglycemia is a common effect of uncontrolled DM. The main impact of DM on male infertility is the result of hyperglycemia which causes an increasing in free radicals which cause oxidative stress in the testes, and then attacks Sertoli cells. Increasing of free radicals will cause disruption and damage to this cell, including apoptosis and atrophy and then caused decreasing in the number of Sertoli cells. Kebar grass contains antioxidants compounds, such as flavonoids and vitamin E. There are synergy effects between vitamin E and flavonoids which reinforce both in working to improve infertility as an antioxidant. Objective: To compared the number of Sertoli cells between groups which receiving extract kebar grass (Biophytum petersianum Klotzsch) and the control group in diabetes mellitus mice (Mus musculus) model. Methods: The research subjects used DM male mice which were divided into 5 groups: 2 control groups (K- and K+) and 3 treatment groups (P1, P2, P3). Day 1 to day 5, all groups were induced by STZ. The 11th day to the 45th day, the control group (K+) is given metformin 2 mg/head /day, the P1, P2 and P3 groups is given kebar grass with dose of 67,5; 135 and 270 mg/kg/day and metformin 2 mg/head/day. The 11th day to the 31th day, the control group (K-) is given CMC-Na 1% suspension. The 46th day is done surgery and sampling testicular tissue. Examination of the number of Sertoli cells is done through examination of the histological picture of testicular tissue that has been given Haematoxylin-Eosin (HE) staining. Results: Statistical tests showed that there was significant differences with a value of p = 0.000 (<0.05) in the number of Sertoli cells. Mean and standard deviation of Sertoli cells in each group were K- = 8.63 ± 0.50; K+ = 9.87 ± 1.52; P1 = 11.40 ± 0.77; P2 = 14.75 ± 1.97 and P3 = 14.97 ± 2.00. Conclusion: Kebar grass extract can maintain the number of Sertoli cells in diabetes mellitus mice models. Keywords: Kebar grass extract; Sertoli cells; diabetes mellitus ABSTRAK Latar belakang: Hiperglikemia adalah efek umum dari DM yang tidak terkontrol. Dampak utama DM terhadap infertilitas pria adalah kondisi hiperglikemik menyebabkan peningkatan radikal bebas dan terjadi stres oksidatif pada testis, kemudian menyerang sel Sertoli. Peningkatan radikal bebas memicu terjadinya gangguan dan kerusakan pada sel-sel tersebut, seperti apoptosis dan atrofi serta terjadi penurunan jumlah sel. Rumput kebar mengandung senyawa yang berperan sebagai antioksidan, seperti flavonoid dan vitamin E. Terdapat efek sinergi antara vitamin E dan flavonoid yang memperkuat kerja keduanya dalam memperbaiki gangguan infertilitas sebagai antioksidan. Tujuan: Membandingkan jumlah sel Sertoli mencit (Mus musculus) model diabetes melitus antara kelompok yang mendapat ekstrak etanol rumput kebar (Biophytum petersianum Klotzsch) dan kelompok kontrol. Bahan dan cara: Subyek penelitian menggunakan mencit jantan DM, dibagi 5 kelompok yaitu 2 kelompok tatist (K- dan K+) dan 3 kelompok perlakuan (P1, P2, P3). Hari ke-1 sampai hari ke-5, semua kelompok diinduksi STZ. Hari ke-11 sampai hari ke-45, kelompok tatist (K-) disonde tatisti CMC-Na 1%, kelompok tatist (K+) disonde metformin 2 mg/ekor/hari, kelompok P1, P2 dan P3 disonde rumput kebar dosis 67,5, 135, 270 mg/kg BB/hari dan metformin 2 mg/ekor/hari, Hari ke – 46 dilakukan pembedahan dan pengambilan sampel jaringan testis kanan dan kiri. Pemeriksaan jumlah sel Sertoli dilakukan melalui pengamatan gambaran histologi jaringan testis yang telah diberikan pewarnaan Haematoxylin-Eosin (HE). Hasil: Uji statistik menunjukkan bahwa terdapat perbedaan bermakna dengan nilai p = 0.000 (< 0,05) pada jumlah sel Sertoli. Mean dan standar deviasi sel Sertoli pada tiap kelompok adalah K- = 8,63 ± 0,50; K+ = 9,87 ± 1,52; P1 = 11,40 ± 0,77; P2 = 14,75 ± 1,97 and P3 = 14,97 ± 2,00. Kesimpulan: Ekstrak rumput kebar dapat mempertahankan jumlah sel Sertoli pada mencit model diabetes melitus. Kata kunci : ekstrak rumput kebar; sel Sertoli; diabetes melitus


2019 ◽  
Vol 8 (2) ◽  
pp. 55-58
Author(s):  
Havizur Rahman ◽  
Teresia Anggi Octavia

Diabetes melitus merupakan penyakit degeneratif kronis yang apabila tidak ditangani dengan tepat, lama kelamaan bisa timbul berbagai komplikasi, ini cenderung menyebabkan pasien mendapatkan banyak obat dalam satu resep yang dapat menimbulkan interaksi antar obat. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui persentase terjadinya interaksi obat metformin secara teori serta mengkaji efek yang mungkin timbul dan solusinya. Teknik pengambilan data dengan purpossive sampling, yaitu resep pasien rujuk balik yang menderita diabetes mellitus yang menggunakan metformin. Data yang diperoleh ditemukan bahwa obat yang berinteraksi dengan metformin dengan tingkat keparahan minor ialah sebesar 60%. Kemudian untuk tingkat keparahan moderat ialah sebesar 20%. Sedangkan untuk tingkat keparahan mayor tidak ditemukan. Dari tabel diatas juga dapat diketahui bahwa terdapat 4 obat yang saling berinteraksi dengan metformin, sedangkan untuk obat yang tidak saling berinteraksi dengan metformin terdapat 9 obat. Jumlah obat yang berinteraksi secara teori sebesar 6,85% dan yang tidak berinteraksi 93,15%. Terdapat interaksi obat metformin dengan beberapa obat yaitu furosemid, lisinopril, acarbose dan ramipril.   Kata kunci: interaksi obat, metformin, diabetes mellitus   STUDY OF METFORMIN INTERACTION IN MELLITUS DIABETES PATIENTS   ABSTRACT Mellitus is a chronic degenerative disease which if not handled properly, over time can arise various complications, this tends to cause patients to get many drugs in one recipe that can cause interactions between drugs. The purpose of this study is to determine percentage of metformin drug interactions in theory and examine the effects that may arise and solutions. Data collection techniques using purposive sampling, which is a recipe for reconciliation patients who suffer from diabetes mellitus using metformin. The data obtained it was found that drugs that interact with metformin with minor severity were 60%. Then for moderate severity is 20%. Whereas the major severity was not found. From the table above it can also be seen that there are 4 drugs that interact with metformin, while for drugs that do not interact with metformin there are 9 drugs. The number of drugs that interacted theoretically was 6.85% and 93.15% did not interact. An interaction of the drug metformin with several drugs namely furosemide, lisinopril, acarbose and ramipril.   Keywords: drug interaction, metformin, diabetes mellitus


2017 ◽  
Vol 8 (1) ◽  
Author(s):  
Niken Sukesi

Penyakit Diabetes Melitus dapat menyebabkan komplikasi yang sangat berat. Komplikasi dari Diabetes Melitus ini meliputi jantung iskemik, serebrovaskuler, gagal ginjal, ulkus pada kaki, gangguan penglihatan. Komplikasi yang paling sering terjadi adanya perubahan patologis pada anggota gerak bawah yang disebut kaki diabetik. Salah satu jenis olahraga yang dianjurkan dengan diabetes mellitus adalah senam kaki. Senam kaki merupakan latihan yang dilakukan bagi penderita DM atau bukan penderita untuk mencegah terjadinya luka dan membantu melancarkan peredaran darah bagian kaki. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh senam kaki terhadap kadar gula darah pasien diabetes mellitus. Desain dalam penelitian ini adalah Quasy Eksperiment dengan rancangan Pre and Post Test Without Control. Teknik pengambilan sampel menggunakan Consecutive sampling. Alat pengumpul data yang digunakan instrument observasi senam kaki untuk menilai senam kaki, dan alat menilai kadar gula darah yaitu glucometer, kapas dan jarum. Rata-rata kadar gula darah sebelum dan setelah dilakukan senam kaki mengalami penurunan dan ada pengaruh kadar gula darah sebelum dengan sesudah dilakukan senam kaki pada pasien diabetes melitusKata Kunci: Senam Kaki, Kadar Gula Darah THE EFFECT OF GYMNASTIC FEET TOWARD THE BLOOD SUGAR LEVEL FOR THE DIABETICSDiabetes Mellitus causes the complication case. It concludes the heart iskemik, serebrovaskuler, cronic kidney disease, ulcus on the feet, and the impairment of sight. The complication often causes the changing of pathological in certain place such as feet. The one of recommended sport for diabetics is gymnastic feet. Gymnastic feet is an experience for diabetics or not in order to prevent the wound and launch the blood circulation. The research objective is to analyze the effect of gymnastic feet to blood sugar level for diabetics. The research design is using experiment quasy with pre and post test without control. It is using consecutive sampling as the sample of collecting technique, and using observation of gymnastic feet as the collecting data technique to assess the blood sugar level, those are glucometer, cotton, and needle. The average of blood sugar level is decrease after doing the gymnastic feet. Moreover, there is differences between after and before doing the gymnastic feet for diabetics.Key Words : Gymnastic Feet, Blood sugar level


e-GIGI ◽  
2015 ◽  
Vol 3 (2) ◽  
Author(s):  
Ezra G. R. Tambunan ◽  
Karel Pandelaki ◽  
Christy N. Mintjelungan

Abstract: Diabetes mellitus (DM) is a group of metabolic diseases with characteristic hyperglycemia that occurs due to insulin secretion, insulin action or both. This disease affects many societies and continuously growing in Indonesia. Periodontal disease is an oral health problem which has a relatively high prevalence in the community where periodontal disease in all age groups in Indonesia.The purpose of this study was to determine the periodontal disease in patients with diabetesmellitus in RSUP Prof. dr. R. D. Kandou Manado. This descriptive study has 68 sample taken with total sampling technique. The sample is examined using evaluation criteria gingival index and CPITN index. The result show that subjects with periodontitis with a score of 4 is the highest as many as 18 people (44%) and subject with a score of 2 is that at least as many as 8 people (19.5%). And subjects with bad gingivitis is the highest as many as 10 people (52.6%) and subject with the good gingivitis is the at least as many as 5 people (26.3%). Based on the result of this study, periodontal disease in patients with diabetes mellitus in RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou most that periodontitis with the number of 41 people (68.3%) compared to gingivitis which is just as many as 19 people (31.7%)Keywords: diabetes mellitus, periodontitis, gingivitis, periodontalAbstrak:Diabetes Melitus (DM) merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena sekresi insulin, kerja insulin atau kedua-duanya. Penyakit ini merupakan penyakit yang banyak diderita kalangan masyarakat dan terus berkembang di Indonesia. Penyakit periodontal merupakan masalah kesehatan gigi dan mulut yang memiliki prevalensi cukup tinggi di masyarakat dimana penyakit periodontal pada semua kelompok umur di Indonesia.Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui penyakit periodontal pada penderita diabetes mellitus di RSUP Prof. dr. R. D. Kandou Manado. Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan jumlah sampel 60 orang yang diambil dengan teknik total sampling. Sampel diperiksa dengan menggunakan kriteria penilaian indeks gingiva dan indeks CPITN. Hasil menunjukkan bahwa yang mengalami periodontitis dengan skor 4 adalah yang paling tinggi yaitu sebanyak 18 orang (44%), dan subjek yang mengalami skor 2 adalah yang yang paling sedikit yaitu sebanyak 8 orang (19.5%). Sedangkan yang mengalami gingivitis yang paling tinggi yaitu gingivitis buruk sebanyak 10 orang (52.6%) dan yang paling sedikit adalah yang mengalami gingivitis ringan yaitu sebanyak 5 orang (26.3%). Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa penyakit periodontal yang paling banyak ditemui pada penderita diabetes melitus di RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado adalah penyakit periodontitis yaitu sebanyak 41 orang (68.3%) dan yang paling sedikit adalah gingivitis yaitu sebanyak 19 orang (31.7%)Kata kunci: diabetes melitus, periodontitis, gingivitis, periodontal


2012 ◽  
Vol 1 (1) ◽  
Author(s):  
Nur Fadhilah

Diabetes saat ini menjadi penyakit yang mulai menjangkiti penduduk di Negara-negara berkembang seperti Indonesia. World Healt Organitation (WHO) memperkirakan pada tahun 2030 nanti sekitar 21,3 juta orang Indonesia terkena diabetes. Tujuan penelitiari ini adalah untuk mengetahui perbedaan pengaruh konsumsigula pasir dan gula aren terhadap kadar gula darah pada diabetes melitus Di Desa Bulokarto Kecamatan Gatling Rejo Kabupaten Pringsewu Tahun 2010. Penelitian ini dilakukan dengan metode quasi eksperiment dengan sampel 44 penderita diabetes. Sampel diambil dengan teknik i7>tal sampling dengan cara acak dibagi dalam dua kelompok eksperiment, yaitu kelompok gula pasir dan kelompok gula aren. Pengaruh gula pasir dan gula aren didapat dengan menggunakan uji T dependent dan uji T i,1dependent.Distribusi rata - rata perubahan kadar gula pada kelompok gula aren 25,56 mg/dl dengan standar deviasi 11,74 mg/dL Sedangkan perubahan kadar gula darah pada kelompok gula pasir didapat rata - rata 45,80 mg/dl dengan standar deviasi 14,92 mg/dl. Dengan p value 0.00 maka dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan selisih peningkatan kadar gula yang signifikan antara konsumsi gula pasir dan gula aren terhadap kadar gula darah pada penderita diabetes mellitus di Desa Bulokarto Kecamatan Gadingrejo Kabupaten Pringsewu. Diharapkan penderita diabetes mellitus dapat mengganti pengunaan gula pasir dengan gula aren.


Author(s):  
Mulia Mayangsari

 Individuals who have a family history oftype 2 diabetes mellitus (DM) have a highrisk for type 2 diabetes. Type 2 diabetescan be prevented by improving modifiablerisk factors, supported by self-awareness,perceptions and attitudes of individualswho have a high family history of DM. Thisstudy used a qualitative phenomenologicaldesign. A Purposive Sampling techiniquewas applied to determine individuals whohad parents with type 2 diabetes. Nineindividuals participated in this study. AQualitative content analysis with Collaiziapproach used as a data analysis method.The main themes depicted individuals selfawareness,perceptions, & attitudes were:denials that diabetes caused by heredityfactors; misperception about diabetes;“traditional modalities” as a preventionmeasurement toward type 2 diabetes; andDM is perceived as a “threatening disease”.Further study is needed to examine indepth the themes that have been identifiedon the number of participants are morenumerous and varied.


Author(s):  
Sanima Laia ◽  
Sukarjati

Diabetes melitus (DM) adalah suatu penyakit metabolik yang ditandai dengan hiperglikemia.terhadap sel leydig, diameter tubulus seminiferus dan berat testis. daun sambung nyawa (Gynura procumens) dan biji mahoni (Switenia mahagoni jaqc). banyak ditanam sebagai tanaman hias, semak, dan tumbuh di daerah tropis dan subtropis. Daun sambung nyawa (Gynura procumens) dan biji mahoni (Switenia mahagoni jaqc) juga merupakan salah satu jenis tanaman yang berpotensi sebagai antifertilitas. Jenis senyawa bioaktif yang terkandung pada tumbuhan, utamanya senyawa-senyawa yang berasal dari golongan steroid, alkaloid, isoflavanoid, tripernoid, dan xanthon memiliki aktivitas sebagai bahan antifertilitas. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui pemberian ekstrak Daun sambung nyawa (Gynura procumens) dan biji mahoni (Switenia mahagoni jaqc) serta kombinasinya kedua ekstrak jumlah sel leydig, diameter tubulus seminiferus dan berat testis. Sampel penelitian ini adalah mencit sebanyak 48 ekor dengan berat badan 25-30 gram, berumur 2-2,5 bulan. Mencit di bagi 12 kelompok, masing-masing kelompok dibagi 4 perlakuan. Metode pembuatan ekstrak  dangan menggunakan maserasi Adapun perlakuan yang diberikan adalah ekstrak Daun sambung nyawa (Gynura procumens) serta kombinasi kedua ekstrak dengan dosis kontrol, 200 mg/kg BB, 250 mg/kg BB dan 300 mg/kg BB dan biji mahoni (Switenia mahagoni jaqc) dengan dosis kontrol, 200 mg/kg BB, 250 mg/kg BB dan 300 mg/kg BB serta kombinasi kedua ektrak dengan dosis 100:100 mg/kg BB, 125:125 mg/kg BB dan 150:150 mg/kg BB pemberian ekstrak selama 35 hari. Pada hari ke 37 mencit di bedah untuk diambil testis untuk pengamatan penimbangan berat testis.Testis kemudian dibuat preparat histologi dan di hitung sel leydig, diukur diameter tubulus seminiferus. berat testis di timbang dengan menggunakan alat timbang analitik yang memiliki akurasi o,o1 gram, sel leydig diamati di dalam preparat dengan alat mikroskop, diamter tubulus seminiferus dihitung dengan alat mikrometer yang di letakkan di dalam tabung lensa objektif miroskop pembesaran 400x10 merupakan penelitian eksperimental dengan menggunakan Rancangan acak lengkap (RAL). Data yang diperoleh dianalisis dengan analisis uji F, varian (ANOVA) Satu arah dan dilanjutkan dengan uji LSD (Least Significant Different).  Hasil dari penelitian ini menujukkan ada pengaruh ekstrak daun sambung nyawa (Gynura procumens) dan biji mahoni (Switenia mahagoni jaqc) serta kombinsa kedua ekstrak terhadap jumlah sel leydig, diameter tubulus dan berat testis, (P<0,05), Perlakuan terbaik yang dapat meningkatkan sel leydig, diameter tubulus seminiferus dan berat testis berat, adalah kombinsa kedua ekstrak  dengan dosis 150:150 mg/kg BB. Hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa ekstrak daun sambung nyawa (Gynura procumens) dan biji mahoni (Switenia mahagoni jaqc) serta kombinsa kedua ekstrak dapat meningkatkan jumlah sel leydig, diameter tubulus seminiferus dan berat testis. Kedepannya diharapkan penelitian dapat dikembangkan sebagai bahan antifertilitas pada pria.   Kata Kunci: ekstrak daun sambung nyawa, dan biji mahoni, berat testis mencit hiperglikemia.


2018 ◽  
Vol 2 (2) ◽  
pp. 124
Author(s):  
Fathiya Hanisya ◽  
Dikha Ayu Kurnia

Diabetes melitus merupakan penyakit kronis yang dapat mempengaruhi sisi psikologi penderitanya. Stres merupakan salah satu akibat dari penyakit kronis. Stres memiliki dampak negatif pada penderita diabetes melitus karena menyebabkan keadaan hiperglikemia. Hiperglikemia merupakan awal mula dari kerusakan fungsi kognitif, salah satunya kerusakan pada fungsi memori. Penelitian ini bertujuan mengetahui hubungan antara stres dengan fungsi memori. Desain penelitian ini adalah analitik korelatif dengan pendekatan cross sectional, menggunakan 85 responden penderita diabetes melitus di Kecamatan Sawangan Depok. Stres dinilai menggunakan Depression, Anxiety, Stress scale 42 khususnya pada subscale stres sebanyak 14 pernyataan. Sedangkan fungsi memori dinilai menggunakan digit span forward and backward. Uji analisis bivariat menggunakan uji Spearman Rank menyatakan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara stres dan fungsi memori pada penderita diabetes melitus di Kota Depok (p<0,05). Penelitian ini merekomendasikan kepada praktisi kesehatan untuk menekankan manajemen stres dalam tatalaksana diabetes melitus dan penilaian awal tingkat stres sebelum dilakukan pendidikan kesehatan pada penderita diabetes melitus. Kata kunci: stres, fungsi memori, diabetes melitus, depok AbstractDiabetes mellitus is a chronic disease that affect psychological side of individual with diabetes. Stress is one of the result of chronic disease. Stress has a negative impact on people with diabetes melitus because it causes a state of hyperglycemia. Hyperglycaemia is the beginning of cognitive function impairment, one of which is damage to memory function. This study aims was to determine the relationship between stress and memory function. The design of this study was correlative analytic with cross sectional approach, using 85 respondents with diabetes mellitus in Kecamatan Sawangan Depok. Stress was assessed using Depression, Anxiety, Stress scale 42 (DASS 42), especially on stress subscales consists of 14 statements. While the memory function was assessed using the forward and backward digit span. Bivariate analysis test using Spearman Rank test stated that there was a significant relationship between stress and memory function in people with diabetes mellitus in Depok City (p <0,05). This study recommends to health practitioners to emphasize stress management in the management of diabetes mellitus and early assessment of stress levels prior to health education in people with diabetes mellitus. Keywords: stress, memory function, diabetes mellitus, depok


2021 ◽  
Vol 1 ◽  
pp. 921-927
Author(s):  
Oki Yanuarti ◽  
Nuniek Nizmah Fajriyah ◽  
Firman Faradisi

AbstractDiabetes melitus is a metabolic disease characterized by high blood glucose levels in the body, caused by abnormalitized in insulin secretion. One of the non-pharmacological method to reduce blood sugar level is progressive muscle relaxation therapy. This study aims to identify the effect of progressive muscle relaxation techniques in lowering blood sugar. A literature review of studies of progressive muscle relaxation therapy in reducing blood sugar publishedin 2011-2020 was conducted. The average number of respondents was 26 male and female responden with and average age of 55-60. The results showed that progressive muscle relaxation therapy was able to control blood glucose among diabetic. This study concludes that progressive muscle relaxation therapy effectively reduce blood sugar levels in patients with diabetes melitus. The findings suggest that progressive muscle relaxation therapy can be used as non-pharmacological therapy to lower blood sugar levels.Keywords: Diabetes mellitus; Progressive muscle relaxation AbstrakDiabetes melitus merupakan suatu penyakit degeneratif yang bermasalah pada sistem metabolik ditandai dengan meningkatnya kadar gula darah dalam tubuh dan disebabkan karena kelainan sekresi insulin. Pada pasien diabetes melitus akan mengalami peningkatan kadar gula darah dalam tubuh, salah satu cara non farmakologis yang dapat dilakukan untuk menurunkan kadar gula darah pada pasien diabetes melitus yaitu dengan terapi relaksasi otot progresif. Tujuan dari Karya Tulis Ilmiah ini yaitu untuk mengetahui gambaran dari pengaruh teknik relaksasi otot progresif terhadap penurunan kadar gula darah pada pasien diabetes melitus. Metode yang dilakukan dengan mencari tiga jurnal penelitian tentang pengaruh terapi relaksasi otot progresif terhadap penurunan kadar gula darah pada pasien diabetes melitus terbit pada tahun 2011-2020. Hasil analisa karakteristik responden dari ketiga jurnal menunjukan jumlah responden rata-rata 26 responden laki-laki dan perempuan dengan usia rata-rata 55-60 tahun. Hasil yang didapatkan setelah dilakukan terapi relaksasi otot progresif kadar gula darah pasien menjadi terkontrol. Simpulan dari karya tulis ilmiah ini yaitu terapi relaksasi otot progresif efektif terhadap penurunan kadar gula darah pada pasien diabetes melitus. Saran bagi perawat atau penderita diabetes melitus terapi relaksasi otot progresif dapat digunakan sebagai terapi non farmakologis untuk menurunkan kadar gula darah pada pasien diabetes melitus. Kata kunci: Diabetes mellitus; Relaksasi Otot Progresif


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document