Jurnal Dimensi DKV Seni Rupa dan Desain
Latest Publications


TOTAL DOCUMENTS

35
(FIVE YEARS 21)

H-INDEX

0
(FIVE YEARS 0)

Published By Universitas Trisakti

2549-7766, 2502-7425

2020 ◽  
Vol 5 (1) ◽  
pp. 85
Author(s):  
Ardiyan Ardiyan ◽  
Satria Mahardika ◽  
Melki Sadekh Mansuan ◽  
Veronica Wijayanti

<p><strong>Abstrak</strong></p><p>Tracking and Chromakey as Visual Effect Design Technique (Study Case: Video Clip Visual Effect. Visual effect in audio visual media and animation is commonly use, especially chromakey technique or usually described as green screen or blue screen, a certain color element to acknowledge the alpha channel. In compositing technique, the using of tracking and chromakey technique are both known as visual effect technique. But on online editing works, the result seldom not at its best. This problem is usually occurred from early production process until the final process in the process of video making. The quality of final result based on early raw footage used. The objective of this research is to know the technical factors to achieve better method appliance in order to enhance the quality of final result. The study case is video clip that has short duration, more variative and has natural compositing result. The literature studies of software and user approached is the method use to analyses the problem. The result of this research is the understanding of tracking and chromakey method in video clip making process to achieve the visual effect needed. </p><p> </p><p><strong> Abstrak</strong></p><p>Tracking dan Chromakey Sebagai Elemen Teknik Desain Efek Visual (Studi Kasus: Efek Visual Video Klip). Efek visual dalam media audio visual maupun animasi sudah sangat lazim digunakan, khususnya penggunaan teknik chromakey atau yang lebih umum disebut green screen atau blue screen, yaitu penggunaan elemen warna tertentu untuk menentukan alpha channel. Dalam lingkup teknik compositing, penggunaan teknik tracking dan chromakey ini dapat digolongkan sebagai teknik efek visual. Dalam pengerjaan online editing, hasil akhir terkadang terasa kurang maksimal apabila ditinjau dari hasil kedua teknik ini. Hal ini dapat diartikan adanya permasalahan yang selalu terkait dengan pengolahan produksi awal sampai akhir dalam pengerjaan sebuah video. Kualitas hasil akhir akan ditentukan dari raw footage awal yang akan digunakan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor teknis yang ada, sehingga lebih baik dalam penggunaan metode yang dilakukan serta akan meningkatkan kualitas hasil akhir. Sebagai studi kasus adalah video klip dengan mempertimbangkan durasi yang tidak lama, lebih variatif dan mengarah dalam pendekatan hasil compositing yang natural. Selain itu metode studi literatur tentang perangkat lunak juga dilakukan, sehingga pendekatan metode dan pola pikir pengguna perangkat lunak lebih memahami dalam melakukan kedua proses ini. Hasil dari penelitian ini adalah pemahaman terhadap metode tracking dan chromakey dalam pembuatan video klip untuk menghasilkan efek visual yang dibutuhkan. Kata kunci: efek visual, compositing, video klip, tracking, chromakey<br />*) Jurusan Desain Komunikasi Visual, Program Animasi School Of Design Universitas Bina Nusantara e-mail: [email protected]</p>


2020 ◽  
Vol 5 (1) ◽  
pp. 71
Author(s):  
Michael Amadeus Saptorahardjo ◽  
Elda Franzia

<p><strong>Abstract</strong></p><p>The Uniqueness of Delivering Messages in “Growth” Movie. Most of the Indonesian audience are not familiar with silent movie. Silent movie is basically a film that has no dialogue and only uses visual elements as means to convey messages. The objects of this research is “Growth” movie by Sil Van Der Woerd, that has their own uniqueness compared to movies today. Instead of using dialogues between characters, this movie use expression, gesture, and color to explain the story to the audience.  Sil Van Der Woerd is one of the famous directors from the Netherlands, trying to work on a continuous film and without dialogue. The uniqueness of delivering messages on this movie will be analyzed through visuals with descriptive research methods. The data collecting methods are visual observation, journal and online references, and interview according visual and story of the movie. The results of this research is the understanding of how expression, gesture, and color use to explained the story to the audience.</p><p><br /><strong>Abstrak</strong></p><p>Keunikan Unsur Penyampaian Pesan Film “Growth”. Sebagian besar penonton Indonesia sudah tidak mengenal lagi film bisu. Film bisu pada dasarnya adalah sebuah film yang tidak memiliki dialog dan hanya menggunakan unsur visual sebagai sarana untuk menyampaikan pesan. Objek pada penelitian ini adalah film “Growth” yang memiliki keunikan tersendiri dibandingkan dengan film-film pada zaman sekarang, karya Sil Van Der Woerd. Film ini tidak menggunakan dialog percakapan antar karakter, namun menggunakan ekspresi, gestur, dan warna untuk menjelaskan cerita kepada penonton. Sil Van Der Woerd adalah salah satu sutradara terkenal asal Belanda yang mencoba menggarap sebuah continuous movie serta tanpa adanya dialog. Keunikan penyampaian pesan pada film ini akan dianalisis melalui elemen-elemen visualnya dengan metode penelitian deskriptif. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan observasi visual, referensi jurnal dan berbagai sumber online, serta wawancara narasumber terkait visual dan jalan cerita film ini. Hasil dari penelitian ini adalah pemahaman tentang penggunaan elemen ekspresi, gestur dan warna dalam penyampaian cerita kepada penonton. <br /><br /></p>


2020 ◽  
Vol 5 (1) ◽  
pp. 33
Author(s):  
Aji Windu Viatra

<p><strong> Abstract</strong></p><p>The Analysis of MTV (Music Television) Indonesia Channel Identity Visual Symbol. Channel identity can create picture, image, character and identity of a television station. MTV has made the best use of this form of corporate promotion program. Through their channel identity, MTV created images and pictures in accordance with their basic concepts. This research analyzed the MTV (Music Television) channel identity and logo. The analysis procedure carried on the MTV logos including MTV Indonesia, MTV China, MTV Russia, MTV United Kingdom, MTV Japan, and MTV India. This study used a multidisciplinary approach namely the historical, aesthetics, and semiotics approach. The method used in this research was qualitative method, with analytic descriptive analysis. The data was collected through literature study and observation. The data then grouped according to the basic concepts of MTV local culture exploration, and studied by looking at the process of visual idiom design concepts, shapes, characters, colors, and work techniques. The result of this research is interpretation of the visual sign and meaning of the MTV logo as a visual communication media and mass communication which contained certain value and meaning to persuate their audiens.</p><p> </p><p><br /><strong>Abstrak</strong></p><p>Analisis Tanda Visual Channel Identity MTV (Music Television) Indonesia. Channel identity stasiun televisi dapat membentuk citra, image, karakter dan menjadi identitas sebuah stasiun televisi. MTV telah memanfaatkan sebaik mungkin bentuk program promosi korporat ini. Melalui channel identity, MTV membentuk image dan citra sesuai dengan konsep dasar yang dimiliki. Penelitian ini menganalisis channel identity dan logo stasiun televisi MTV (Music Television). Analisis makna dilakukan pada logo MTV  beberapa negara yaitu MTV Indonesia, MTV China, MTV Rusia, MTV United Kingdom, MTV Jepang, dan MTV India. Kajian ini menggunakan pendekatan multidisplin, yakni pendekatan historis, estetika, dan semiotika. Metode penelitian yang digunakan adalah metode kualitatif, dengan analisis deskriptif analitik. Data dikumpulkan melalui studi pustaka dan observasi. Data dikelompokkan sesuai dengan konsep dasar eksplorasi budaya lokal MTV, yang akan dikaji dengan melihat pada proses konsep perancangan idiom visual, bentuk, karakter, warna, dan teknik pengerjaan. Hasil dari penelitian ini adalah interpretasi makna tanda-tanda visual yang digunakan pada logo MTV sebagai media komunikasi visual dan komunikasi massa yang mengandung nilai dan makna tertentu sebagai langkah persuasi kepada pemirsanya. Kata kunci: channel identity, logo, MTV (music television), MTV Indonesia<br />*) J</p>


2020 ◽  
Vol 5 (1) ◽  
pp. 57
Author(s):  
Martza Merry Swastikasari ◽  
Danny Manongga, ◽  
Ade Iriani

<p><strong>Abstract</strong></p><p>Using Soft System Methodology in Evaluating Composition Problem of Photography Students in FTI-UKSW Salatiga. Learning the composition of photography at the Faculty of Information Technology (FIT) - Satya Wacana Christian University (SWCU) is a main subject and must be known by all photography students. In addition to being the basis for the material and other advanced photography courses, composition learning aims to evoke aesthetic value of students in each photo taking, if aesthetic values do not exist, then the resulting photo works have no essential value. Mastery of the composition of photography has different levels of difficulty by each individual. This is due to many factors. Unstructured problems are found both internally and externally. This research using the soft system methodology (SSM) in understanding and solving problems. As a final result, there are conceptual models and work plans for changes that can be used as input in dealing with problem situations.</p><p> </p><p><br /><strong>Abstrak</strong></p><p>Penggunaan Soft System Methodology Dalam Mengevaluasi Permasalahan Pembelajaran Komposisi pada Mahasiswa Fotografi FTI-UKSW Salatiga. Mempelajari komposisi fotografi di Fakultas Teknologi Informasi (FTI) - Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW) adalah hal yang mendasar dan wajib diketahui oleh semua mahasiswa fotografi tanpa terkecuali. Selain menjadi dasar untuk setiap materi dan mata kuliah fotografi lanjutan lainnya, pembelajaran komposisi bertujuan untuk membangkitkan nilai estetika mahasiswa dalam setiap pengambilan karya foto. Jika nilai-nilai estetika tidak ada, maka karya foto yang dihasilkan tidak memiliki kualitas yang baik. Penguasaan komposisi fotografi memiliki tingkat kesulitan yang berbeda oleh masing-masing individu. Hal ini disebabkan banyak faktor. Masalah tidak terstruktur ditemukan baik secara internal maupun eksternal. Penelitian ini menggunakan soft system methodology (SSM) dalam memahami dan memecahkan masalah. Sebagai hasil akhir, terdapat model konseptual dan rencana kerja untuk perubahan yang dapat digunakan sebagai masukan dalam menghadapi situasi masalah. </p>


2020 ◽  
Vol 5 (1) ◽  
pp. 105
Author(s):  
Made Gana Hartadi ◽  
I Wayan Swandi ◽  
I Wayan Mudra

<p><strong>Abstract</strong></p><p>Color and Design Principles of User Interface (UI) in “Bukaloka” Mobile Apps. Color is a determining factor for the success of UI design. UI design is a visual display that is very important to build interaction because the audience doesn’t return to visit poor- looking applications. “Bukaloka” is a digital startup that focuses on the phenomenon of Indonesian tourism. Color doesn’t affect the loading speed, so it is used to attract the attention of the audience. The application of color creates aesthetic design if it is guided by the design principles. The aim of this research is to describe colors and analyze the application of colors based on Surianto Rustan’s theory of design principles. The research method is descriptive qualitative. Data collected by observation, interview, documentation, and literature. The results revealed the UI design consisted of 11 types of colors. The color doesn’t reflect emphasis, sequence, and unity, but only reflects the balance. The colors of “Bukaloka” UI design haven’t fulfilled the design aesthetics.</p><p> </p><p><br /><strong>Abstrak</strong></p><p>Warna dan Prinsip Desain User Interface (UI) dalam Aplikasi Seluler “Bukaloka”. Warna merupakan faktor penentu keberhasilan desain UI ketika berinteraksi dengan audiens. Desain UI adalah tampilan visual yang berperan penting membangun interaksi karena audiens tidak akan kembali mengunjungi aplikasi berpenampilan jelek. “Bukaloka” merupakan startup digital yang fokus pada fenomena pariwisata Indonesia. Warna tidak mempengaruhi kecepatan loading, sehingga dimanfaatkan untuk menarik perhatian audiens. Penerapan warna menciptakan desain estetis apabila berpedoman pada prinsip desain, yaitu emphasis, sequence, balance, dan unity. Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan warna dan menganalisis penerapan warna. Metode penelitian adalah deskriptif kualitatif. Warna desain UI dideskripsikan secara detail, kemudian penerapan warna dianalisis berdasarkan teori prinsip desain Surianto Rustan. Data dikumpulkan dengan metode observasi, wawancara, dokumentasi, dan kepustakaan. Hasil penelitian mengungkapkan desain UI terdiri dari 11 jenis warna. Warna tersebut tidak mampu mencerminkan emphasis, sequence, dan unity. Penerapan warna hanya mencerminkan balance. Warna desain UI “Bukaloka” belum memenuhi estetika sebuah desain.<br /><br /></p>


2020 ◽  
Vol 5 (1) ◽  
pp. 1
Author(s):  
Brian Alvin Hananto

<p><strong>Abstract</strong></p><p>The Implementation of Korean Culture in Mireokki’s Visual Identity Design. Globalization made Indonesia exposed to other nation’s cultures. One of the mainstream cultures that are being exposed to Indonesian peoples is the popular culture of Korea. From foods, music, films, lifestyles and also design artifacts from Korea can be found here in Indonesia. One of Korean’s food that is widely favored in Indonesia is tteokbokkis, in which tteokbokki became the basis for food innovation development conducted by Stefani Octavia from the department of Food Technology, Universitas Pelita Harapan. On a collaborative work held by the Department of Food Technology and the Department of Visual Communication Design, there is a visual identity design made by Shella Subagia towards the product developed by Octavia, called “Mireokki”. Using qualitative design methods, Subagia succeeded in designing a logo, packaging, digital promotion media and brand activation which incorporates visuals from the Korean culture. This article contains the research and assessment that the author had done on the design works made by Subagia. The conclusion is that the form implementation of external contexts can be performed when the designer had the basic ability to create a design that is coherent and also united. </p><p><br /><strong>Abstrak</strong></p><p>Implementasi Budaya Korea pada Perancangan Identitas Visual “Mireokki”. Globalisasi membuat kita semakin terekspos dengan budaya-budaya luar. Salah satu bentuk budaya populer yang tengah dikonsumsi masyarakat Indonesia adalah budaya Korea. Mulai dari makanan, musik, film, gaya hidup sampai artefak-artefak desain dari Korea banyak ditemukan di Indonesia. Salah satu makanan Korea yang tengah digemari di Indonesia adalah tteokbokki. Jenis makanan tersebut menjadi referensi dari pengembangan makanan dan inovasi yang dilakukan oleh Stefani Octavia dari program studi Teknologi Pangan Universitas Pelita Harapan. Pengembangan dilakukan dalam rangka kerjasama antara program studi Teknologi Pangan dan Desain Komunikasi Visual, melalui perancangan identitas visual oleh Shella Subagia terhadap produk inovasi Octavia yang bernama “Mireokki”. Dengan menggunakan metode perancangan kualitatif, Subagia berhasil menggagas perancangan logo, kemasan, media digital promosi dan juga brand activation yang mengimplementasikan karakter visual dari budaya Korea. Tulisan ini berisi penelitian dan penilaian kritis terhadap proses perancangan yang dilakukan oleh Subagia. Simpulan yang dihasilkan bahwa implementasi rupa dari konteks eksternal dapat dilakukan selama desainer memiliki kemampuan dasar untuk menggagas desain yang koheren dan menyatu.</p>


2020 ◽  
Vol 5 (1) ◽  
pp. 19
Author(s):  
Ayuni Widya Kusuma Wardhani ◽  
Elda Franzia

<p><strong>Abstract</strong></p><p> </p><p>The Visualization of Balinese Society’s Sekala and Niskala Beliefs in “The Seen and Unseen” Movie. Art and culture are the inspiration for filmmakers in their work. The diversity of traditions and culture in Indonesia has become something people take interest in to be in a film work. This research discusses the visualization of sectarian beliefs in Balinese society in the “The Seen and Unseen” movie. Through the semiotic method, analysis of scenes that depicts beliefs of the sekala and niskala are done. This analysis is translated into Roland Barthes’s semiotic theory through the meaning of denotation, connotation, and myth. Sekala and niskala are Balinese beliefs that are very inherent in everyday life that have visible and invisible meanings. This belief guides Balinese people to live a balanced life. In the film “The Seen and Unseen” this belief is depicted with an egg symbol, banging twins, moon, day and night. The result of this research is the understanding of those symbols and meanings in “The Seen and Unseen” movie.</p><p> </p><p><br /><strong>Abstrak</strong></p><p> </p><p>Penggambaran Kepercayaan Sekala dan Niskala di Masyarakat Bali pada Film “The Seen and Unseen”. Seni dan budaya merupakan inspirasi bagi sineas dalam berkarya. Keberagaman tradisi dan budaya di Indonesia menjadi sesuatu yang menarik untuk diangkat menjadi sebuah karya film. Penelitian ini membahas tentang penggambaran kepercayaan sekala dan niskala di masyarakat Bali pada film “The Seen and Unseen”. Melalui metode semiotika dilakukan analisis terhadap adegan-adegan yang menggambarkan kepercayaan sekala dan niskala. Analisis dijabarkan dengan teori semiotika Roland Barthes melalui makna denotasi, konotasi, dan mitos. Sekala dan niskala merupakan kepercayaan masyarakat Bali yang sangat melekat dalam kehidupan sehari-hari yang memiliki makna terlihat dan tidak terlihat. Kepercayaan tersebut mengarahkan masyarakat Bali agar menjalani kehidupan yang seimbang. Dalam film “The Seen and Unseen” ini kepercayaan sekala dan niskala digambarkan dengan simbol telur, kembar buncing, bulan, siang dan malam. Hasil dari penelitian ini adalah pemahaman terhadap tanda-tanda tersebut yang dihadirkan pada film “The Seen and Unseen”. Kata kunci: film, budaya, tradisi, sekala dan niskala, Bali</p>


2019 ◽  
Vol 4 (2) ◽  
pp. 141
Author(s):  
Ellen Agustine Saputra

<strong>Abstract</strong><br />Creative Journal Design as the Dream Setting Canvas Supporting Media. Dream Setting Canvas is a dream achievement media for young people’s dream achievement, which has been applied to several empowerment programs in several non-profit organizations such as Wahana Visi Indonesia and East Bali Poverty Project. In its application, Dream Setting Canvas has weaknesses, of which the target audience has difficulty in analyzing dreams, strategies, and time without assistance. Moreover, without understanding the true essence of analyzing dreams, strategies and time, this method is not completely effective in helping young people achieve and realize their dreams. This research used qualitative research methods. Data collection used literature study, exploration, interviews with interviewees as well as distributes surveys both offline and online. The research results showed that the creative journals design could support<br />the target audience to understand the topic and definition of each block in the Dream Setting Canvas.<br /><div> </div><div> </div><div> </div><div> </div><strong>Abstrak</strong><br />Perancangan Creative Journal sebagai Media Pendukung Dream Setting Canvas. Dream Setting Canvas merupakan media pencapaian mimpi anak muda yang sudah diterapkan pada beberapa program empowerment di beberapa organisasi non-Profit seperti Wahana Visi Indonesia dan East Bali Poverty Project. Pada penerapannya, Dream Setting Canvas memiliki kelemahan, di mana target audiens kesusahan dalam menganalisis mimpi, strategi, serta waktu tanpa pendampingan. Selain itu, tanpa<br />memahami esensi sebenarnya dalam menganalisis mimpi, strategi serta waktu, metode ini tidak sepenuhnya efektif dalam membantu anak muda mencapai dan merealisasikan mimpinya. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif. Pengumpulan data menggunakan studi literatur, eksplorasi, wawancara dengan narasumber serta membagikan survei baik secara offline maupun online. Hasil penelitian menunjukkan<br />bahwa perancangan creative journal dapat mendukung target audiens untuk memahami topik dan definisi setiap blok pada Dream Setting Canvas


2019 ◽  
Vol 4 (2) ◽  
pp. 109
Author(s):  
Santo Santo

<p><strong>Abstract</strong><br />The Visual Strategy of Interactive Animation “Around Java”. Interactive animation “Around Java” is an interactive animation packed with digital technology, in which there is a visual language in the form of animation and audio to introduce Javanese island culture. Interactive animation “Around Java” is very special because there are social goals to convey educational information or messages about the richness of Indonesian culture. The aesthetic approach is to analyze the object of research using<br />the criteria, principles, and general phenomena of scientific theories, namely graphic design, animation, communication and UI/UX. The result is based on formalistic side is indicated that interactive animation “Around Java” is effective in terms of visual appearance, and in terms of communication as a messenger of the cultural message which can be conveyed well and clearly because it is supported by audio visual and<br />interesting interaction experiences.</p><p> </p><p><strong>Abstrak</strong><br />Strategi Visual Animasi Interaktif “Keliling Jawa”. Animasi interaktif “Keliling Jawa” merupakan sebuah animasi interaktif yang dikemas dengan teknologi digital, di mana di dalamnya terdapat bahasa visual berupa animasi dan audio untuk memperkenalkan budaya pulau Jawa. Animasi interaktif “Keliling Jawa” menyimpan keistimewaan karena ada tujuan sosial dalam menyampaikan pesan informasi yang mendidik tentang kekayaan budaya Indonesia. Pendekatan estetik yang dilakukan<br />adalah menganalisis objek penelitian dengan menggunakan kriteria, prinsip, dan fenomena umum teori-teori keilmuan, yaitu desain grafis, animasi, komunikasi dan UI/ UX. Hasilnya adalah berdasarkan aspek formalistik, animasi interaktif “Keliling Jawa” efektif dari segi penampilan visual, dan secara aspek komunikasi sebagai penyampai pesan budaya dapat menyampaikan pesan dengan baik dan jelas karena didukung<br />dengan audio visual serta pengalaman interaksi yang menarik.</p>


2019 ◽  
Vol 4 (2) ◽  
pp. 125
Author(s):  
Rujianto Rujianto ◽  
Lintang Widyokusumo ◽  
Anastasia Ari Respati

<p><strong>Abstract</strong></p><p><strong></strong><br />Betawi Batik Motif in Creative Industry Center. Betawi batik is a batik that developed on the island of Java, especially around Jakarta, and experienced visual changes from classical symbols to contemporary. In Indonesia, traditional businesses such as batik are often promoted as creative industries. However, traditional and creative businesses<br />have different characteristics and potentially different results. In this case, each requires a different policy strategy. The central government’s decentralization policy has caused a uniformity of products resulting from creative economic policies in Indonesia.<br />This encouraged the Betawi batik industry to develop with an order that prioritized contemporary and commercial elements to meet the demands of decentralization and uniformity of the creative industries. The meaning of the symbol of classical and contemporary batik will be separated according to the symbols in it and analyzed using semiotics Ferdinand de Saussure and Jaques Derrida. This study uses qualitative methods with ethnographic analysis and grounded theory. This method is aim to form<br />namely identifying and categorizing elements and tracing the  nterrelationships with one another, as well as observing patterns. The results of this study are intended to give understanding of the meaning in the scope of the study of visual semiotics that can be practiced in the study of visual communication design courses that are loaded with<br />visualization of signs.</p><p><br /><strong>Abstrak </strong></p><p><strong></strong>Motif Batik Betawi dalam Pusaran Industri Kreatif. Batik betawi merupakan batik yang berkembang di pulau Jawa khususnya di sekitar Jakarta dan mengalami perubahan visual dari simbol-simbol klasik menjadi kontemporer. Di Indonesia, bisnis tradisional seperti batik sering dipromosikan sebagai industri kreatif. Bisnis tradisional dan kreatif<br />memiliki karakteristik yang berbeda dan hasil berpotensi berbeda. Dalam hal ini, masingmasing membutuhkan strategi kebijakan berbeda. Kebijakan desentralisasi pemerintah pusat menyebabkan penyeragaman dari produk yang dihasilkan dari kebijakan ekonomi kreatif di Indonesia. Hal ini mendorong industri batik Betawi juga berkembang dengan<br />tatanan yang lebih mengedepankan unsur-unsur kontemporer dan komersial untuk memenuhi tuntutan desentralisasi dan penyeragaman dari industri kreatif. Makna simbol batik klasik dan kontemporer ini akan dipisahkan menurut simbol-simbol di dalamnya dan dianalisis menggunakan semiotika Ferdinand de Saussure dan Jaques<br />Derrida. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan analisis etnografi dan teori lapangan (grounded theory). Metode ini bertujuan untuk pencarian bentuk atau penemuan keteraturan yaitu pengidentifikasian dan pengkategorian unsur-unsur dan penelusuran keterkaitan satu sama lain, serta pengamatan pola-pola. Hasil penelitian ini dimanfaatkan untuk belajar membuat pemahaman tentang makna dalam lingkup kajian semiotika visual yang dapat dipraktekkan dalam kajian mata kuliah desain komunikasi visual yang sarat dengan visualisasi tanda.<br /><br /></p>


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document