MEDIA KESEHATAN MASYARAKAT INDONESIA
Latest Publications


TOTAL DOCUMENTS

23
(FIVE YEARS 22)

H-INDEX

0
(FIVE YEARS 0)

Published By Institute Of Research And Community Services Diponegoro University (Lppm Undip)

1412-4920

2020 ◽  
Vol 19 (1) ◽  
pp. 62-67
Author(s):  
Nurul Fitriani Rahayu ◽  
Ratih Indraswari ◽  
Besar Tirto Husodo

Latar Belakang: Sifat khas remaja yang memiliki rasa ingin tahu yang besar, menyukai petualangan dan tantangan serta cenderung bertindak tanpa memikirkan akibatnya, menyebabkan remaja sering kali terjerumus ke dalam perilaku yang berisiko, salah satunya adalah perilaku seksual berisiko. Media pornografi menjadi salah satu faktor pendorong utama remaja terjerumus ke dalam perilaku seksual berisiko. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan jenis kelamin, usia dan keterpaparan media pornografi dengan perilaku seksual berisiko siswa SMP di Kota Semarang.Metode: Jenis penelitian ini adalah analitik survei dengan pendekatan cross sectional. Sampel dari penelitian ini adalah 104 remaja awal (usia 12-15 tahun) yang terpilih dengan menggunakan teknik multistage random sampling.  Penelitian ini menggunakan analisis univariat dan bivariat dengan menggunakan uji Chi Square.Hasil: Sebagian besar jenis kelamin responden pada penelitian adalah laki-laki (51,9%) dan sisanya adalah perempuan (48,1%). Usia responden didominasi pada usia ≥14 tahun (76,9%). Hasil penelitian menunjukkan bahwa 41,3% responden telah mengakses pornografi dengan alasan terbanyak adalah didorong rasa penasaran (26,9%) dan diajak teman (18,3%). Responden mendapatkan informasi mengenai pornografi didapatkan dari teman, baik teman sekolah (24%) dan teman di rumah (17,3%). Media sosial (22,1%) dan situs porno (19,2%) menjadi tempat dimana responden mengakses pornografi. Hasil analisis chi-square menunjukkan terdapat hubungan antara jenis kelamin (p-value= 0,045) dan keterpaparan media pornografi (p-value= <0,001) dengan perilaku seksual berisiko siswa SMP di Kota Semarang.Simpulan dan Saran: Terdapat hubungan antara jenis kelamin dan keterpaparan media pornografi dengan perilaku seksual siswa SMP di Kota Semarang. Pemberian pendidikan seks dan pembuatan safe browsing di area sekolah diperlukan untuk mengatasi perilaku seksual yang berisiko pada siswa SMP. Kata kunci: Media pornografi, perilaku seksual, remaja Title: The Relationship between Sex, Age and Pornography Media with Risk Sexual Behavior of Middle School Students in Semarang City Background: The special nature of adolescents who have a great curiosity, like adventure and challenges and tend to act without thinking about the consequences, causing teens often fall into risky behavior, one of which is risky sexual behavior. Pornography media is an important factor for teenagers who often fall into risky sexual behavior. This study aimed to analyze the relationship between sex, age and exposure to pornographic media with sexual behavior of junior high school students in the city of Semarang.Method: This type of research was analytic survey with cross sectional approach. The sample from this study was 104 early adolescents (aged 12-15 years) who were selected using a multistage random sampling technique. This study uses univariate and bivariate analysis using Chi Square test.Results: Most of the respondents' sex in the study were male (51.9%) and the rest were female (48.1%). The age of the respondents was dominated by age ≥14 years (76.9%). The results showed that 41.3% of respondents had accessed pornography with the most reasons being driven by curiosity (26.9%) and being invited by friends (18.3%). Respondents get information about pornography obtained from friends, both school friends (24%) and friends at home (17.3%). Social media (22.1%) and porn sites (19.2%) are places where respondents access pornography. The results of the chi-square analysis showed that there was a relationship between sex (p-value= 0,045) and exposure to pornographic media (p-value = <0.001) with risky sexual behavior of junior high school students in the city of Semarang. Conclusion and Recommendation: There was a relationship between sex and exposure to pornographic media with sexual behavior of junior high school students in Semarang City. Providing sex education and making safe browsing for school students are needed to deal with risky sexual behavior in junior high school students. Keywords: Pornographic media, sexual behavior, adolescent


2020 ◽  
Vol 19 (1) ◽  
pp. 43-49
Author(s):  
Arga Sakti Yusnandar ◽  
Wiwik Eko Pertiwi

Latar belakang: Kasus kecelakaan kerja di Indonesia pada tahun 2015-2016 mengalami peningkatan dari total 13.131 kasus menjadi 17.184 kasus sedangkan di Propinsi Banten tercatat kenaikan kasus kecelakaan tiap tahunnya. Salah satu penyebab terjadinya kecelakaan kerja adalah perilaku kerja yang tidak aman, sehingga program Promosi Keselamatan Kerja diharapkan mampu menurunkan perilaku tidak aman dan meningkatkan perilaku aman pekerja. Perilaku aman merupakan tindakan dari seseorang atau beberapa orang karyawan yang tidak menyebabkan terjadinya kecelakaan atau insiden. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui determinan perilaku aman (safe behavior) pada pekerja di salah satu Perusahaan Fabricators Serang, Banten, tahun 2017.Metode: Desain penelitian bersifat cross sectional dimana besar sampel berjumlah 94 responden diambil dengan metode simple random sampling. Pengumpulan data primer diperoleh dengan menggunakan alat ukur kuesioner melalui wawancara dengan pekerja.  Hasil: Hasil penelitian menunjukan sebanyak 57 (60,6%) responden memiliki perilaku aman (safe behaviour) dan sebanyak 37 (39,4%) responden memiliki perilaku tidak aman. Dari hasil analisis bivariat menunjukan bahwa ada hubungan yang signifikan antara meeting harian (pv=0,027) dan peran pengawas/supervisor (pv=0,000) dengan perilaku aman. Tidak ada hubungan antara media promosi K3 dengan perilaku aman.Simpulan: Penelitian ini menyimpulkan bahwa meeting harian dan peran pengawas merupakan faktor yang mempengaruhi perilaku aman pada pekerja. Kata kunci: Meeting harian, peran pengawas, perilaku aman, promosi K3 ABSTRACT Title: Determinants of Safe Behavior on Fabrication Workers Background: Work accident cases in Indonesia in 2015-2016 have increased from a total of 13,131 cases to 17,184 cases while in Banten Province there has been an increase in accident cases each year. One of the causes of work accidents is unsafe work behavior, so that the Work Safety Promotion program is expected to reduce unsafe behavior and increase workers' safe behavior. Safe behavior is an action of a person or several employees who do not cause accidents or incidents. This study aims to determine the determinants of safe behavior of workers in one of the Serang Fabricators Industry, Banten, 2017.Method: The study design is cross sectional in which a large sample of 94 respondents was taken by simple random sampling method. Primary data collection was obtained using a questionnaire measuring instrument through interviews with workers.Result: The results showed that 60.6% respondents had safe behavior and 39.4% had unsafe behavior. From the results of bivariate analysis shows that there is a significant relationship between daily meetings (pv = 0.027) and the  supervisors support (pv = 0,000) with safe behavior. There is no relationship between OHS promotion media with safe behavior.Conclusion: This study concludes that daily meetings and the supervisors support are factors that influence safe behavior in workers. Keywords: Daily meeting, supervisors support, safe behavior, OHS promotion


2020 ◽  
Vol 19 (1) ◽  
pp. 57-61
Author(s):  
Sarasyita Nada Re ◽  
Ari Udijono ◽  
Arie Wuryanto ◽  
Henry Setyawan

Latar belakang: Lensa kontak merupakan alternatif pengganti kacamata untuk mengkoreksi gangguan refraksi mata. Di zaman modern, lensa kontak menjadi tren tersendiri, dan penggunanya terus meningkat. Penting untuk memahami faktor-faktor yang berhubungan dengan penggunaan lensa kontak, karena selain memiliki berbagai macam kelebihan, lensa kontak juga memiliki dampak negatif bagi penggunanya. Tujuan: penelitian ini untuk menganalisis faktor-faktor yang berhubungan dengan praktik penggunaan lensa kontak dalam pencegahan komplikasi gangguan kesehatan mata pada mahasiswa Universitas Diponegoro.Metode: Metode yang digunakan yaitu kuantitatif dengan pendekatan cross sectional. Populasi pada penelitian ini yaitu mahasiswa Universitas Diponegoro dan sampel sebanyak 60 orang responden sebagai kelompok pengguna lensa kontak  dan 60 orang responden sebagai kelompok bukan pengguna lensa kontak dengan teknik sampling consecutive sampling. Analisis data dilakukan secara univariat dan bivariat dengan uji statistik chi square (taraf kemaknaan 0,05).Hasil: Faktor yang berhubungan dengan praktik penggunaan lensa kontak pada mahasiswa Universitas Diponegoro, yaitu jenis kelamin (p=0,0001), lensa kontak untuk koreksi kelainan refraksi (p= 0,0001), lensa kontak untuk kosmetik (p= 0,0001), orang yang mempengaruhi untuk menggunakan lensa kontak (p= 0,008), penggunaan lensa kontak karena tren (p= 0,0001), tempat pembelian lensa kontak (p= 0,0001), penggunaan lensa kontak karena penjualannya bebas (p= 0,0001), persepsi manfaat lensa kontaksebagai pengganti kacamata (p= 0,003), persepsi manfaat lensa kontak dapat meningkatkan citra diri (p= 0,042).Simpulan: Jenis kelamin, lensa kontak untuk koreksi gangguan refraksi, lensa kontak untuk kosmetik, orang yang mempengaruhi untuk menggunakan lensa kontak, penggunaan lensa kontak karena tren, tempat pembelian lensa kontak, penggunaan lensa kontak karena penjualannya bebas, persepsi manfaat lensa kontaksebagai pengganti kacamata, persepsi manfaat lensa kontak dapat meningkatkan citra diri. Kata kunci: Lensa kontak, Praktik, Universitas Diponegoro Title: Factors Related to the Practice of Using Contact Lenses in the Prevention of Complications of Eye Health Disorders in Diponegoro University Students Background: Contact lenses are an alternative besides glasses to correct eye refraction disorders. In modern era, contact lenses are becoming a trend, and the users are increase continuously. It is important to understand the factors associated with the use of contact lenses, because in addition to having various kinds of advantages, contact lenses also have a negative impact on users. Objective: this study is to analyze the factors associated with the practice of contact lens use in prevention of eye health disorders complications at Diponegoro University students. Method: The study design is quantitative with cross sectional approach. The population in this study were Diponegoro University students and a sample of 60 respondents as a contact lens’s user group and 60 respondents as a not contact lens’s user group with consecutive sampling technique. Data analysis was done by univariate and bivariate with chi square test (significance level of 0.05). Results: Factors related to the practice of contact lens use in Diponegoro University students, gender (p = 0,0001), contact lenses for correction of refraction disorders (p = 0,0001), contact lenses for cosmetics (p = 0,0001 ), people who influence to use contact lenses (p= 0,008), contact lens use due to trends (p = 0,0001), where to buy contact lenses (p = 0,0001), contact lens use because free sales (p = 0,0001), the benefits perception of contact lenses as a substitute for glasses (p = 0.003), the benefits perception of contact lenses can improve self-image (p = 0.042).Conclusion: Gender, contact lenses for correction of refraction disorders, contact lenses for cosmetics, people who influence to use contact lenses, use of contact lenses due to trends, places to buy contact lenses, use of contact lenses because of free sales, benefits perception  of contact lenses as a substitute for glasses, the benefits perception of contact lenses can improve self-image. Keywords: Contact lenses, Practice, Diponegoro University


2020 ◽  
Vol 19 (1) ◽  
pp. 38-42
Author(s):  
Latifa Rachmawati ◽  
Suhartono Suhartono ◽  
Budiyono Budiyono

Latar belakang: Pestisida merupakanxsalahxsatuxbahan kimia yang berbahaya. Adanya kandungan bahan – bahan – bahan aktif pada pestisida yang masuk kedalam tubuh manusia dengan berbagai jalur dapat menganggu proses asetilkolin, yang dapat mengakibatkan gangguan pada tekanan darah. Desa Trayu memiliki pekerjaan dengan mayoritas sebagai petani penyemprot hortikultura denganxjumlah sebanyak 416 orang (41,06%), dimana seluruh petani masih aktif menggunakan pestisida. Tujuan penelitianxinixadalahxuntukxmengetahui beberapaxfaktorxyangxberhubunganxdenganxtekananxdarah petani penyemprot hortikultura dixDesa TrayuxKecamatanxSumowonoxKabupaten Semarang.Metode: Penelitian ini merupakan penelitian analitik observasional dengan pendekatan cross-sectional. Sampel penelitian berjumlah 66 orang diambil dengan menggunakan metode simple random sampling. Pengukuran tekanan darah dilakukan menggunakan tensimeter. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara menggunakan kuesioner. Analisis statistik menggunakan uji korelasi Rank Spearman pada α 95%.  Hasil: Responden rata – rata berumur 50 tahun, dengan tingkat pendidikan didominasi Sekolah Dasar, dimana untuk penggunaan pestisida di Desa Trayu mencapai 100%. Sebanyak 34 responden (51,51%)  memiliki tekanan darah sistolik tinggi dan 46 responden (69,69%) memiliki tekanan darah diastolik tinggi. Hasil menujukkanxbahwa tidakxadaxhubunganxantaraxmasaxkerjaxdenganxtekananxdarahxsistolik (p value = 0,408). Terdapat hubungan pada variabelxmasaxkerjaxdenganxtekananxdarah diastolik (pxvalue = 0,022).xTerdapat hubungan antara jumlah campuran pestisida dengan tekanan darah sistolik (p value = 0,001). Tidak ditemukan adanyaxhubunganxjumlah campuran pestisidaxdenganxtekananxdarahxdiastolik (p value = 0,238). Ada hubungan antara variabel frekuensi penyemprotan dengan tekanan darah sistolik (p value = 0,041) dan tekanan darah diastolik (p value = 0,006).Simpulan: Frekuensi penyemprotan berhubungan dengan tekanan darah petani penyemprot tanaman hortikulturaKata kunci: tekanan darah, pestisida, petani penyemprot, tanaman hortikultura.ABSTRACT Title: The Analysis Factors Related to Blood Pressure on Horticulture Spraying Farmers in Trayu Village, Subdistrict Sumowono, District SemarangBackground: Pesticides are a dangerous chemical. The composition of active ingredients in pesticides that enter the human body with various pathways can interfere with the process of acetylcholine, which can disturbing blood pressure. The highest occupation in Trayu Village is horticulture sprayer, the total is 416 people (41,06%), where all farmers are actively using pesticides. Thexpurposexofxthis research was to determine severalxfactorsxrelated to blood pressure.Method: This research was an observational analytic study with a cross-sectional design. The sample of this study was 66 people taken by simple random sampling method. Blood pressure was measured using tensimeter. Data collection were gathered by interview using a questionnaire. Statistical analysis using Rank Spearman test with α 95%.Result: The average respondent is 50 years, with an education level dominated by elementary school, meanwhile the use of pesticides in Trayu Village reaches 100%. There were 34 respondents (51,51%) had high systolic blood pressure and 46 respondents (69,69%) had high diastolic blood pressure. xThexresultsxshowxthere is no correlation between a work period and systolic pressure (pxvaluex= 0,408). Therexisxaxcorrelation work period with diastolicxbloodxpressurex(pxvaluex=x0,022). Therexisxan associationxbetweenxthexamount of pesticide mixture with systolic blood pressure (p value = 0,001). There was no correlation between the amount of pesticide mixture with diastolic blood pressure (p value = 0,238). There was no association btween the variable frequency of srpaying with systolic blood pressure (p value = 0,041) and diastolic blood pressure (p value = 0,006).Conclusion: The frequency of spraying associated with the blood pressure of horticulture spraying farmers.Keywords: blood pressure, pesticides, spraying farmers, horticulture plants


2020 ◽  
Vol 19 (1) ◽  
pp. 68-76
Author(s):  
Riza Dwi Utami ◽  
Nur Endah Wahyuningsih ◽  
Budiyono Budiyono

Latar belakang:Pada limbah jarum suntik ditemukan jumlah koloni bakteri Pseudomonas aeruginosa sebanyak 1,3x103 dan 2,1x103 CFU/ml. Desinfeksi dengan Hidrogen Peroksida dan Formaldehiddapat digunakanuntuk menurunkan mikroorganisme pathogen. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui efektifitas desinfektan Hidrogen Peroksida dan Formaldehid dengan variasi dosis dan lama waktu kontak terhadap penurunan jumlah koloni bakteri Pseudomonas aeruginosa pada limbah jarum suntik.Metode:Jenis penelitian ini adalah quasi experimental dengan rancangan non equivalent control group design. Analisis statistikmenggunakan uji Repeated ANOVA (α=5%).Hasil:Hasil penelitian pada sampel sebelum diberikan perlakuan pada desinfektan Hidrogen Peroksida dan formaldehid masing-masing adalah 2,2x103 dan 2,0x103 CFU/ml. Dosis Hidrogen Peroksida diberikan sebanyak 0,75% dan 1,5% (v/v). Dosis Formaldehid sebanyak 0,0185% dan 0,037%(v/v), masing-masing menggunakan variasi lama waktu kontak 1 menit, 5 menit, 10 menit dengan 4 kali pengulangan. Hidrogen Peroksida dapat menurunkan jumlah koloni bakteri Pseudomonas aeruginosa dosis 1,5% (p=0,032), waktu kontak 10 menit (p=0,024). Sedangkan Formaldehid menurunkan jumlah koloni bakteri Pseudomonas aeruginosa dosis 0,037% (p=0,027), waktu kontak 10 menit (p=0,049).Simpulan:Hidrogen Peroksida dan Formaldehid mampu menurunkan jumlah koloni bakteri Pseudomonas aeruginosapada limbah jarum suntik meskipun belum semuanya hilang. Kata kunci: Hidrogen Peroksida, Formaldehid, Pseudomonas aeruginosa, Limbah jarum suntik ABSTRACT Title: The Ability of Hydrogen Peroxide and Formaldehyde in Reducing Pseudomonas aeruginosa Bacteria in Syringe Waste in X Hospital Semarang City Background:In needle syringe waste, the number of colonies of Pseudomonas aeruginosa was 1,3x103 and 2,1x103 CFU/ml. Disinfection with Hydrogen Peroxide and Formaldehyde can be used to reduce pathogenic microorganisms. The purpose of this study was to determine the effectiveness of Hydrogen Peroxide and Formaldehyde disinfectants with variations in dosage and contact time to decrease the number of colonies of Pseudomonas aeruginosa bacteria in needle syringe waste. Method:This type of research is quasi experimental with a non equivalent control group design. Statistical analysis using Repeated ANOVA test (α=5%). Result:The results of the study on the sample before being given treatment for disinfecting Hydrogen Peroxide and formaldehyde were 2,2x103 and 2,0x103 CFU/ml. The dose of Hydrogen Peroxide is given as much as 0.75% and 1.5% (v/v). Formaldehyde dosages are 0.0185% and 0.037% (v/v), each using a variation of the duration of contact time 1 minute, 5 minutes, 10 minutes with 4 repetitions. Hydrogen Peroxide can reduce the number of colonies of Pseudomonas aeruginosa bacteria by 1.5% (p=0.032), contact time 10 minutes (p=0.024). Whereas Formaldehyde reduced the number of colonies of Pseudomonas aeruginosa bacteria by a dose of 0.037% (p=0.027), contact time of 10 minutes (p=0.049). Conclusion:Hydrogen Peroxide and Formaldehyde can reduce the number of colonies of Pseudomonas aeruginosa bacteria in syringe waste even though not all of them are lost. Keywords: Hydrogen Peroxide, Formaldehyde, Pseudomonas aeruginosa, Syringe waste  


2020 ◽  
Vol 19 (1) ◽  
pp. 31-37
Author(s):  
Rizky D Yunita ◽  
Sri A Nugraheni ◽  
Siti F Pradigdo

Latar belakang: Materi seksual online yang semakin mudah untuk diakses dibandingkan dunia nyata membuat remaja menjadi konsumen setia cybersex. Penelitian di Jawa Timur menunjukkan hasil 76,8% penikmat cybersex ada pada usia 15 – 17 tahun. Tujuan penelitian untuk mengetahui pengaruh pemberian pendidikan kesehatan reproduksi terhadap pengetahuan, persepsi dan praktik remaja terkait cybersex.Metode: Jenis penelitian adalah Quasi Eksperimental dengan metode Pretest – Posttest Control Group Design terhadap 66 siswa. Sampel dipilih dengan teknik Purposive Sampling, dengan jumlah 33 kelompok intervensi dan 33 kelompok kontrol. pemilihan sampel dibantu oleh guru BK, sebelum pemberian materi oleh guru BK diadakan pre test dan pada kelompok intervensi diberikan booklet, setelah pemberian intervensi dilakukan post test. Metode pengumpulan data dengan menggunakan kuesioner terstruktur.Hasil: Hasil penelitian menunjukkan tidak ada perbedaan pengetahuan, persepsi praktik dan  variabel penganggu lainnya sebelum pemberian pendidikan kesehatan reproduksi antara kelompok intervensi dan kelompok kontrol (p>0.05), ada perbedaan pengetahuan, persepsi praktik dan variabel penganggu lainnya sesudah pemberian pendidikan kesehatan reproduksi antara kelompok intervensi dan kelompok kontrol (p<0.05), ada perbedaan pengetahuan, persepsi dan praktik remaja terkait cybersex sebelum dan setelah pemberian pendidikan kesehatan reproduksi (p<0.05), tidak ada perbedaan perubahan pengetahuan, persepsi dan praktik remaja terkait cybersex sebelum dan setelah pemberian pendidikan kesehatan reproduksi pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol (p>0.05).Simpulan: Peran keluarga dan guru sangat dibutuhkan untuk menanggulangi berkembangnya aktivitas berselancar di media cybersex, melalui pendekatan dan penyuluhan kesehatan secara continue diharapkan dapat menurunkan angka kejadian kasus HIV, KTD dan aborsi.Kata kunci: Booklet, Kesehatan Reproduksi, Cybersex.ABSTRACT Title: Influence of Booklet  to  Reproductive Health related to Cybersex (Study in Banyuwangi Regency High School)Background: Online sexual material are easier to reach compared to offline material which makesadolescent became a loyal consumen of cybersex. Research in East Java showed that 76.8% cybersex users are 15 – 17 years old. The aim of this study was to describe the effect of reproductive health education to knowledge, perception, and practice of adolescents related to cybersex matters.Method: This was a quasi experimental using pre test-post test control group design to 66 students. Samples were chosen using purposive sampling technique. There were 33 samples of case group and 33 samples of control group. Counseling teachers were helping through the process of choosing samples. The intervention was conducted by giving a booklet to the case group. Data collected using structured questionaire.Result: Result showed that there was no differences in knowledge, perception, practice, and confounding variables before intervention between case group and control group (p>0.05). There was a differences between knowledge, perception, practice, and confounding variables after intervention between case group and control group (p<0.05). There was a differences between  knowledge,  perception,  practice,  and  confounding  variables  before  and  after intervention between case group and control group (p<0.05). There was no differences between   knowledge,   perception,   and   practice   related   to   cybersex   before   and   after reproductive health education to case group and control group (p>0.05).Conclusion: Family’s and teacher’s role are necessary to prevent the activity of surfing cybersex online. By conducting an approach and socialization about reproductive health continuosly, it is hoped that it might decrease the number of unwanted pregnancy, abortion and HIV.Keywords: Booklet, Reproductive Health, Cybersex 


2020 ◽  
Vol 19 (1) ◽  
pp. 14-18
Author(s):  
Herlysse Jorghi Jorghi ◽  
Praba Ginandjar ◽  
Nissa Kusariana ◽  
Lintang Dian Saraswati

Latar belakang: Penyakit Filariasis merupakan penyakit yang disebabkan oleh cacing filaria. Kota Pekalonganmerupakan kota dengan endemis filariasis dan telah dilakukan Program Pemberian Obat secara Massal (POPM) sejak tahun 2011 hingga 2015, Namun, hasil Survei Darah Jari (SDJ) menunjukkan nilai Mikrofilaria Rate di Kota  Pekalongan  masih  >  1%.  Penelitian  ini  bertujuan  untuk  menggambarkan  peran  Tenaga  Pelaksana Eliminasi (TPE) filariasis dan hambatan yang ditemui pada pelaksanaan POPM di Kota Pekalongan.Metode: Penelitian ini merupakan penelitian cross sectiona. Jumlah sampel 95 orang petugas TPE dengan menggunakan simple ramdom sampling. Pengumpulan data dengan wawancara menggunakan kuesioner.  Hasil: Hasil penelitian menunjukkan bahwa EP dalam memilih anggota keluarga target yang akan dirawat adalah optimal (63,2%). EP dalam membantu puskesmas menentukan dosis dan pemberian obat-obatan untuk masing-masing keluarga yang dibantu (52,6%). EP dalam merekam keluarga yang dibantu yang minum obat pada kartu sudah optimal (55,8%). EP dalam memantau dan mencatat reaksi perawatan yang mungkin timbul dan melaporkan kepada petugas kesehatan adalah optimal (61,1%).Simpulan: Peran tenaga pelaksana eliminasi TPE di Kota Pekalongan dalam menyeleksi anggota keluarga binaan yang akan diobati, dalam membantu puskesmas menentukan dosis dan pemberian obat pada setiap keluarga binaan, dalam pencatatan keluarga binaan yang meminum obat pada kartu, dan dalam pengawasan dan pencatatan reaksi pengobatan yang mungkin timbul serta pelaporan kepada petugas kesehatan sudah optimalKata kunci: Filariasis, Tenaga Pelaksana EliminasiABSTRACT Title: The role of Elimination Personnel (EP) implementing filariasis MDA in Pekalongan City Background: Filariasis is a disease caused by filarial worms, Pekalongan City has carried out filariasis MDA (Mass Drug Administration) since 2011-2015. However, the results of the Finger Blood Survey (SDJ) showed that the microfilaria rate was > 1%. This study aims to describe the role of Elimination Personnel (EP) and the obstacles faced in implementing filariasis MDA in Pekalongan City.Method: This study used a cross sectional research method. Sampling in this study used simple random side, total 95 respondents. Data obtained by structure interviews using questionnaires.Result: The results showed that EP in selecting the target family members to be treated is optimal (63.2%). EP in helping puskesmas determine the dosage and administration of medicines for each of the assisted families (52.6%). EP in recording the assisted families who drank the medicine on the card was optimal (55.8%). EP in monitoring and recording treatment reactions that may arise and reporting to health workers was optimal (61.1%).Conclusion: The roles of TPE elimination workers of Pekalongan City were optimum, such as selecting family member who will be treated, helping Puskesmas in deciding the dosage and giving the medicine to every treated family, record of treated family who take the medicine in the given card, and in the supervision and record of medical reaction that might happen and reporting it to health workers.Keywords: Filariasis, Elimination Personnel  


2020 ◽  
Vol 19 (1) ◽  
pp. 5-9
Author(s):  
Ari Suwondo

Latar belakang: Gejala keracunan organofosfat adalah hasil dari menghalangi aktivitas enzim cholinesterase darah (ChEA). Kemampuan hati untuk melakukan de toxin menggunakan jalur O-Dealchylation pada organofosfat dan cholinesterase yang diikat dan dibantu oleh enzim Glutathione peroxides (GPX) memiliki peran penting dalam mengembalikan level ChEA ke level normal. GPX tergantung pada keberadaan selenium. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan manfaat yang lebih dimengerti dari penambahan selenium dan vitamin C terhadap tingkat ChEA, GPX dan hemoglobin dari para petani yang bekerja sebagai penyemprot pestisida.Metode: Merupakan penelitian eksperimental menggunakan Desain Kelompok Kontrol pretest-posttest. Sembilan puluh sembilan responden di desa Pasuruan, Kecamatan Bulu, Temanggung yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi dipilih sebagai sampel penelitian. Sampel dibagi menjadi 3 kelompok yang terdiri dari 33 orang. Kelompok pertama hanya menerima Selenium, kelompok kedua menerima Selenium dan Vitamin C dan kelompok ketiga adalah kelompok kontrol (tidak diberikan suplemen). Sampel darah dari semua sampel penelitian diambil untuk mengidentifikasi tingkat ChEA, GPX dan hemoglobin sebelum dan sesudah percobaan  Hasil: Tingkat ChEA pada kelompok pertama dibandingkan dengan kelompok ketiga berbeda nyata (p = 0,05). Temuan serupa juga ditemukan untuk tingkat ChEA pada kelompok kedua dibandingkan dengan kelompok ketiga (p = 0,014). Suplementasi Selenium 200 μg selama 7 hari di antara petani penyemprot pestisida meningkatkan kadar ChEA 1,85% dan kadar hemoglobin 2,66%.Simpulan: Terdapat perbedaan yang significant antara tingkat ChEA pada kelompok pertama dibandingkan dengan kelompok lainnya.   Kata kunci: Selenium, Vit C, tingkat GPX, ChEA dan HemoglobinABSTRACT Title: Selenium and Vitamin C As a Preventive Medicine for Pesticide Poisoning (Experimental Study on Spraying Farmers in Temanggung, Central Java) Background: Symptoms of organophosphate intoxication are a result of blocking the activity of blood cholinesterase enzyme (ChEA).   The ability of liver to do de toxification using pathway of O-Dealchylation on organophosphate and cholinesterase bound and helped out by Glutathione peroxides enzyme (GPX) has important role in returning the level of ChEA to the normal level. GPX is dependent on the presence of selenium. The objective of this study is to obtain more understandable benefit of adding selenium and vitamin C towards the ChEA, GPX and hemoglobin level of farmers worked as pesticide sprayers.Method: This is an experimental study using Pretest-posttest Control Group Design.  Ninety nine respondents in Pasuruan village, sub district of Bulu, Temanggung  who fulfilled inclusion and exclusion criteria were selected as study samples. Samples were divided into 3 groups of 33 people. First group received only Selenium, second group received Selenium and Vitamin C and third group is a control group (no supplementation given). Blood samples of all study samples were taken to identify the level of ChEA, GPX and hemoglobin before and after experimentResult: Level of ChEA in the first group compared with the third group was significantly different (p=0.05). Similar finding was also found for the level of ChEA in second group compared with third group (p= 0.014). Supplementation of Selenium 200 µg for 7 days among pesticides sprayers farmers increase 1.85% level of ChEA and 2.66% level of hemoglobin.Conclusion: There is a significant difference between ChEA levels in the first group compared to other groups Keywords: Selenium, vit C, level of GPX, ChEA and Hemoglobin.


2020 ◽  
Vol 19 (1) ◽  
pp. 50-56
Author(s):  
Mutia Shafitra ◽  
Putri Permatasari ◽  
Agustina Agustina ◽  
Marina Ery

Latar belakang: Transformasi struktural perekonomian Indonesia menunjukkan bahwa produktivitas tenaga kerja, ketenagakerjaan dan demografi berkontribusi positif terhadap pertumbuhan ekonomi. Status gizi dan pola konsumsi pekerja dinilai cukup penting dalam upaya peningkatan produktivitas kerja. Kekurangan zat-zat gizi dalam makanan berdampak terjadinya gangguan kesehatan dan penurunan. Tujuan: untuk mengetahui hubungan status gizi, pola makan dan aktivitas fisik dengan produltivitas kerja pada pekerja di PT gatra tahun 2019.Metode: Penelitian ini menggunakan desain cross sectional study dilakukan pada Bulan Februari hingga Juni 2019. Populasi penelitian ini bagian Redaksi dan Marketing PT Gatra dengan jumlah sampel 57 orang dengan teknik total sampling. Hasil: Adanya hubungan antara status gizi dengan produktivitas (p value = 0,026), adanya hubungan antara frekuensi makan dengan produktivitas (p value = 0,015), dan ada hubungan antara jenis makanan dengan produktivitas (p value = 0,046). Sedangkan variabel yang tidak berhubungan adalah aktivitas fisik dengan produktivitas (p value = 0,624).Simpulan: Terdapat hubungan antara status gizi, jenis makanan dan pola makan dengan produktivitas kerja. Namun pada variabel aktivitas fisik tidak terdapat hubungan dengan produktivitas kerja. Kata kunci: Produktivitas, Status Gizi, Pola Makan, Aktivitas Fisik ABSTRACT Title: Relationship between Nutritional Status, Diet and Physical Activity with Work Productivity at Workers at PT Gatra in 2019 Background: The structural transformation of the Indonesian economy shows that labor, employment and demographic productivity contribute positively to economic growth. Nutritional status and consumption patterns of workers are considered quite important in an effort to increase work productivity. Lack of nutrients in food can cause health problems and decrease. Objective: to determine the relationship of nutritional status, diet and physical activity with the work productivity of workers in PT Gatra in 2019.Method: This study used a cross sectional study design conducted from February to June 2019. The population of this study was the Editorial and Marketing section of PT Gatra with a total sample of 57 people with total sampling techniqueResult: There is a relationship between nutritional status and productivity (p value = 0.026), there is a relationship between eating frequency and productivity (p value = 0.015), and there is a relationship between food types and productivity (p value = 0.046). While unrelated variables are physical activity with productivity (p value = 0.624).Conclusion: There is a relationship between nutritional status, type of food and diet with work productivity. But in the physical activity variable there is no relationship with work productivity. Keywords: Productivity, Nutritional Status, Diet, Physical Activity


2020 ◽  
Vol 19 (1) ◽  
pp. 1-4
Author(s):  
Ninik Prihani ◽  
Priyadi Nugraha Prabamurti ◽  
Emmy Riyanti

Latar belakang: Wanita Pekerja Seks (WPS) adalah wanita-wanita yang bekerja menjual atau menyewakan tubuhnya untuk kenikmatan orang lain dengan mengharapkan suatu imbalan atau upah. Di Kabupaten Semarang khususnya di lokalisasi Gembol Sukosari biasa disebut Anak Asuh. Mereka termasuk kelompok beresiko tinggi dalam penyebaran kasus IMS. Tujuan penelitian ini adalah memahami perilaku seksual WPS dalam pencegahan IMS di Lokalisasi Gembol, Sukosari, Bowen, Kabupaten Semarang.Metode: Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan subyek penelitian sebanyak 7 WPS di Lokalisasi Gembol yang memiliki kriteria tinggal menetap, sebagai peer educater (PE), mempunyai pasangan seksual, dan telah bekerja selama 1 tahun..  Hasil: Sikap subyek terhadap upaya pencegahan IMS sudah baik, akan tetapi praktek WPS terhadap upaya pencegahan IMS masih kurang, mereka tidak 100% menggunakan alat pelindung (kondom) ketika melakukan aktifitas seksual.Simpulan: Pengetahuan subyek penelitian sudah cukup baik. Subyek penelitian dapat menjelaskan definisi, gejala, dan cara penularan IMS. Kata kunci: Perilaku Wanita Pekerja Seks, Infeksi Menular Seksual, Lokalisasi Gembol.  ABSTRACTTitle: Behaviour of Female Sex Workers in the Prevention of Sexually Transmitted Infection (Qualitative Studies of Foster Children in Lokalisasi Gembol, Sukosari, Semarang Regency  Background: Female Sex Workers (WPS) is the women who work to sell or rent her body for the enjoyment of others by expecting a reward or remuneration. Particularly localized in Semarang District Gembol Sukosari called Foster Children. They include high-risk groups in the spread of STI cases. The aim of this research is to understand the sexual behavior of WPS in the prevention of STI in the localization of GembolMethod: This research is a qualitative with the research subjects are 7 WPS that have characteristic are residence, as Peer Educater (PE), has a sexual partner, working as a sex worker for at least one year.Result: Subjects attitude towards STI preventionhas been good, but the practice of WPS STI prevention efforts are still lacking, they wasn’t use of condoms l00% as a preventive effort when they had a sexual activity.Conclusion: The knowledge of WPS was good enough. Research subjects can explain the definition, symptoms, and modes of transmission of STIs. Keywords: Behaviour of Female Sex Workers, Sexually Transmitted Infection, Lokalisasi Gembol 


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document