JIVA : Journal of Behavior and Mental Health
Latest Publications


TOTAL DOCUMENTS

22
(FIVE YEARS 22)

H-INDEX

0
(FIVE YEARS 0)

Published By IAIN Manado

2723-4363

2021 ◽  
Vol 2 (2) ◽  
Author(s):  
Ekawati S. Rukmana

ABSTRACTCommunication in daily life is a routine activity carried out by social creatures. Success in building good communication is determined by components effectively, empathy, and good manners between fellow educators, education staff, parents, students, and people. This study aims to find out how to create a communication relationship in counseling between BK teachers and students at Muhammadiyah Senior High School 1 of Yogyakarta. The author uses several methods to collect data, such as interviews and observations. The results of this study explain that the communication process in counseling between BK teachers and students includes several stages, namely: The first start by collecting data about students through a questionnaire tool to several problems and a list of problem notes, the second was the teacher provides opportunities for students to convey the problem they face, the third was empathize with students with verbal and non-verbal language, and the fourth was mentoring continuously to optimize students potential (every student who is naughty or problematic must have a positive side). Establishing and maintaining communication requires the following steps, these are relationship building, problem identification and assessment, facilitating counseling change, and evaluation and termination.Keywords: Communication, Counseling. ABSTRAKKomunikasi dalam kehidupan sehari-hari merupakan aktivitas rutin yang dilakukan oleh setiap makhluk sosial. Keberhasilan dalam membangun komunikasi yang baik sangat ditentukan oleh seluruh komponen secara efektif, empati, dan santun, baik antara sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang tua, siswa dan masyarakat. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana konsep membangun hubungan komunikasi dalam konseling antara guru BK dan peserta didik di sekolah SMA Muhammadiyah 1 Yogyakarta. Penulis menggunakan beberapa metode dalam pengumpulan data diantaranya wawancara dan observasi. Hasil penelitian ini menjelaskan bahwa proses komunikasi dalam konseling antara guru BK dan siswa meliputi beberapa tahapan yaitu: 1). Diawali dengan mengumpulkan data-data tentang siswa melalui kuisioner alat ungkap masalah dan daftar catatan masalah, 2). Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menyampaikan masalah yang dihadapi, 3). Berempati kepada siswa dengan bahasa verbal dan non verbal, 4). Pendampingan secara terus-menerus untuk mengoptimalkan potensi siswa (setiap siswa yang nakal atau bermasalah pasti ada sisi positifnya). Membangun dan memelihara komunikasi diperlukan langkah-langkah sebagai berikut: membangun hubungan, identifikasi dan penilaian masalah, memfasilitasi perubahan konseling, serta evaluasi dan terminasi.Kata Kunci: Komunikasi, Konseling.


2021 ◽  
Vol 2 (2) ◽  
Author(s):  
Evie Syalviana

ABSTRACTThe challenges of students in dealing with the teaching and learning process are quite diverse, so there are also various ways of handling these students to deal with them. How to handle challenges in the teaching and learning process requires a positive concept of academic self-efficacy. This research is qualitative research with data collection tools using observation and interviews. Observation and interview guides are made according to aspects of the target behavior, namely level, breadth, and strength. Based on the results of the study, it shows that the subject has high self-efficacy in the field of science that is currently being undertaken. This can be seen in the seriousness of the subject towards the lecture materials and the efforts of the subject in dealing with difficulties in lecture assignments. Subjects have a high level of self-confidence in carrying out assignments in lectures. For the subject, although there are many difficulties in doing these tasks, the subject has high confidence to always be able to do the given task. Keywords: Academic self-efficacy, Students ABSTRAKTantangan mahasiswa dalam menghadapi proses belajar mengajar cukup beragam sehingga beragam pula cara penanganan mahasiswa tersebut untuk menghadapinya. Cara penanganan tantangan dalam proses belajar mengajar membutuhkan konsep efikasi diri akademik yang positif. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan alat pengumpulan data menggunakan observasi dan wawancara. Panduan observasi dan wawancara dibuat sesuai dengan aspek dari target perilaku yaitu level, keluasan dan kekuatan. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa subjek memiliki efikasi diri yang tinggi terhadap bidang ilmu yang dijalani saat ini. Hal tersebut nampak pada keseriusan subjek terhadap materi-materi kuliah dan upaya-upaya subjek dalam menghadapi kesulitan pada tugas-tugas kuliah. Subjek memiliki tingkat keyakinan diri yang tinggi pada pengerjaan tugas di perkuliahan. Bagi subjek walau terdapat banyak kesulitan dalam mengerjakan tugas-tugas tersebut, namun subjek memiliki keyakinan yang tinggi untuk selalu mampu mengerjakan tugas yang diberikan. Kata kunci: Efikasi diri akademik, Mahasiswa


2021 ◽  
Vol 2 (2) ◽  
Author(s):  
Novita Ashari

ABSTRACTThis study aims to describe the self-concept of the transgender and the process of forming the self-concept of the transgender. The data analysis of the research results was carried out qualitatively. The approach used is a phenomenological approach, where the subjects studied are transgender women who study at the Makassar Tourism Academy. The results of the study prove that Subject 1 (NN) and subject 2 (OP) have a negative self-concept because they are unable to position themselves as a whole, being male or female. After all, they can play two genders at once, confusing gender, while 3 (ED) has a positive self-concept because the subject is positive about him.Keywords : self-concept, transgender  ABSTRAKPenelitian ini bertujuan untuk mendiskripsikan konsep diri kaum waria dan proses pembentukan konsep diri kaum waria. Analisis data hasil penelitian dilakukan secara kualitatif. Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan fenomenologi, dimana subjek yang diteliti adalah waria yang kuliah di Akademi Pariwisata Makassar. Hasil penelitian membuktikan bahwa Subjek 1 (NN) dan subjek 2 (OP) memiliki konsep diri yang cenderung negatif dikarenakan belum mampu memposisikan diri seutuhnya menjadi laki-laki atau perempuan karena mampu memerankan dua jenis kelamin sekaligus dalam kehidupannya sehingga mengalami kebingungan identitas jenis kelamin, sementara subjek 3 (ED) memiliki konsep diri yang cenderung positif dikarenakan penilaian positif terhadap dirinya.


2021 ◽  
Vol 2 (2) ◽  
Author(s):  
Zulkifli Mansyur

ABSTRACTThis study aims to look at bullying behavior that occurs in elementary schools and how the pattern of handling it by the parties involved in it. This study uses a descriptive quantitative approach. Each variable uses a measuring instrument in the form of a scale made for each variable. The age level and background of the subject will also be the limitations that will be carried out in taking information. This study involved 75 students who were sampled from grades 4 to 6. Bullying behavior that occurred in elementary schools was still dominated by physical bullying (48.56%), followed by verbal bullying (26.28%), ostracism (12.10%), cyberbullying (5.2%), and sexual harassment (7.05%). Bullying behavior is only considered normal delinquent behavior so that no serious action is taken by the school, especially teachers so that there is no specific handling of bullyingKeywords: Bullying, Elementary school  ABSTRAKPenelitian ini bertujuan untuk melihat perilaku bullying yang terjadi di sekolah dasar dan bagaimana pola penanganannya oleh pihak yang terkait didalamnya. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif deskriptif. Masing-masing variabel menggunakan alat ukur berupa skala yang dibuat untuk masing-masing variabel. Tingkatan umur dan latar belakang subjek juga akan menjadi batasan-batasan yang akan dilakukan dalam pengambilan keterangan. Penelitian ini melibatkan 75 orang siswa yang di ambil sampel dari kelas 4 sampai 6. Perilaku perundungan yang terjadi pada sekolah dasar masih di dominasi oleh perundungan fisik (48,56%), kemudian di ikuti perundungan verbal (26,28%), tindakan pengucilan (12,10%), perundungan di dunia maya (5,2%) dan penindasan seksual (7,05%). Perilaku perundungan hanya di anggap perilaku kenakalan biasa saja sehingga tidak ada tindakan serius yang di ambil oleh pihak sekolah khususnya guru sehingga tidak ada penanganan yang spesifik tentang perundunganKata Kunci : Bullying, Sekolah dasar


2021 ◽  
Vol 2 (2) ◽  
Author(s):  
Tien Asmara Palintan

ABSTRACTCurrently, the number of married students in higher education is increasing from year to year. The roles played by students and housewives are very susceptible to causing stress for students. Interestingly, even though the COVID-19 pandemic is currently hitting, this has no impact on the student's decision-making process in getting married. This study aims to explore more deeply related psychological factors that influence student marriage decision making and find out the stress coping strategies developed by these students when facing pressure as a student with the status of being a wife and housewife. The research approach is qualitative phenomenology involving six students as research subjects. The data collection process was carried out by in-depth interviews and observation. The results of the study found that psychological factors that influenced student decision-making to marry during the COVID-19 pandemic were motivation, perception, learning, and attitude. Stress coping strategies developed by students to deal with the pressure (stress) they face are intropunitive, defensive, introversive, interactive, and impressive.Keywords: psychological factors, stress coping, student married  ABSTRAKSaat ini jumlah mahasiswa menikah pada Perguruan Tinggi meningkat dari tahun ke tahun. Peran yang dijalani sebagai mahasiswa dan ibu rumah tangga sangat rentan menyebabkan stres bagi mahasiswa. Menariknya, meski saat ini pandemic COVID 19 sedang melanda, namun hal ini tidak berdampak pada proses pengambilan keputusan mahasiswa dalam melakukan pernikahan. Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi lebih dalam terkait faktor psikologis yang mempengaruhi pengambilan keputusan mahasiswa menikah dan mengetahui strategi copign stres yang dikembangkan mahasiswa tersebut ketika menghadapi tekanan sebagai seorang mahasiswa dengan status menjadi istri atau ibu rumah tangga. Pendekatan penelitian adalah kualitatif fenomenologi yang melibatkan enam orang mahasiswa sebagai subjek penelitian. Proses pengambilan data dilakukan dengan wawancara mendalam (in depth interview) dan observasi. Hasil penelitian menemukan faktor psikologis yang mempengaruhi pengambilan keputusan mahasiswa untuk menikah pada masa pandemic COVID 19 adalah motivasi, persepsi, belajar dadn sikap. Strategi coping stres yang dikembangkan mahasiswa untuk menghadapi tekanan (stres) yang dihadapi adalah intropunitive,defensivenes, intropersistive,, interpersistive, dan Impersistive.Kata Kunci: faktor psikologis, coping stres, mahasiswa menikah


2021 ◽  
Vol 2 (2) ◽  
Author(s):  
Mustary Emilia ◽  
Farwan Farwan ◽  
Sukmawati Sukmawati ◽  
Era Fasira

                                                 ABSTRACTThis study aims to examine and describe the marriage intention in college students during the COVID-19 pandemic based on the theory of planned behavior from Ajzen (2005) with three determinant factors, namely attitude toward behavior, subjective norm, and perceived behavioral control. This study used a qualitative approach with data collection in the form of interviews with primary data sources. The subjects in this study amounted to 3 female students with the criteria for will getting married and had got engaged. The data analysis technique was carried out using an interactive analysis model by Miles and Huberman, namely data collection, data reduction, data presentation/display, then conclusions or verification. The results showed that the Covid-19 pandemic did not affect the students' marriage intention. Determinants of marriage intentions are formed from attitudes towards the behavior in the form of a positive attitude towards marriage which is obtained from the belief in the positive benefits that are imagined and the description of the risks that will be faced. The next marriage intention is formed by subjective norms in the form of parental influence and the desire to imitate the positive experiences of other students who are married while studying. Furthermore, the intention to marry is formed on the determinants of perceived behavioral control factors in the form of the subject's belief in the ability to control behavior to prevent conflict and find solutions to household problems that will be faced stemming from his status as a student. Another finding in this study is that belief in religion and adherence to religious teachings are sources of information that strengthen the determinant factors so as to form a strong intention to marry.Keywords: intention, marriage, college students, covid-19ABSTRAKPenelitian ini bertujuan untuk mengkaji dan mendeskripsikan intensi menikah pada mahasiswa di masa pandemi covid-19 berdasarkan teori perencanaan perilaku dari Ajzen (2005) dengan tiga faktor determinan yaitu attitude toward behavior, subjective norm, dan perceived behavioral control. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan pengambilan data berupa wawancara pada sumber data primer. Subjek pada penelitian ini berjumlah 3 orang mahasiswi dengan kriteria akan melangsungkan pernikahan dan telah menjalani proses lamaran. Teknik analisis data dilakukan dengan model analisis interaktif oleh Miles dan Huberman yaitu pengumpulan data, reduksi data, presentasi/display data, lalu kesimpulan atau verifikasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pandemi covoid-19 tidak mempengaruhi intensi menikah pada mahasiswa. Determinan intensi menikah dibentuk dari sikap terhadap perilaku (attitude towards the behavior) berupa sikap positif terhadap pernikahan yang didapatkan dari keyakinan akan manfaat positif yang dibayangkan serta gambaran resiko yang akan dihadapi. Intensi menikah berikutnya dibentuk oleh norma subjektif (subjective norm) berupa pengaruh orangtua serta keinginan untuk meniru pengalaman positif mahasiswa lain yang menikah sambil kuliah. Selanjutnya, intensi menikah dibentuk atas determinan faktor persepsi kontrol perilaku (perceived behavioral control) berupa keyakinan subjek akan kemampuan mengontrol perilaku untuk mencegah konflik maupun menemukan solusi dalam permasalahan rumah tangga yang akan dihadapi yang bersumber dari statusnya sebagai mahasiswa. Temuan lain dalam penelitian ini adalah keyakinan terhadap agama serta kepatuhan terhadap ajaran agama menjadi sumber informasi yang memperkuat faktor determinan sehingga membentuk intensi yang kuat untuk menikah.   Kata Kunci: Intensi, mahasiswa, menikah, covid-19.


2021 ◽  
Vol 2 (1) ◽  
Author(s):  
Fahrurrazi Fahrurrazi ◽  
Nurjannah Nurjannah

ABSTRACTTherapy for alcoholics with the use of cognitive behavior-based Islam shows the results of a progressive. This study aims to obtain a comprehensive overview of the application of cognitive behavior therapy-based Islam in helping individuals overcome alcohol addiction. This study uses a qualitative research method is phenomenological. Participant research is an alcoholic. Data collection was performed by the method of triangulation, namely in-depth interviews (depth interviews) face to face with the observation and scale. Procedure the study was conducted with three step, namely the preparatory stage of the study, the implementation phase of the research, and the last stage of the evaluation of the results of the research. As for the results of the study showed that the application of cognitive behavior therapy-based Islam on individuals who experience addiction to alcohol showed significant changes in cognition, emotions and behavior of participants. Through the technique of cognitive restructuring, cognition participants who distorted changed to be more rational. Participants are able to set a good lifestyle, independent in work, respect people around and back to the right path in accordance with the teachings of Islam. a change in cognition in participants encourage the reduction behavior of consuming alcohol.Keywords: Cognitive behavior therapy-based Islami; alcoholics ABSTRAKTerapi bagi pecandu alkohol dengan menggunakan cognitive behavior therapy berbasis Islam menunjukkan hasil yang progresif. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran menyeluruh dari penerapan cognitive behavior therapy berbasis Islam dalam membantu individu mengatasi kecanduan alkohol. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif bersifat fenomenologis. Partisipan penelitian adalah seorang pecandu alkohol. Pengumpulan data dilakukan dengan metode triangulasi yakni wawancara mendalam (depth interview) secara face to face dengan observasi dan skala. Prosedur penelitian dilakukan dengan tiga tahap, yaitu tahap persiapan penelitian, tahap pelaksanaan penelitian, dan terakhir tahap evaluasi hasil penelitian. Adapun hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan cognitive behavior therapy berbasis Islam pada individu yang mengalami kecanduan alkohol menunjukkan perubahan yang signifikan pada kognisi, emosi dan perilaku partisipan. Melalui teknik cognitive restructuring, kognisi partisipan yang terdistorsi berubah menjadi lebih rasional. Partisipan mampu mengatur pola hidup yang baik, mandiri dalam bekerja, menghormati orang di sekitarnya dan kembali ke jalan yang benar sesuai dengan ajaran Islam. adanya perubahan kognisi pada partisipan mendorong berkurangnya perilaku mengkonsumsi alkohol.Kata kunci: Cognitive behavior therapy berbasis Islami; Pecandu alkohol


2021 ◽  
Vol 2 (1) ◽  
Author(s):  
Novadri Prasetio ◽  
Muh Daud ◽  
Andi Nasrawati Hamid

ABSTRACTBullying is a negative behavior that many students do. This behavior occurs a lot in the school environment carried out by senior students against juniors. The individual's ability to control emotions is low causing behavioral disturbances, so they choose to do bullying behavior. One of the factors that influence bullying behavior is emotion regulation. This study aims to determine the relationship between emotional regulation and bullying in class XII students at SMA Negeri 2 Makassar. Respondents in this study were 202 students using a simple random sampling technique. This study uses a quantitative approach with data analysis techniques Spearman rank correlation and t-test. The study used a bullying scale and an emotion regulation scale. The results showed there was a significant relationship between emotion regulation and bullying (p=0.001, r=-0.230). Its means that the higher the emotional regulation, the lower the bullying in class XII students at SMA Negeri 2 Makassar and there are differences in bullying behavior based on gender. The implication of this research for students is that they need to improve their ability to regulate emotions to avoid bullying or other negative behavior.Keywords: Emotion Regulation, Bullying, Students. ABSTRAKBullying merupakan perilaku negatif yang banyak dilakukan siswa. Perilaku ini banyak terjadi di lingkungan sekolah yang dilakukan oleh siswa senior terhadap junior. Kemampuan individu dalam mengontrol emosi yang rendah menyebabkan gangguan perilaku, sehingga memilih melakukan perilaku bullying. Salah satu faktor yang memengaruhi perilaku bullying yaitu regulasi emosi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan regulasi emosi dengan bullying pada siswa kelas XII di SMA Negeri 2 Makassar. Responden dalam penelitian ini adalah 202 siswa dengan menggunakan teknik simple random sampling. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan teknik analisis data spearman rank correlation dan t-test. Penelitian menggunakan skala bullying dan skala regulasi emosi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara regulasi emosi dengan bullying (p=0,001, r=-0,230). Artinya semakin tinggi regulasi emosi maka semakin rendah bullying pada siswa kelas XII di SMA Negeri 2 Makassar dan terdapat perbedaan perilaku bullying berdasarkan jenis kelamin. Implikasi penelitian ini bagi siswa yaitu perlu lebih meningkatkan kemampuan dalam meregulasi emosi sehingga terhindar dari perilaku bullying atau perilaku negatif lainnya.Kata Kunci: Regulasi Emosi, Bullying, Siswa.


2021 ◽  
Vol 2 (1) ◽  
Author(s):  
Sri Hajarwati Ningsi ◽  
Asniar Khumas ◽  
Kurniati Zainuddin

ABSTRACTThe inner conflicts resulting from divorce don’t cause all adolescents to behave negatively. There are some adolescents who continue to behave positively and are able to learn from the bad experiences of their parents, but there are also adolescents who behave negatively which leads to impulsivity. This qualitative research uses a case study which aims to describe impulsivity and agility in adolescents whose parents are divorced and the factors that influence it. The number of respondents was six adolescent girls whose parent’s divorced and six significant others from the respondents. Data were collected using interview techniques. Based on the results of the study, it’s known that the forms of impulsivity found include smoking, self-harm, talking abusive to friends, skipping college and always imagining things to self-injury. This is influenced by three factors, such as personality, family and social environment (peers and school). Meanwhile, the forms of agility that were found included respondents busy themselves with organizational and community activities, working at school and not being afraid to build relationships. This is influenced by two factors, such as situational and personality. This research can contribute knowledge in developmental psychology and family psychology.Keywords: Adolescents, Agility, Divorce, Impulsivity ABSTRAKKonflik batin yang diakibatkan perceraian tidak membuat semua remaja berperilaku negatif. Ada beberapa remaja tetap berperilaku positif dan mampu belajar dari pengalaman buruk orangtuanya, tetapi ada juga remaja yang berperilaku negatif mengarah pada perilaku impulsivitas. Penelitian kualitatif ini menggunakan studi kasus yang bertujuan untuk mendeskripsikan impulsivitas dan agilitas pada remaja yang orangtuanya bercerai serta faktor-faktor yang mempengaruhinya. Jumlah responden sebanyak enam remaja perempuan yang orangtuanya bercerai dan enam significant others dari responden. Data dikumpulkan menggunakan teknik wawancara. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa bentuk impulsivitas yang ditemukan meliputi perilaku merokok, memukuli diri, berbicara kasar pada teman, bolos kuliah, dan selalu membayangkan hal-hal untuk bunuh diri.  Hal ini dipengaruhi oleh tiga faktor, yaitu kepribadian, lingkungan keluarga, dan lingkungan sosial (teman sebaya, sekolah). Sedangkan bentuk agilitas yang ditemukan meliputi responden menyibukkan diri pada kegiatan organisasi dan komunitas, sekolah sambil bekerja serta tidak takut untuk menjalin hubungan. Hal ini dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu situasional dan kepribadian. Penelitian ini dapat memberi sumbangsih ilmu dalam psikologi perkembangan dan psikologi keluarga.Kata kunci: Agilitas, Impulsivitas, Perceraian, Remaja


2021 ◽  
Vol 2 (1) ◽  
Author(s):  
Zhafira Mardhatillah Maulia ◽  
Basti Tetteng ◽  
Andi Nasrawaty Hamid

ABSTRACTBullying is one form of delinquency that is often found among adolescents, especially in schools. Bullying is an act that intimidates objects that are considered weaker. Individuals less assertive and not assertive tend to be objects of bully. Assertive behavior is expressing self directly, honestly, positively to fight for personal rights without neglecting the rights of others to meet needs or express feelings without anxiety. This study aims to look at the relationship between assertive behavior and the tendency to be objects of bully to boarding students. The method used in this research is quantitative. The respondents of this study were 205 teenage students, 12-17 years old from boarding schools A and high school B. The analysis technique used in this study was the Spearman rank correlation. The results showed that there was a negative relationship between assertive behavior with a tendency to be the object of bully in boarding students (p = -0.22 r = 0.002). This means that the higher assertive behavior, the lower tendency to be object of bully in boarding students. The results of this study an evaluation for adolescents to develop assertive behavior to avoid bullying and as a basis for schools and adolescent environments for bullying prevention program. Keywords: objects of bullying, assertive behavior, boarding student ABSTRAKPerundungan merupakan salah satu bentuk kenakalan yang kerap ditemukan dikalangan remaja terutama di sekolah. Perundungan merupakan tindakan yang dengan sengaja mengintimidasi objek yang dianggap lebih lemah. Individu yang kurang tegas dan tidak asertif cenderung menjadi objek perundungan. Perilaku asertif merupakan tindakan mengekpresikan diri secara langsung, jujur, positif dan tegas untuk memperjuangkan hak pribadi tanpa mengabaikan hak orang lain untuk memenuhi kebutuhan atau mengungkapkan perasaan tanpa mengalami kecemasan. Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara perilaku asertif dengan kecenderungan menjadi objek perundungan pada siswa berasrama. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuantitatif. Responden penelitian ini adalah 205 siswa usia remaja yakni 12-17 tahun dari sekolah berasrama pesantren A dan SMA B. Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah Spearman rank correlation. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan negatif antara perilaku asertif dengan kecenderungan menjadi objek perundungan pada siswa berasrama (p= -0,22 r=0,002). Artinya semakin tinggi perilaku asertif maka semakin rendah kecenderungan menjadi objek perundungan pada siswa berasrama. Hasil penelitian ini dapat menjadi bahan evaluasi bagi remaja agar lebih mengembangkan perilaku asertif untuk menghindari terjadinya perundungan serta sebagai dasar bagi sekolah dan lingkungan remaja untuk membuat program pencegahan terjadinya perundungan. Kata Kunci: objek perundungan, perilaku asertif, siswa berasrama


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document