Jurnal Farmasi Medica/Pharmacy Medical Journal (PMJ)
Latest Publications


TOTAL DOCUMENTS

37
(FIVE YEARS 27)

H-INDEX

1
(FIVE YEARS 0)

Published By Universitas Sam Ratulangi

2654-640x, 2622-9463

2021 ◽  
Vol 4 (1) ◽  
pp. 24
Author(s):  
Yuri Pratiwi Utami

AbstractAndong leaf is one of the traditional medicinal plants that is proven to have various properties including as a (natural) medicinal ingredient. Andong plants contain several chemical compounds including saponins, tannins, flavonoids, polyphenols, steroids. The purpose of this study was to determine the potential of red andong leaf extract (Cordyline fruticosa (L.) A. Cheval) as a radical scavenging antioxidant for DPPH. In this study red andong leaves (Cordyline fruticosa (L.) A. Cheval) were extracted using maceration method with 70% ethanol as solvent. The results showed that anthocyanins were cyanidin. Antioxidant activity was measured by reducing DPPH free radicals with UV-Vis spectrophotometry at a wavelength of 517 nm. The results showed that red andong red leaf extract had strong antioxidant potential with an IC50 value of 64.5197 g/mL against free radicals DPPH and vitamin C as a comparison showed a very strong antioxidant potential with an IC50 value of 2.12 g/mL.Keywords : Andong leaf, antioxidant, DPPH AbstrakDaun andong merupakan salah satu tanaman obat tradisional yang terbukti memiliki berbagai khasiat diantaranya sebagai bahan obat (alami). Tanaman andong mengandung beberapa senyawa kimia diantaranya yaitu saponin, tanin, flavonoid, polifenol, Steroida. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui potensi  ekstrak daun andong merah (Cordyline fruticosa (L.) A. Cheval) sebagai antioksidan penangkal  radikal DPPH. Pada penelitian ini daun andong merah (Cordyline fruticosa (L.) A. Cheval) diekstraksi dengan menggunakan metode maserasi dengan pelarut etanol 70%. Hasil penelitian menunjukkan  antosianin jenis  sianidin. Aktivitas antioksidan diukur melalui peredaman radikal bebas DPPH dengan spektrofotometri UV-Vis pada panjang gelombang 517 nm. Hasil Penelitian menunjukkan ekstrak daun andong merah   memiliki potensi  antioksidan  kuat dengan nilai IC50 64.5197 µg/mL terhadap radikal bebas  DPPH dan vitamin C sebagai pembanding menunjukkan potensi antioksidan sangat kuat dengan nilai  IC50 2.12 µg/mL.Kata Kunci : Daun andong merah, antioksidan, DPPH


2021 ◽  
Vol 4 (1) ◽  
pp. 11
Author(s):  
Adryan Fristiohady,Prahedi Setya Ibrahim Asniar Pascayantri

Abstract            The discovery of novel agents in the treatment of cancer is still being conducted, one of them is by developing the marine natural resources as an anti-cancer drug. Sponges like the genus Xestospongia, are natural marine resources that have potential as anti-cancer. Thus,, this review aims to showing the potential of the genus Xestospongia as an anticancer. This review was carried out by collecting the literature from various databases from 2014 to 2019. Results obtained that marin sponge Xestospongia, including Xestospongia testudinaria, Xestospongia exigua, Xestospongia muta and Xestospongiawiedemayeri, were used as anticancer. These compounds such as Quinolizidine, Aragusterol, Araguspic and many more.Keywords— Xestospongia, anticancer, cytotoxicity Abstrak            Penemuan obat baru dalam pengobatan kanker masih intensif dilakukan, salah satunya dengan pengembangan sumber daya alam laut sebagai obat anti kanker. Spons seperti genus Xestospongia, merupakan sumber daya alam laut yang memiliki potensi sebagai anti kanker. Oleh karena itu, review ini bertujuan untuk menunjukkan potensispons genus Xestospongia sebagai antikanker. Review ini dilakukan dengan mengumpulkan pustaka dari berbagai database dari tahun 2014 hingga 2019. Hasil yang didapatkan bahwa spesies dari Xestospongia seperti Xestospongia testudinaria, Xestospongia exigua, Xestospongia muta dan Xestospongia wiedemayeri tercatat berpotensi sebagai antikanker. Senyawa-senyawa tersebut seperti Quinolizidine, Aragusterol, Araguspic dan masih banyak lagi.Kata Kunci— Xestospongia, antikanker, sitotoksisitas 


2021 ◽  
Vol 4 (1) ◽  
pp. 20
Author(s):  
Yuri Pratiwi Utami

AbstractAntioxidants are compounds that can inhibit free radical reactions in the body. One of Indonesia's traditional medicinal plants that have antioxidant activity is sambiloto (Andrographis paniculata (Brum) Ness.). This study aimed to examine the antioxidant activity of the extract of bitter root (A. paniculata (Brum) Ness.). The ethanol extract was obtained by extracting the bitter root powder by maceration for 3x24 hours and remaceration for 2x24 hours. The resulting extract is a thick blackish brown extract and has a distinctive odor with a percentage yield of 6.67%. Antioxidant activity was measured by reducing DPPH free radicals with UV-Vis spectrophotometry at a wavelength of 517 nm. The results showed that sambiloto root extract had very strong antioxidant activity with an IC5016,634 g/mL value against DPPH free radicals.Keywords : Bitter root, antioxidant, DPPH   AbstrakAntioksidan merupakan senyawa yang dapat menghambat reaksi radikal bebas dalam tubuh. Salah satu tumbuhan obat tradisional Indonesia yang memiliki aktivitas sebagai antioksidan adalah sambiloto (Andrographis paniculata (Brum) Ness.). Penelitian ini bertujuan untuk menguji aktivitas antioksidan ekstrak akar sambiloto (A. paniculata  (Brum) Ness.).  Ekstrak etanol diperoleh dengan mengektraksi serbuk akar sambiloto dengan cara maserasi selama 3x24 jam dan dilakukan remaserasi kembali selama 2x24 jam. Ekstrak yang dihasilkan merupakan ekstrak kental berwarna coklat kehitaman dan bau khas dengan persen rendamen sebesar 6.67 %. Aktivitas antioksidan diukur melalui peredaman radikal bebas DPPH dengan spektrofotometri UV-Vis pada panjang gelombang 517 nm. Hasil Penelitian menunjukkan ekstrak akar sambiloto yang  memiliki aktivitas antioksidan sangat kuat dengan nilai IC5016,634 µg/mL terhadap radikal bebas  DPPH.Kata Kunci : Akar sambiloto, antioksidan, DPPH


2021 ◽  
Vol 4 (1) ◽  
pp. 30
Author(s):  
Rima Harsa Atqiya Alquraisi, Oktariani, Osie Listina

AbstractWHO (World Health Organization) has made a statement that the coronavirus disease or known as Covid-19, has been declared as a pandemic. The body has self-protection from pathogenic microorganisms, including virus that causes Covid-19, through modulation system. The body's defense system can be activated by providing immunomodulators that can be used to increase an immune response. Vitamin C is one of the vitamins that are often consumed by Indonesian as an effort to improve immune system. Based on the current state of the pandemic, the purpose of this research was to conduct a literature review on the mechanism of action of vitamin C as an immunomodulator and methods used to determine the mechanism of action. Method that used in the preparation of this article by doing some online research using accredited journal sites such as PubMed, Scopus, ProQuest, and Google Schoolar. Vitamin C have immunomodulatory activities i.e. immunostimulants, and immunosuppressant. Keywords: Vitamin C, Immunomodulator AbstrakWHO (World Health Organization)  telah membuat pernyataan bahwa penyakit coronavirus atau yang dikenal dengan Covid-19 akhirnya dinyatakan sebagai pandemi. Tubuh dalam melindungi diri dari serangan mikroorganisme patogen termasuk virus penyebab covid-19 melalui sistem modulasi. Sistem pertahanan tubuh dapat diaktifkan dengan memberikan imunomodulator yang dapat digunakan untuk meningkatkan respon imun seseorang. Vitamin C atau yang dikenal dengan asam askorbat merupakan salah satu vitamin yang sering dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia sebagai salah satu upaya untuk meningkatkan sistem imun. Berdasarkan kondisi pandemi covid-19 yang sedang merambah di dunia ini, maka tujuan dilakukannya penelitian adalah  untuk melakukan literature review tentang mekanisme aksi vitamin C sebagai Imunomodulator dan  metode yang digunakan dalam menentukan mekanisme aksi imunomodulator vitamin C. Metode yang  digunakan  dalam penyusunan  artikel  ini  adalah  dengan  melakukan  proses  pencarian  secara  daring  menggunakan  situs jurnal yang terakreditasi seperti PubMed, Scopus, ProQuest, dan Google Schoolar. Vitamin C Sintetik memiliki aktivitas imunomodulator yaitu imunostimulan, dan  imunosupresan.Kata kunci: Vitamin C, Immunomodulator 


Author(s):  
Yohana K. A. Mbulang, Agustine E. Amsik Aloysius M. Kopon

ABSTRACTHypercholesterolemia is a high level of cholesterol in the blood ≥ 200 mg/dl. Ocimum sanctum is medical plants which have antihypercholesterolemic effects. This study aims to determine that antihypercholesterolemic activity and the best dose of roots and stems extracts of Ocimum sanctum which can provide antihypercholesterolemic effects in white rats fed a high fat diet. A total of 25 rats divided into 5 groups that is group positive control, group negative control, group roots and stems extracts of Ocimum sanctum with dose of 50 mg/kg body weight, 75 mg/kg body weight  and 100 mg/kg body weight. Cholesterol and triglyseride levels measurement using the CHOP- PAP and GPO-PAP methods. The results of statistical analysis showed that there was an antihypercholesterolemic effect from the three doses of  root and stem extracts Ocimum sanctum. The best dose as an antihypercholesterolemia  is dose III (100 mg/kg body weight). Keywords : Antihypercholesterol, total cholesterol, triglycerides. ABSTRAKHiperkolesterolemia merupakan tingginya kadar total kolesterol dalam darah ≥ 200 mg/dl. Kemangi hutan merupakan tanaman obat yang memiliki efek sebagai antihiperkolesterolemia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aktivitas antihiperkolesterolemia dan dosis yang paling baik dari ekstrak akar dan batang kemangi hutan yang dapat memberikan efek antihiperkolesterolemia pada tikus putih yang diberi pakan diet lemak tinggi. Sebanyak 25 ekor tikus dibagi 5 kelompok yaitu kelompok kontrol positif, kelompok kontrol negatif, kelompok ekstrak akar dan batang kemangi hutan dengan dosis 50 mg/kg BB, 75 mg/kg BB, dan 100 mg/kg BB. Kadar kolesterol dan trigliserida diukur menggunakan metode CHOD-PAP dan GPO-PAP. Hasil analisis statistik menunjukkan adanya efek antihiperkolesterolemia dari ketiga dosis ekstrak akar dan batang kemangi hutan. Dosis yang paling baik sebagai antihiperkolesterolemia adalah dosis III (100 mg/kg BB). Kata kunci : Antihiperkolesterolemia, kolesterol total, trigliserida.


2021 ◽  
Vol 4 (1) ◽  
pp. 36
Author(s):  
Indriyani Arman,Hosea Jaya Edy, Karlah L.R Mansauda

AbstractMiana leaves (Coleus Scutelleroides (L.) Benth.) contained flavonoid compounds that has antioxidants properties. This study aimed to formulate peel-off gel mask ethanol extract from Miana leaves became peel-off gel mask that is physically stable and to knows the type of base that form a formulation with good physical quality based on the test parameters of physical properties and the stability of preparation. Formulation  of peel-off gel mask ethanol extract of miana leaves used three different types of base, they are HPMC, Carbopol, and Na.CMC. Each formula is differentiated based on base of concentration which were HPMC 4%, carbopol 1%, and Na.CMC 3%. Evaluation to predict the physical stability of the preparation included organoleptic test, homogeneity test, pH test, dispersion test, adhesion test and dry time test. In stability test, each formula is placed at temperature 27 oC for 28 days and made observation on the 1st, 7th, 14th, 21th, and 28th day. Based on the result, the ethanol extract of Miana leaves can be formulated into a peel-off mask and formulation with HPMC and Carbopol base has a good physical quality and physically stable compared to Na.CMC base.Keywords: Miana Leaves, Peel-Off Gel Mask, Stability Teh  AbstrakDaun Miana (Coleus Scutelleroides (L.) Benth.) memiliki kandungan senyawa flavonoid yang berkhasiat sebagai antioksidan. Penelitian ini bertujuan untuk memformulasikan ekstrak etanol daun Miana menjadi masker gel peel-off yang stabil secara fisik serta mengetahui jenis basis yang membentuk formulasi sediaan masker dengan mutu fisik yang baik berdasarkan parameter uji sifat fisik dan stabilitas sediaan. Formulasi sediaan masker gel peel-off  ekstrak etanol daun Miana dibuat dengan menggunakan tiga jenis basis yang berbeda yaitu HPMC, karbopol, dan Na.CMC. Masing-masing formula dibedakan berdasarkan basis konsentrasi yaitu HPMC 4%, karbopol 1%, dan Na.CMC 3%. Evaluasi yang dilakukan terhadap stabilitas fisik sediaan masker gel peel-off meliputi uji organoleptis, uji homogenitas, uji pH, uji daya sebar, uji daya lekat, dan uji waktu mengering. Uji stabilitas dilakukan pada suhu kamar (27 oC) selama 28 hari dan dilakukan pengamatan pada hari ke 1, 7, 14, 21, dan 28. Hasil uji stabilitas fisik sediaan masker gel peel-off ekstrak etanol daun Miana dapat diformulasikan dalam bentuk sediaan masker gel peel-off , dan formula masker dengan basis HPMC dan karbopol memiliki mutu fisik yang baik dan stabil secara fisik dibandingkan dengan basis Na.CMC.Kata kunci: Daun Miana, Masker gel peel-off, Uji Stabilitas.


2021 ◽  
Vol 3 (2) ◽  
pp. 70
Author(s):  
Marko Jeremia Kalalo ◽  
Fatimawali Fatimawali ◽  
Tekla Kalalo ◽  
Christani I J Rambi

ABSTRACT Methicillin-Resistant Staphylococcus aureus (MRSA) is a hypervirulent multidrug- resistant bacteria. It is spreading around the globe and starting to be a global health problem. It causes bacteremia, infective endocarditis, and bloodstream infection. PBP2a is a protein responsible for MRSA’s resistance to antibiotics, especially beta-lactams. Tea contains bioactive compounds such as polyphenols. It is known to have great antibacterial activities. Therefore, this study aims to find potentials antibacterial compounds from tea polyphenols that can inhibit PBP2a in MRSA with better binding energy than the currently available drugs using the molecular docking approach. We found that theaflavin (-9,7 kcal/mol), as one of the tea polyphenols compound, has a better binding energy with ceftaroline (9,5 kcal/mol) therefore predicted to have better antibacterial activity. (−)- Epigallocatechingallate (-9,1 kcal/mol), (−)-epicatechingallate (-8,8 kcal/mol), myricetin (- 8,7 kcal/mol), quercetin (-8,5 kcal/mol), (−)-epicatechin (-8,3 kcal/mol), (−)- epigallocatechin (-8,3 kcal/mol), kaempferol (-8,3 kcal/mol), procyanidin B2 (-8,1), and theflavindigallate (-7,6 kcal/mol) also have the potential to inhibit MRSA due to its low binding energy. Key words : Molecular docking, MRSA, PBP2a, Tea polyphenols.


2021 ◽  
Vol 3 (2) ◽  
pp. 64
Author(s):  
Thomas Peloan ◽  
Hindang Kaempe

ABSTRACT Trying to develop traditional medicine so that it can be in line with modern medicine. Various researches and developments that take advantage of technological advances are carried out as an effort to improve the quality and safety of products which are expected to further increase confidence in the benefits of medicines derived from nature. This study aims to determine the total content of polyphenols in red gedi leaves, fresh simplicia and dry simplicia and to determine the effect of storage time on the total polyphenol content. This study used a laboratory experimental method with hot extraction (infundation method) using water as a solvent. The filtrate obtained is then concentrated on a rotary evaporator. After testing, the results showed that the highest total flavonoid content was found in fresh red Gedi leaf extract (1686.5 mg / Kg), followed by dry Gedi Merah leaf extract (1666 mg / Kg). As for the infusion of fresh Gedi Merah leaves (1002 mg / Kg) and dry Gedi Merah leaf infusion (518.5 mg / Kg). while the highest total tannin content was found in dry Gedi Merah leaf extract (7779 mg / Kg), followed by fresh Gedi Merah leaf extract (3084 mg / Kg). As for the infusion of dry Gedi Merah leaves (1429 mg / Kg) and fresh Gedi Merah infusion (499 mg / Kg). Besides that, it is also known that the storage time for the infusion and extract of Gedi Merah leaves has a great effect on the total polyphenol content. Keywords : polyphenol, red gedi, extract. ABSTRAKPengembangan Obat tradisonal diusahakan agar dapat sejalan dengan  pengobatan modern. Berbagai penelitian dan pengembangan yang memanfaatkan kemajuan teknologi dilakukan sebagai upaya peningkatan mutu dan keamanan produk yang diharapkan dapat lebih meningkatkan kepercayaan terhadap manfaat obat yang berasal dari alam. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kandungan total polifenol yang terdapat pada daun gedi Merah simplisia segar dan simplisia kering serta mengetahui pengaruh lama penyimpanan terhadap kandungan total polifenol. Penelitian ini menggunakan metode eksperimen laboratorium dengan  ekstraksi cara panas (metode infundasi) dengan menggunakan pelarut air. Filtrat yang didapat kemudian dipekatkan pada rotary evaporator. Setelah dilakukan pengujian maka didapatkan hasil bahwa kandungan total flavonoid tertinggi terdapat pada ekstrak daun Gedi merah segar (1686.5 mg/Kg), diikuti dengan ekstrak daun Gedi Merah kering (1666 mg/Kg). Sedangkan untuk infus daun Gedi Merah segar (1002 mg/Kg) dan infus daun Gedi Merah kering (518.5 mg/Kg). sedangkan Kandungan total tanin tertinggi terdapat pada ekstrak daun Gedi Merah kering (7779 mg/Kg), diikuti dengan ekstrak daun Gedi Merah segar (3084 mg/Kg). Sedangkan untuk infus daun Gedi Merah kering (1429 mg/Kg) dan infus daun Gedi Merah segar (499 mg/Kg). selain itu diketahui juga lama penyimpanan terhadap infus dan ekstrak daun Gedi Merah memiliki pengaruh yang besar terhadap kandungan total polifenol. Kata kunci : polifenol, gedi merah, ekstrak.


2020 ◽  
Vol 3 (2) ◽  
pp. 53
Author(s):  
Marko Jeremia Kalalo ◽  
Berta Gratia ◽  
Crunny Bidhya Bidulang ◽  
Fadillah Djafar ◽  
Hosea Jaya Edy

ABSTRACT Popularity of bioactive compounds from plants as a treatment for microbial infections have increased. The content of chemical compounds in cloves can produce various biological activities. The chemical compounds contained in cloves are phenol, flavonoid, hydroxybenzoate, and hydrokinetic acid, with the main chemical compound being eugenol. This review was prepared using secondary data from the scientific literature databases of Google Scholar, PubMed, and CORE. This review aims to collect, compile, study, and highlight the potential of cloves as an antimicrobial agent from existing literature and databases. The effectiveness of cloves in treating microorganisms has a broad spectrum, including bacteria, fungi, protozoa, and viruses. The antimicrobial activity of ethanol, methanol, acetone extract, and clove essential oil provided antimicrobial activity against Gram-positive and Gram-negative bacteria. Cloves show bacteriostatic and bacteriocidic activity with mechanism of action in disrupting or damaging cell wall. Keywords : antimicrobial, clove.   ABSTRAKPopularitas senyawa bioaktif tanaman sebagai penanganan infeksi mikroba kian meningkat. Kandungan senyawa kimia cengkeh dapat menghasilkan berbagai aktivitas biologi. Senyawa kimia yang terkandung dalam cengkeh adalah fenol, flavonoid, hidroksi benzoat, dan asam hidrokinetik, dengan kandungan senyawa kimia utama eugenol. Review ini dibuat menggunakan data sekunder dari database literatur ilmiah Google Scholar, PubMed, dan CORE. Review ini bertujuan untuk mengumpulkan, menyusun, mengkaji, dan menyorot potensi cengkeh sebagai agen antimikroba dari literatur dan database yang ada. Efektivitas cengkeh dalam menghabat mikroorganisme memiliki spektrum yang luas mencakup bakteri, jamur, protozoa, dan virus. Aktivitas antimikroba ekstrak etanol, metanol, aseton, minyak atsiri cengkeh memberikan aktivitas antimikroba pada bakteri Gram positif dan Gram negatif. Cengkeh menunjukkan aktivitas bakteriostatik dan bakteriosidik dengan mekanisme merusak dinding sel. Kata kunci : antimikroba, cengkeh


2020 ◽  
Vol 3 (2) ◽  
pp. 47
Author(s):  
Rosa Fatimah ◽  
Bilal S A Santoso

ABSTRACT Kersen (Muntingia calabura) leaf   is a kersen plant parts are usually processed by the community into traditional medicine in the form of a drink by boiling. The boiling process that is too long allows the secondary metabolite compounds contained in kersen leaf to be damaged or reduced, therefore it is necessary to do a screening test of secondary metabolites of decoction of kersen leaf, besides plants containing secondary metabolites can be toxic, so that testing needs to be done components of chemical compounds that have toxic activity. The aims of this study was to know the minimum concentration of acute toxic and component of decoction of kersen leaf. Toxicity testing was carried out using the BSLT method (Brine shrimp lethality test) with test animals using Artemia salina Leach larvae in each treatment with various concentrations of 250 mg L-1, mg L-1, 500 mg L-1, 1000 mg L-1, 1500 mg L-1, 2000 mg L-1, 25000 mg L-1 and replication 3 times. The results of screening secondary metabolites were flavonoides, tannins, and alkaloids. The results of the acute toxicity test showed the LC50 value was 621.25 mg L-1. Key word: Kersen Leaf, decoction, toxicity, BSLT ABSTRAKDaun kersen (Muntingia calabura) merupakan bagian tanaman kersen yang biasanya diolah oleh masyarakat menjadi obat tradisional dalam bentuk minuman dengan cara direbus. Proses perebusan yang terlalu lama memungkinkan senyawa metabolit sekunder yang terdapat pada daun kersen menjadi rusak atau berkurang maka dari itu perlu dilakukan uji skrining senyawa metabolit sekunder pada daun rebusan daun kersen selain itu tanaman yang mengandung senyawa metabolit sekunder dapat bersifat toksik, sehingga perlu dilakukan pengujian mengenai komponen senyawa kimia yang memiliki aktivitas toksik. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui konsentrasi minimum dari rebusan daun kersen yang bersifat toksik. Pengujian toksisitas dilakukan menggunakan metode BSLT dengan hewan uji menggunakan larva Artemia salina Leach pada masing-masing perlakuan dengan variasi konsentrasi yaitu 250 mg L-1, mg L-1, 500 mg L-1,1000 mg L-1, 1500 mg L-1, 2000 mg L-1, 25000 mg L-1 dan dilakukan replikasi sebanyak 3 kali. Dari hasil skrining metabolit sekunder diketahui bhawa rebusan daun kersen memilki senyawa metabolit sekunder flavonid, tanin, dan alkaloid. Hasil uji toksisitas menunjukkan bahwa rebusan daun kersen dapat memberikan efek toksik akut pada hewan uji dengan nilai LC50 sebesar 621,25 mg L-1. Kata Kunci: Daun kersen, Rebusan, toksisitas, BSLT


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document