Jurnal Kajian Islam Interdisipliner
Latest Publications


TOTAL DOCUMENTS

28
(FIVE YEARS 28)

H-INDEX

0
(FIVE YEARS 0)

Published By Al-Jamiah Research Centre

2775-8281, 2579-4930

2021 ◽  
Vol 6 (2) ◽  
pp. 163
Author(s):  
Umi Masruroh

Artikel ini merupakan sebuah penelitian partisipatoris yang dilakukan oleh penulis sebagai salah satu peserta pelatihan penulisan media sosial moderat bagi kader Fatayat NU DIY melalui program Pena Tasamuh kerja sama PW Fatayat NU DI Yogyakarta dengan AFSC. Media sosial dan media literasi online sebagai salah satu alat strategis dalam penyebaran paham radikalisme juga harus dimanfaatkan sebaik mungkin untuk mencegah penyebaran paham ini dengan mengcounter penggunakan konten moderat yang berisi narasi perdamaian dan penghormatan terhadap perbedaan. Di sisi lain, kader perempuan organisasi Islam moderat seperti Fatayat NU selama ini belum memaksimalkan media sosial dan literasi online untuk melawan gerakan kelompok radikal tersebut. Mengingat pentingnya gerakan Islam Moderat melalui media sosial dan literasi online ini, Fatayat NU DIY merancang program Pena Tasamuh yang fokus terhadap peningkatan kapasitas kader perempuannya dalam bidang literasi terutama untuk mengkampanyekan Islam yang ramah sebagai upaya pencegahan penyebaran paham radikal dalam masyarakat. Program Pena Tasamuh memberikan pelatihan bagi kader Fatayat NU di 5 Kabupaten Kota (Bantul, Kulon Progo, Gunung Kidul, Sleman, dan Kota Yogyakarta) untuk membuat konten media sosial dan literasi online yang bertujuan untuk mengimbangi maraknya konten media sosial dan literasi online Islam yang didominasi oleh kelompok radikal. Perempuan muda menjadi aktor penting dalam program ini karena peran perempuan dalam sebuah keluarga maupun Vol. 6 Nomor 2, Juli-Desember 2021 164 komunitas sangat besar termasuk dalam konteks penyebaran konten Islam Moderat. Tulisan ini berupaya memaparkan keberhasilan upaya pencegahan radikalisme melalui program Pena Tasamuh berdasarkan pada pengalaman pribadi penulis sebagai peserta dalam program.[This article is a participatory research conducted by the author as one of the participants in training on moderate social media writing for Fatayat NU DIY cadres through the Pena Tasamuh program in collaboration with PW Fatayat NU DI Yogyakarta and AFSC. Social media and online literacy media as one of the strategic tools in the spread of radicalism must also be utilized as well as possible to prevent the spread of this understanding by countering the use of moderate content containing narratives of peace and respect for differences. On the other hand, female cadres of moderate Islamic organizations such as Fatayat NU have so far not maximized social media and online literacy to fight the movement of these radical groups. Given the importance of the Moderate Islamic movement through social media and online literacy, Fatayat NU DIY designed the Pena Tasamuh program that focuses on increasing the capacity of itsfemale cadresin the literacy field, especially to campaign for friendly Islam as an effort to prevent the spread of radicalism in society. The Pena Tasamuh program providestraining for Fatayat NU cadres in 5 City Districts (Bantul, Kulon Progo, Gunung Kidul, Sleman, and Yogyakarta City) to create social media content and online literacy that aims to balance the rise of social media content and Islamic online literacy which is dominated by by radical groups. Young women are important actors in this program because the role of women in a family or community is very large, including in the context of spreading moderate Islamic content. This paper seeks to describe the success of effortsto prevent radicalism through the Pena Tasamuh program based on the author’s personal experience as a participant in the program.]


2021 ◽  
Vol 6 (2) ◽  
pp. 150
Author(s):  
Amar Muhyi Diinis Sipa

[Politik dan agama seperti tidak terpisah belakangan ini, kesalehan dan kereligiusan politisi ataupun partai politik seperti menjadi keharusan, Agama kuatsebagai doktrin dan legitimasi, dan politik membutuhkan agama sebagai alat legitimasi untuk mencapai eksistensi, kekuasaan, dan menjaring suara serta simpati masa. Akhirnya spiritualitas dan simbol keagamaan menjadi produk politik dan domain khas atau khusus yang menjadi identitas politisi dan partai politik lalu kemudian dikenalkan kepada khalayak yang disebut sebagai political marketing. Artikel ini bertujuan untuk memahami lebih jauh wacana politik dengan kemasan simbolik keagamaan pada poster caleg PKS yang dijadikan sebagai alat kampanya untuk mempengaruhi pilihan publik. pendekatan didalam artikel ini menggunakan analisis semiotika untuk membedah simbol-simbol yang berada dalam poster-poster kampanye politik caleg di media sosial. Sehingga Semiotika mencoba untuk membongkar tanda yang memiliki makna di dalam kehidupan sosial maupun kehidupan politik. Adapun, metode yang digunakan dalam artikel ini adalah metode kualitatif yang bersifat deskriptif analitis, dengan metode pengumpulan data menganalisis poster-poster kampanye di media sosial Instagram pada akun @pkstangerang. Kesimpulan penelitian, yakni: politik keagamaan eksis karena peranan agama yang mampu menyentuh sisi emosional dari manusia, dalam akun @pkstangerang kebanyakan postingannya tidak terlepas dari unsur spiritualitas agama dan doktrin agama, saat melakukan kampanye dalam pemilihan legislatif juga tidak terlepas dari simbol dan narasi agama atau simbol kesalehan. Contohnya caleg yang mengenakan kopiah, baju koko, dan memegang kitab Marketing Politik Kampanye Religius Pemilu di Indonesia Vol. 6 Nomor 2, Juli-Desember 2021 151 fiqih. Untuk itu istilah politik keagamaan dalam dunia politik atau pemilu legislatif sebagai istilah kampanye religius yang menggambarkan religiusitas dalam politik sebagai cara political marketing.Politics and religion have become inseparable in recent times, piety and religiosity of politicians or political parties have become imperative, religion isstrong as doctrine and legitimacy, and politics requires religion as a legitimacy tool to achieve existence, power, and gain votes and sympathy from the masses. Finally, spirituality and religious symbols become political products and distinctive or special domainsthat become the identities of politicians and political parties and are then introduced to the public which is known as political marketing. This article aims to further understand political discourse with religious symbolic packaging on PKS candidate posters which are used as a campaign tool to influence public choice. The approach in this article uses semiotic analysis to dissect the symbols in the political campaign posters of candidates on social media. So Semiotics tries to dismantle signsthat have meaning in social life and political life. Meanwhile, the method used in this article is a qualitative descriptive-analytical method, with the data collection method analyzing campaign posters on Instagram social media on the @pkstangerang account. The conclusion of the study, namely: religious politics exists because of the role of religion that can touch the emotional side of humans, in the @pkstangerang account most of the posts can not be separated from elements of religious spirituality and religious doctrine, while campaigning in legislative elections are also inseparable from religious symbols and narratives or symbol of piety. For example, candidates who wear a skullcap, Koko shirt, and hold a book of fiqh. For this reason, the term religious politics in politics orlegislative elections is a religious campaign term that describes religiosity in politics as a way of political marketing.]


2021 ◽  
Vol 6 (2) ◽  
pp. 99
Author(s):  
Fadlilah Purdananto

Pandemi Corona Virus Disease (Covid-19) memiliki dampak yang signifikan ke perubahan perilaku masyarakat. Dampak tersebut memunculkan permasalahan berupa ketidakmampuan masyarakat dalam mengelola rasa curiga, takut, sikap over-protektif. Bila hal itu tidak diselesaikan dengan baik, maka dapat merusak hubungan sosial antar individu. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif-analitis, dengan menggunakan teori psikodinamika. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pekerja sosial berperan dalam mengubah perilaku masyarakat, sehingga mereka mampu menyelesaikan permasalahan sosial akibat dampak pandemi Covid-19. Peranan pekerja sosial, yakni: pertama, berperan dalam meningkatkan fungsi sosial individu-individu. Hal itu dilakukan pekerja sosial dengan memberikan pertolongan agar individu mampu memahami konflik (kepanikan/keresahan) pikiran-pikiran dan perasaannya. Kedua, pendampingan sosial kepada masyarakat. Hal itu dilakukan pekerja sosial dengan mengedukasi dan membantu mensosialisasikan kegiatan yang bertujuan untuk melakukan pencegahan atau penurunan penyebaran Covid-19.[The Corona Virus Disease (Covid-19) pandemic has a significant impact on changing people's behavior. This impact raises problems in the form of the community's inability to manage suspicion, fear, over-protection. If it is not resolved properly, it can damage social relations between individuals. This research uses descriptive-analytical method, using psychodynamic theory. The results of the study show that social workers play a role in changing people's behavior, so that they are able to solve social problems due to the impact of the Covid-19 pandemic. The role of social workers, namely: first, plays a role in improving the social function of individuals. This is done by social workers by providing assistance so that individuals are able to understand the conflict (panic/anxiety) of their thoughts and feelings. Second, social assistance to the community. This is done by social workers by educating and helping to disseminate activities aimed at preventing or reducing the spread of Covid-19.]


2021 ◽  
Vol 6 (2) ◽  
pp. 113
Author(s):  
Yuliana Asmi

Penelitian ingin menganalisa penanaman nilai-nilai yang ada pada ajaran Islam pada kegiatan kepramukaan. Dalam dharma pramuka terdapat nilai-nilai keIslaman terutama pada sembilan poinnya. Penulis menggunakan metode kualitatif dalam penelitian ini. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini, yakni pendekatan sosiologi. Objek penelitian yang menjadi focus dalam penelitian ini, ialah pembina pramuka, pemangku adat dan anggota pramuka Racana Raden Mas Said-Nyi Ageng Serang IAIN Surakarta. Teknik pengumpulan data berupa observasi, wawancara dan dokumentasi. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa proses internalisasi nilai-nilai pendidikan agama Islam pada anggota pramuka Racana Raden Mas Said-Nyi Ageng Serang IAIN Surakarta, melalui tiga fase (fase pengenalan, penerimaan dan fase pengintegrasian). Dari tiap-tiap fase tersebut terdapat sembilan nilai pendidikan agama Islam, yang terdapat dalam dasa dharma pramuka. Kontribusi dari internalisasi nilai tersebut memunculkan values consciousness, well being, agency, Connectedness dan transformation. Dari kelima poin tersebut dideskripsikan tentang proses internalisasi nilai pendidikan agama Islam pada diri anggota. Hasil dari proses internalisasi tersebut menghasilkan perubahan yang cukup signifikan, dalam artian ke arah yang lebih baik (memiliki rasa empati, tanggung jawab, berani mengemukakan pendapat karena setiap anggota memiliki hak untuk menentukan plihan, dapat membangun hubungan yang positif antara satu dengan yang lainnya), sehingga tercipta sebuah kerukunan, serta bertransformasi dari yang semula tidak peduli dengan lingkungan sekitar menjadi lebih peduli dan bersifat humanis terhadap sesama rekan organisasi.[The research wants to analyze the inculcation of values that exist in Islamic teachings in scouting activities. In the dharma of scouting there are Islamic values, especially on the nine points. The author uses qualitative methods in this study. The approach used in this research is a sociological approach. The object of research that is the focus of this research, is the scout coach, traditional stakeholders and members of the Racana Racana Mas Said-Nyi Ageng Serang IAIN Surakarta scouts. Data collection techniques in the form of observation, interviews and documentation. The results of this study indicate that the process of internalizing the values of Islamic religious education in Racana Raden Mas Said-Nyi Ageng Serang scout members at IAIN Surakarta, went through three phases (introduction, acceptance and integration phases). From each of these phases there are nine values of Islamic religious education, which are contained in the Dasa Dharma of Scouts. The contribution of the internalization of these values gives rise to values consciousness, well being, agency, Connectedness and transformation. From the five points, a description of the process of internalizing the value of Islamic religious education is described in members. The results of the internalization process resulted in significant changes, in the sense of a better direction (having a sense of empathy, responsibility, daring to express opinions because each member has the right to make choices, can build positive relationships with one another), so as to create a harmony, and transform from being initially indifferent to the surrounding environment to being more caring and humanist towards fellow organizational partners.]


2021 ◽  
Vol 6 (2) ◽  
pp. 138
Author(s):  
Khoirul Anwar

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa tentang penguatan pendidikan karakter melalui Program Konseling Pondok Pesantren Mahir Arriyadl di Keling Kepung Kediri. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Peneliti mendapatkan data menggunakan metode wawancara, observasi, dan dokumentasi. Tahap-tahap penelitian meliputi pengumpulan data, reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Temuan penelitian ini berupa: (1) Penerapan Penguatan Pendidikan karakter melalui program konseling di Pondok Pesantren Mahir Arriyadl Keling Kepung Kediri dilatarbelakangi oleh rasa tanggung jawab pondok dalam melaksanakan secara langsung kepada para santri tentang materi-materi yang sudah diajarkan terutama adap tingkah laku melalui program konseling, serta penerapan tata tertib pondok pesantren menjadikan para santri menjadi terbiasa dengan peraturan yang ada di pondok (2) Aktualisasi penguatan pendidikan karakter dilakukan dengan pendekatan berbasis individu, keluarga, pondok, dan masyarakat dalam satu kesatuanyang utuh dan saling terkait (3) Upaya strategis pondok pesantren dalam meningkatkan program penguatan pendidikan karakter melalui program konseling yaitu menjadikan pendidikan karakter bagian dari kurikulum, pemenuhan sarana dan prasarana yang memadai, menyatukan visi sumber daya manusia.[This study aims to analyze the strengthening of character education through the Mahir Arriyadl Islamic Boarding School Counseling Program in Keling Kepung Kediri. This study uses a qualitative approach. Researchers get data using interviews, observation, and documentation. The research stages include data collection, data reduction, data presentation, and drawing conclusions. The findings of this study are: (1) The application of strengthening character education through a counseling program at the Pondok Pesantren Mahir Arriyadl Keling Kepung Kediri is motivated by the sense of responsibility of the cottage in implementing directly to the students about the materials that have been taught, especially behavior through the counseling program. , as well as the application of boarding school rules and regulations to make students familiar with the existing regulations in the boarding school (2) Actualization of strengthening character education is carried out with an individual, family, cottage, and community-based approach in a unified and interrelated unit (3) Strategic efforts Islamic boarding schools in improving character education strengthening programs through counseling programs, namely making character education part of the curriculum, fulfilling adequate facilities and infrastructure, unifying the vision of human resources.]


2021 ◽  
Vol 6 (1) ◽  
pp. 51
Author(s):  
Ulfa Ramadhani Nasution ◽  
Syarif Husein Pohan

Rumah tangga tidak bisa dilepaskan dari kesadaran suami-istri dalam memahami peran dalam keluarga. Suami dan istri berperan aktif guna melaksanakan kewajiban masing-masing. Suami aktif dalam ranah produksi (publik, pencari nafkah utama) dan istri lebih aktif dalam reproduksi (domestik, pengurus keluarga). Faktanya dalam masyarakat tidak jarang ditemukan seorang istri yang aktif dalam ranah publik dan juga menjadi pencari nafkah utama dalam keluarga. Kedudukan suami sebagai sumber nafkah utama digantikan oleh istri, sehingga peran istri tidak hanya berkutat perihal reproduksi dan domestik, namun juga sebagai pencari nafkah. Fenomena istri berperan ganda tersebut diantaranya dapat ditemui di Desa Aek Lancat Kecamatan Lubuk Barumun, Kabupaten Padang Lawas Provinsi Sumatera Utara. Penelitian ini bertujuan untuk menjawab alasan mengapa istri menjadi pencari nafkah utama dalam masyarakat di Desa Aek Lancat dan apakah implikasi seorang istri sebagai pencari nafkah pada keluarga di desa tersebut. Penelitian ini menggunakan pendekatan sosiologis berdasarkan pada wacana keagamaan, khususnya perihal hukum keluarga yang dilihat sebagai inti permasalahan dalam masyarakat, dengan menggunakan teori konstruksi sosial oleh Peter L. Berger guna memahami pola hidup masyarakat di Desa Aek Lancat terkait kedudukan istri sebagai pencari nafkah utama dalam rumah tangga, dan melihat perkembangan interaksi antara suami-istri, istri lebih mendominasi sebagai pencari nafkah utama di dalam keluarga. Kemudian penelitian ini juga melibatkan teori gender dengan menitik beratkan pada konsep nature dan nurture. Penelitian bersifat deskriptif-analisis ini menggunakan metode kualitatif, sumber data ditemukan melalui observasi, dokumentasi, dan wawancara dengan menentukan informan melalui teknik snowball sampling, kemudian data dianalisis menggunakan teknik: collecting, display, verification dan concluding. [The household cannot be separated from the awareness of husband and wife in understanding their role in the family. Husband and wife play an active role in carrying out their respective obligations. The husband is active in the production sector (public, main breadwinner) and the wife is more active in the reproductive sector (domestic, family caretakers). However, the fact is that it is not uncommon to find a wife who is active in the public sphere and is also the main breadwinner in the family. The position of the husband as the main source of income is replaced by the wife, so the role of the wife is not only struggling with reproduction and domestic matters. The wife's multiple role phenomenon can be found in Aek Lancat Village, Lubuk Barumun District, Padang Lawas Regency, North Sumatra Province. This study aims to answer the reasons why the wife becomes the main breadwinner in the community in Aek Lancat Village and what are the implications of a wife as breadwinner to the family. This study uses a sociological approach based on religious discourse, especially regarding family law which is seen as the core problem in society, using Social Construction theory by Peter L. Barger to understand the lifestyle of the community in Aek Lancat Village related to the position of the wife as the main breadwinner, and observe the development of interactions between husband and wife where the wife is more dominant as the main breadwinner in the family. Then this research also involves Gender theory by focusing on the concepts of Nature and Nurture. This descriptive-analytic study uses qualitative methods, where data sources are found through observation, documentation and interviews, by determining informants through snowball sampling techniques, then the data are analyzed using: collecting, display, verification and concluding techniques.]


2021 ◽  
Vol 6 (1) ◽  
pp. 31
Author(s):  
Rahmi Nur Fitri

Maroko pada dasarnya tidak jauh berbeda dengan negara-negara Arab lainnya, yang mana perempuan memiliki akses yang terbatas di ruang publik. Sikap konservatif dan tradisi patriarki mengantarkan perempuan ke tingkat yang sulit untuk terlibat aktif di sektor publik. National Strategy for Equity and Equality di Maroko menginisiasikan untuk mengurangi tingkat diskrimasi terhadap perempuan, tetapi fakta lapangan menunjukkan sebaliknya. Kebiasaan dan tatanan sosial di masyarakat menjadi faktor yang menghambat proses perubahan. Tulisan ini mengkaji berbagai upaya yang dilakukan oleh pemerintah Maroko untuk meningkatkan keterlibatan perempuan. Selain usaha yang dilakukan pemerintah, karya ilmiah ini juga memaparkan peran aktif yang dilakoni oleh perempuan Maroko secara langsung pada saat negara tampak tidak maksimal dalam mereduksi ketidakadilan bagi mereka. Nama-nama tokoh penggerak perempuan dari negeri Maghribi ini kemudian mulai bermunculan, seperti Fatima Mernissi, seorang sosiolog yang menaruh banyak perhatian terhadap persoalan perempuan. Namun, fokus tulisan adalah perempuan Maroko yang menunjukkan ketertarikannya di bidang fashion desainer yang kemudian memiliki label dan jangkauan pasar yang luas. Pengakuan sosial mulai didapatkan oleh Sofia El Arabi dan Ilham Benami melalui bidang ini. Rosaline Delmer menyebutkan bahwa perempuan memiliki kemampuan untuk memajukan kepentingannya didasarkan kepada pemahaman yang mereka yakini. Perempuan Maroko menemukan tempat untuk mereka di ruang publik melalui profesi sebagai desainer. Berkarir di bidang ini menjadi sebuah apresiasi bagi mereka tanpa harus terlibat konfrontasi dengan laki-laki di ranah publik.[Morroco has not especially differences among Arab countries, in which woman have limited access in public sphere. Conservative tradition and patriarchy lead woman to difficult level to be actively involved in public field. National Strategy for Equity and Equality in Morroco initiate to decrease inequity of woman, despite the reality has denoted of divergence. Custom and social order are preventation of change in society. This paper examines various efforts which was made by Morroco’s government to expand woman’s involvement. In addition, the article will explain how far woman contributed in directly activity when the government is not earnestly to reduce injustice for woman. Then, names of female activists from Morroco began to appear, such as Fatima Mernissi, a sociologist who lay down her interest in women’s issues. Nevertheless, this article only focus on Morocco’s women who show interest in fashion desaigner, through this field they have their own label and extend market places. Social recognition has been earned by Sofia El Arabi and Ilham Benami from this field. Rosaline Dalmer addresses, based on comprehension every women has ability to extend her needs and desires. Morrocan’s women have actively found their role as designer in public sphere. A career in this field is an appreciation for them whose they can be spared with men from confrontation in public field.]


2021 ◽  
Vol 6 (1) ◽  
pp. 17
Author(s):  
Effendi Yusuf

Penelitian ini mengkaji kegiatan ekstrakurikuler di SMA N 4 Magelang dalam mengembangkan kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual SMA N 4 Magelang. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan melakukan penelitian di lapangan (field research). Teknik pengumpulan data, berupa observasi, dokumentasi, dan wawancara. Kesimpulan penelitian ini, yakni ROHIS sebagai lembaga yang ada di sekolahan yang memiliki kegiatan-kegiatan keagamaan. Kegiatan tersebut berimplikasi pada pengembangan pengetahuan dan wawasan agama Islam peserta didik yang kurang tergarap pada kegiatan-kegiatan pembelajaran Pendidikan agama Islam di kelas. ROHIS juga membantu siswa dalam menggali potensi diri, kreativitas, pengalaman keagamaan dan menguatkan keimanan.[The paper examines extracurricular at SMA N 4 Magelang in developing emotional intelligence and spiritual intelligence. The study uses a qualitative approach in the field (field research). Data collection techniques, in the form of observation, documentation, and interviews. The conclusion talks ROHIS as an institution in schools that have religious activities. These activities have implications for the development of knowledge and insight into spiritual faith students who have not been explored in religious worship with learning activities in the classroom. ROHIS also helps students to explore their potential, creativity, religious experiences and strengthen their faith.]


2021 ◽  
Vol 6 (1) ◽  
pp. 1
Author(s):  
Deny Rachman Arif

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa adanya pengaruh profesionalitas guru Pendidikan Agama Islam (PAI) bersertifikasi dan motivasi mengajar terhadap hasil Penilaian Kinerja Guru (PKG). Populasi dari penelitian ini adalah guru Pendidikan Agama Islam bersertifikasi tingkat Sekolah Menengah Pertama (SMP) di Kabupaten Magelang, yang berjumlah 52 orang. Teknik pengambilan data menggunakan kuesioner. Metode analisis yang digunakan regresi linier ganda. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: pertama, Guru PAI sertifikasi yang masuk dalam kategori hasil PKG sangat baik berjumlah 52 guru (100%). Kedua, terdapat pengaruh positif dan signifikan profesionalitas GPAI sertifikasi dan motivasi mengajar terhadap hasil PKG, sumbangan relative (SR) masing-masing variabel bebas yaitu, profesionalitas GPAI sertifikasi menyumbang 61,3% dan motivasi mengajar menyumbang sebesar 38,7%. Sumbangan efektif (SE) masing-masing variabel bebas yaitu, profesionalitas GPAI sertifikasi menyumbang 38,6% dan motivasi mengajar menyumbang sebesar 24,4%. Besarnya sumbangan efektif (SE) dari kedua variabel bebas terhadap variabel terikat adalah sebesar 63% sedangkan 37% dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak diteliti pada penelitian ini.[This study aims to analyze the effect of the professionalism of certified Islamic Religious Education (PAI) teachers and teaching motivation on the results of the Teacher Performance Assessment (PKG). The population of this study were teachers of Islamic Religious Education certified at the Junior High School (SMP) level in Magelang Regency, totaling 52 people. Data collection techniques using a questionnaire. The analytical method used is multiple linear regression. The results of this study indicate that: first, the certified PAI teachers who fall into the category of very good PKG results are 52 teachers (100%). Second, there is a positive and significant effect of GPAI certification professionalism and teaching motivation on PKG results, the relative contribution (SR) of each independent variable, namely, GPAI certification professionalism contributed 61.3% and teaching motivation contributed 38.7%. The effective contribution (SE) of each independent variable, namely, GPAI certification professionalism contributed 38.6% and teaching motivation contributed 24.4%. The effective contribution (SE) of the two independent variables to the dependent variable is 63%, while 37% is influenced by other variables not examined in this study.]


2021 ◽  
Vol 4 (1) ◽  
pp. 45
Author(s):  
Nikmah Lubis

Virus corona muncul pertama kali di Wuhan China yang merupakan virus yang menginfeksi pernapasan atau disebut Covid-19. Penyebarannya yang begitu cepat sampai ke seluruh negara menimbulkan pengaruh terhadap beberapa sektor, seperti kesehatan, sosial, politik, ekonomi maupun agama. Penyebaran informasi yang cepat dan menyeluruh yang dilakukan oleh media, menjadi kesempatan sebagian orang untuk menyebar hoax, rumor dan konspirasi yang dilakukan untuk kepentingan pribadi dan golongan tertentu. Penyebaran tersebut tidak terlepas dari otoritas yang dimilikinya. Otoritas politik dan otoritas agama mengalami penurunan legitimasi sehingga media baru membuat fragmentasi otoritas tetapi ada ketimpangan pengetahuan antara pemerintah, ahli kesehatan, dan masyarakat biasa. Sehingga masyarakat bebas menggunakan media apapun untuk bersuara. Para otoritas agama juga ikut meramaikan media online dan media sosial dalam menyampaikan pendapatnya tentang Covid-19. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pengumpulan data sekunder yang bersumber dari artikel jurnal, media online. Hasilnya otoritas agama memiliki pengaruh kuat dalam menyampaikan informasi kepada khalayak. Walaupun sebagian informasi yang disampaikan bertentangan dengan otoritas lainnya seperti otoritas kesehatan dan politik (pemerintah)[The corona virus first appeared in Wuhan China, which is a virus that infects respiration or is called Covid-19. The spread is so fast that the whole country has an influence on several sectors, such as health, social, political, economic and religious. The rapid and comprehensive dissemination of information carried out by the media has become an opportunity for some people to spread hoaxes, rumors and conspiracies carried out for personal and certain group interests. The spread is inseparable from the authority it has. Political authority and religious authority have decreased legitimacy so that the new media create fragmentation of authority but there is a knowledge gap between the government, health experts, and ordinary people. So that people are free to use any media to speak out. Religious authorities have also participated in online media and social media in expressing their opinions about Covid-19. This study uses qualitative methods with secondary data sourced from journal articles, online media. The result is that religious authorities have a strong influence in conveying information to the public. Although some of the information contradicts other authorities such as health and political authorities (government)]


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document