Edu Masda Journal
Latest Publications


TOTAL DOCUMENTS

70
(FIVE YEARS 61)

H-INDEX

0
(FIVE YEARS 0)

Published By Stikes Kharisma Persada

2715-5269, 2597-4572

2021 ◽  
Vol 5 (2) ◽  
pp. 8
Author(s):  
Riris Andriati ◽  
Fenita Purnama Sari Indah ◽  
Aisyah Aisyah

Compliance with hemodialysis therapy is one of the important things to note, if the patient is not compliant, it can cause a buildup of harmful substances in the body and if left unchecked, it can lead to death. The purpose of this study was to determine the relationship between adherence to undergo hemodialysis therapy with the quality of life of patients with chronic renal failure in the Hemodialysis Unit of the Jakarta Hajj Hospital. This research method is a quantitative study using primary data (questionnaires) and using cross-sectional research. Data collected by using questionnaires. The number of samples were 54 people who were in the hajodialysis unit at the Jakarta Hajj Hospital for the past three months. The results of the study of 54 respondents who have moderate compliance there are 11 people (20.4%), and good compliance a number of 43 people (79.%), in general patients obedient. While from the aspect of quality of life, there were 6 respondents (11.1%) who experienced less quality of life, 35 people had a moderate quality of life (75.%) and 13 people (24.1%) had a good quality of life, in general the quality of life of patients was moderate. After analyzing the relationship between adherence to undergo hemodialysis with quality of life using the Chi Square test p value = 0.468˃0.05, meaning that Ho is accepted, so it can be concluded that there is no relationship between adherence to hemodialysis with the quality of life of patients at Jakarta Hajj Hospital .ABSTRAKKepatuhan menjalani terapi hemodialisa merupakan salah satu hal yang penting untuk diperhatikan, jika pasien tidak patuh dapat menyebabkan terjadinya penumpukan zat-zat berbahaya dalam tubuh dan apabila hal tersebut dibiarkan maka dapat mengakibatkan kematian. Tujuan penelitian untuk mengetahui hubungan antara kepatuhan menjalani terapi hemodialisa dengan kualitas hidup pasien gagal ginjal kronik di Unit Hemodialisa RS Haji Jakarta. Metode penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan menggunakan data primer (kuisioner) dan memakai metode penelitian cross-sectional. Data yang dikumpulkan dengan cara menggunakan kuisioner. Jumlah sampel  sebanyak 54 orang yang berada di unit hemodialisa Rumah Sakit haji Jakarta selama tiga bulan terakhir. Hasil penelitian dari 54 responden yang memiliki kepatuhan sedang terdapat 11 orang (20.4 %), dan kepatuhan baik sejumlah 43 orang (79.6 %), secara umum pasien patuh. Sementara dari aspek kualitas hidup diperoleh  responden  yang  mengalami  kualitas  hidup  kurang sejumlah 6 orang (11.1%), kualitas hidup sedang sejumlah 35 orang (75.%)  dan  kualitas  hidup  baik  13 orang  (24.1%), secara umum kualitas hidup pasien sedang. Setelah dilakukan analisa hubungan antara kepatuhan menjalani hemodialisa dengan kualitas hidup dengan menggunakan uji Chi Square diperoleh p value = 0.468˃0.05,  artinya Ho diterima, sehingga dapat disimpulkan tidak ada hubungan antara kepatuhan menjalani hemodialisa dengan kualitas hidup pasien di Rumah Sakit Haji Jakarta.


2021 ◽  
Vol 5 (2) ◽  
pp. 41
Author(s):  
Neneng Sri Purwaningsih ◽  
Ahmad Senjaya ◽  
Jeniar Ulfita Rukmana

Drug Information Service is an activity of providing and providing information, drug recommendations that are independent, accurate, unbiased, current and comprehensive carried out. The purpose of this study was to analyze the description of drug information services received by patients. This research method is descriptive with accidental sampling technique based on a survey with a sample of 62 respondents. The results of the questionnaire given to patients regarding drug information services were obtained regarding the provision of drug information through leaflets or brochures as much as 22.58% were always carried out; information related to drug names as much as 80.65% is always carried out; drug dosage forms (tabelts, capsules, syrups, creams, ointments, etc.) as much as 82.26% are always carried out; drug doses as much as 77.42% are always carried out; how to use drugs as much as 85.48% are always done; the method of storing drugs as much as 80.65% is always carried out; drug indications as much as 72.58% are always carried out; drug interactions as much as 75.81% are always carried out; prevention of drug interactions as much as 74.19% is always done; drug side effects as much as 79.03% are always carried out; the method of destroying drugs (throwing, burning, or burying) 9.68% is always done. It's just that in drug information services regarding the provision of leaflets or brochures the results are 22.58% and the method of destroying drugs is 9.68%, which means that pharmacists rarely provide information and education to patients at the pharmacy about giving leaflets or brochures and how to destroy drugs. ABSTRAKPelayanan Informasi Obat merupakan kegiatan penyediaan dan pemberian informasi, rekomendasi obat yang independen, akurat, tidak bias, terkini dan komprehensif. Tujuan penelitian ini menganalisis mengidentifikasi gambaran pelayanan informasi obat yang di terima oleh pasien di Apotek X. Metode penelitian ini yaitu deskriptif dengan teknik accidental sampling berdasarkan survei dengan sampel yang didapat yaitu 62 responden. Hasil penelitian dari kuisioner yang diberikan pada pasien mengenai pelayanan informasi obat didapatkan mengenai pemberian informasi obat melalui leaflet atau brosur sebanyak 22,58% selalu dilakukan; informasi terkait nama obat sebanyak 80,65% selalu dilakukan; bentuk sediaan obat (tabelt, kapsul, sirup, cream, salep, dll) sebanyak 82,26% selalu dilakukan; dosis obat sebanyak 77,42% selalu dilakukan; cara pemakaian obat sebanyak 85,48% selalu dilakukan; cara penyimpanan obat sebanyak 80,65% selalu dilakukan; indikasi obat sebanyak 72,58% selalu dilakukan; interaksi obat sebanyak 75,81% selalu dilakukan; pencegahan terhadap interaksi obat sebanyak 74,19% selalu dilakukan; efek samping obat sebanyak 79,03% selalu dilakukan; cara pemusnahan obat (dibuang, dibakar, atau dikubur) sebanyak 9,68% selalu dilakukan. Hanya saja pada pelayanan informasi obat mengenai pemberian leaflet atau brosur hasilnya 22,58% dan cara pemusnahan obat hasilnya 9,68% yang artinya masih jarang dilakukannya pemberian informasi dan edukasi oleh Apoteker kepada pasien di Apotek tersebut tentang pemberian leaflet atau brosur dan cara pemusnahan obat.


2021 ◽  
Vol 5 (2) ◽  
pp. 64
Author(s):  
Ahmad Sopian ◽  
In Rahmi Fatria Fajr ◽  
Nadya Syahdania

Sunscreen is a chemical or ingredient that contains elements that protect the skin from the harmful effects of direct sunlight. The flavonoid molecules in the jengkol fruit's outer skin have a conjugated aromatic benzene group, which can absorb UVA or UVB radiation and cause skin damage. The goal of this study is to figure out what concentration of methanol extract of the outer skin of jengkol fruit (100 ppm, 150 ppm, 200 ppm, 250 ppm, 300 ppm) gives the best SPF value and what effect that concentration has on the outer skin of jengkol fruit as an active ingredient in sunscreen preparations. Using spectrophotometry, the efficacy of a methanol extract of the outer skin of the jengkol fruit as an active component in sunscreen was assessed at concentrations of 100 ppm, 150 ppm, 200 ppm, 250 ppm, and 300 ppm. The methanol extract of the jengkol fruit's outer peel had a concentration of 300 ppm (SPF value 4.783) and was divided into three formulae with concentrations of 0.3 (F1), 0.45 (F2), and 0.65 (F3) (F3). Physical, chemical, stability, and SPF quality of the resulting formulations were evaluated. Each jengkol fruit outer skin extract lotion formulation was shown to be effective as a sunscreen, with SPF values of 27.90 (F1), 8.46 (F2), and 15.56 respectively (F3)ABSTRAKTabir surya adalah zat atau  ramuan yang mengandung bahan kandungan pelindung kulit terhadap paparan sinar matahari langsung yang dapat menyebabkan gangguan kulit. Senyawa flavonoid dalam kulit luar buah jengkol memiliki gugus benzene aromatic terkonjugasi yang dapat menyerap sinar UVA atau UVB serta dapat menyebabkan efek buruk terhadap kulit. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan konsentrasi ekstrak methanol kulit luar buah jengkol (100 ppm, 150 ppm, 200 ppm, 250 ppm, 300 ppm) yang memberikan nilai SPF paling baik dan mengetahui pengaruh konsentrasi ekstrak metanol kulit luar buah jengkol sebagai bahan aktif sediaan tabir surya. Ekstrak metanol kulit luar buah jengkol dengan menggunakan konsentrasi 100 ppm, 150 ppm, 200 ppm, 250 ppm, dan 300 ppm yang ditentukan efektivitasnya sebagai bahan aktif tabir surya menggunakan spektrofotometri. Ekstrak metanol kulit luar buah jengkol dengan konsentrasi 300 ppm (nilai SPF 4,783) diformulasikan dalam tiga formula dengan variasi konsentrasi 0,3 (F1), 0,45 (F2), 0,65 (F3). Sediaan yang diperoleh dievaluasi mutu fisik, kimia, stabilitas, dan SPF. Masingmasing formula lotion ekstrak kulit luar buah jengkol ditentukan efektifitasnya sebagai tabir surya dan mendapatkan nilai SPF 27,90 (F1), 8,46 (F2) dan 15,56 (F3).


2021 ◽  
Vol 5 (2) ◽  
pp. 1
Author(s):  
Nurhikmah Nurhikmah ◽  
Eriyono Budi Wijoyo ◽  
Imas Yoyoh ◽  
Kartini Kartini ◽  
Hera Hastuti ◽  
...  

The problem of mental disorders in Indonesia is still very high, the prevalence is increasing from year to year. The family as a caregiver plays a very important role in assisting people with mental disorders and living their daily lives. The purpose of this study was to find out more about family psychoeducation in caring for clients with mental disorders. The article search method used PubMed, Research Gate, and Google Scholer, then 9 articles were found according to the inclusion and exclusion criteria and then a review was carried out. The results of this study indicate that providing psychoeducation is indeed proven to significantly increase knowledge and skills in caring for people with mental disorders. Based on 9 articles that have been found that one of the interventions that can be done is to empower people with mental disorders, the form is family empowerment, providing psychoeducation that aims to provide information to families to improve their skills in caring for family members with mental disorders. It is hoped that the family will have positive coping with the stress and burden they experience when they are provided with adequate information about the care of people with schizophrenia. The related opinion is that the majority of the community towards people with mental disorders are still very low and they do not know how to treat or with symptoms that often appear so that family empowerment methods are needed through psychoeducation. Family psychoeducation interventions affect increasing knowledge and skills in caring for people with mental disorders.ABSTRAKMasalah gangguan jiwa di Indonesia masih sangat tinggi prevalensinya meningkat dari tahun ke tahun. Keluarga..sebagai..caregiver berperan..sangat..penting dalam mendampingi penderita gangguan jiwa dan menajalani kehidupan setiap harinya. Tujuan Penelitian ini untuk mengetahui lebih lanjut psikoedukasi keluarga dalam merawat klien dengan gangguan jiwa. Metode pencarian artikel menggunakan PubMed, Research gate, dan Google Scholar, kemudian ditemukan 9 artikel sesuai kriteria inklusi dan eksluisi dan selanjutnya dilakukan review. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pemberian psikoedukasi memang terbukti signifikan dapat meningkatkan pengetahuan dan keterampilan dalam merawat orang dengan gangguan jiwa. Berdasarkan 9 jurnal yang telah didapatkan bahwa salah satu intervensi yang bisa dilakukan yaitu memperdayakan dalam merawat orang dengan gangguan jiwa, bentuknya yaitu pemberdayaan..keluarga, memberikan..psikoedukasi yang bertujuan..untuk memberikan informasi pada keluarga untuk meningkatkan keterampilan..mereka dalam merawat anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa. Diharapkan keluarga akan mempunyai koping yang positif..terhadap stress dan beban yang dialaminya ketika sudah dibekali informasi tentang perawatan orang dengan skizofrenia memadai. Opini terkait yaitu sebagian besar masyarakat terhadap orang dengan gangguan jiwa masih sangat rendah dan tidak mengetahui cara merawat ataupun dengan tanda gejala yang sering muncul sehingga diperlukan cara pemberdayaan keluarga melalui psikoedukasi. Intervensi psikoedukasi keluarga memiliki pengaruh terhadap peningkatan pengetahuan dan keterampilan dalam merawat orang dengan gangguan jiwa.


2021 ◽  
Vol 5 (2) ◽  
pp. 56
Author(s):  
Andriyani Rahmah Fahriati ◽  
Gina Aulia ◽  
Tanti Juwita Saragih ◽  
Dimas Agung Waskito Wijayanto ◽  
Linda Hotimah

High Alert drugs are medicines that have a high risk that can endanger patient safety if its not used properly. According to the Minister of Health No. 72 of 2016 regarding Service Standards in Hospitals, it is explained that high alert drugs must be stored separately from other drug storage and given special labeling. The purpose of this study was to identify and evaluate the suitability of storage and labeling of high alert drugs at the Pharmacy Installation of Hospital X Tangerang. This type of research is descriptive research. Data collection was carried out by direct observation using a check list sheet. The samples taken were drug storage data and labeling of high alert drugs. The results of this study indicate that the most appropriate evaluation of the storage and labeling of high alert drugs is the concentrated electrolyte which reaches 100%. The results of the evaluation that received the lowest percentage were the LASA drug class in the main pharmacy installation with 58% for storage and 65% for labeling that was most in accordance with existing regulations. With the discrepancy with the existing provisions so that data on cases of errors that occurred in the pharmacy installation of Hospital X in 1 year were obtained, the most of which were errors in taking the LASA class of drugs, where the error reached 72%, but it did not reach the patient, because in Hospital X Tangerang has been checked for the class of drugs including high alert medications, checked by 2 people, before being given to the patient.ABSTRAKObat High Alert merupakan obat yang memiliki resiko tinggi yang dapat membahayakan keselamatan pasien jika tidak digunakan secara tepat. Menurut Menteri Kesehatan No.72 Tahun 2016 Tentang Standar Pelayanan di rumah Sakit dijelaskan bahwa obat high alert wajib disimpan secara terpisah dari penyimpanan obat lain dan diberi pelabelan khusus. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi dan mengevaluasi tentang kesesuaian penyimpanan dan pelabelan obat high alert di Intalasi Farmasi Rumah Sakit X Tangerang. Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif. Pengumpulan data dilakukan secara observasi langsung menggunakan lembar check list. Sampel yang diambil adalah data penyimpanan obat dan pelabelan golongan obat high alert. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa evaluasi terhadap penyimpanan dan pelabelan obat high alert yang paling sesuai yakni pada elektrolit pekat yang mencapai 100%. Hasil evaluasi yang paling mendapat presentase rendah yakni pada golongan obat LASA di instalasi farmasi utama dengan umlah 58% untuk penyimpanan dan 65% untuk pelabelan yang paling sesuai dengan ketentuan yang ada. Dengan adanya ketidaksesuaian dengan ketentuan yang ada sehingga diperoleh data kasus kesalahan yang terjadi di instalasi farmasi Rumah sakit X pada 1 tahun, yang terbanyak yakni kesalahan pada pengambilan obat golongan LASA, dimana kesalahan mencapai 72%, namun hal tersebut tidak sampai ke pasien, karena di Rumah Sakit X Tangerang telah dilakukan pengecekan untuk golongan obat yang termasuk high alert medications dilakukan pengecekan oleh 2 orang, sebelum diberikan ke pasien 


2021 ◽  
Vol 5 (2) ◽  
pp. 49
Author(s):  
Gina Aulia ◽  
Aulia Nadya Rizki ◽  
Arif Hidayat ◽  
Selfi Khofifah

Health is the main thing in human life. Health is obtained by maintaining the body properly regularly and consistently. Treatment with traditional medicine and synthetic chemical drugs is a solution in case of health problems. The selection and use of traditional medicine or synthetic chemistry in the community tends to depend on each other's knowledge. This study aims to identify the level of public knowledge on the use of traditional medicines and synthetic chemical drugs in the RT 012, Kedaung Village, Depok City. This research method is a descriptive survey with a population of 336 people. The sampling technique used is simple random sampling with a sample of 77 respondents. Data were collected using a questionnaire. The results showed that the level of public knowledge of the use of traditional medicine was included in the Good category of 64 respondents (83.3%), Good Enough knowledge 12 respondents (15.6%), and Poor knowledge of 1 respondent (1.3%). Public knowledge of the use of synthetic chemical drugs in the Good category 56 respondents (72.7%), Good enough knowledge 19 respondents (24.7%), and Poor knowledge 2 respondents (2.6%). In conclusion, the level of public knowledge about the use of traditional drugs is 83.3% and synthetic drugs is 72.7%, thus stating that public knowledge about traditional medicine is higher than synthetic chemical medicine.ABSTRAKKesehatan merupakan hal utama dalam kehidupan manusia. Sehat didapatkan dengan cara memelihara tubuh dengan baik secara rutin dan konsisten. Pengobatan dengan obat tradisional maupun obat kimia sintetis menjadi solusi jika terjadi gangguan kesehatan. Pemilihan dan penggunaan obat tradisional atau kimia sintetis masyarakat cenderung tergantung pada pengetahuan masing-masing. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi tingkat pengetahuan masyarakat terhadap penggunaan obat tradisional dan obat kimia sintetis di RT 012 Kelurahan Kedaung Kota Depok. Metode penelitian ini adalah survei deskriptif dengan populasi berjumlah 336 orang. Teknik pengambilan sampel menggunakan simple random sampling dengan sampel sebanyak 77 responden. Data tingkat pengetahuan dikumpulkan menggunakan kuesioner. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan masyarakat terhadap penggunaan obat tradisional termasuk dalam kategori baik 64 responden (83,3%), pengetahuan cukup baik 12 responden (15,6%), dan pengetahuan kurang baik 1 responden (1,3%). Pengetahuan masyarakat terhadap penggunaan obat kimia sintetis kategori baik 56 responden (72,7%), pengetahuan cukup baik 19 responden (24,7%), dan pengetahuan kurang baik 2 responden (2,6%). Kesimpulan tingkat pengetahuan masyarakat tentang penggunaan obat tradisional yaitu 83,3% dan obat sintetis 72,7% sehingga menyatakan bahwa pengetahuan masyarakat tentang obat tradisional lebih tinggi dibandingkan dengan obat kimia sintetis.


2021 ◽  
Vol 5 (2) ◽  
pp. 19
Author(s):  
Nurwulan Adi Ismaya ◽  
Riris Andriati ◽  
Aripin Aripin ◽  
Tri Okta Ratnaningtyas ◽  
Faizah Tafdhiila

One of disease that continues to be a major global health issue is Tuberculosis. This research aims to evaluate a rational of anti-tuberculosis drugs with patient in pulmonary TB at South Tangerang City General Hospital in 2020. The research design was carried out using a descriptive research method. Descriptive research method is carried out with aapproach retrospective. A total sampling technique was used to collect data from 124 patients. According to the study's findings, the age characteristics of the majority of tuberculosis patients were in late adults 36-45 years as many as 28 patients (22.58 percent), and the majority of gender characteristics were male as many as 83 patients (66.93%), diagnoses and diseases The most co-morbidities of tuberculosis patients were pulmonary TB + Type 2 DM patients with a total of 19 patients (15.32%), the category of treatment for the most tuberculosis patients was in category 1, which was 105 patients (84.67%). Presentation of drug rationale includes 100% correct diagnosis, 100% correct indication, 100% correct drug, 88.70% correct dose, 100% correct route of administration, 98,38% correct time interval, and 100% correct patient. It is possible to conclude that the evaluation of the use of anti-tuberculosis drugs in pulmonary TB patients at South Tangerang City General Hospital's Inpatient Installation is not rational.ABSTRAKSalah satu penyakit menular yang masih menjadi masalah utama kesehatan yaitu Tuberkuloasis. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa kerasionalan obat anti tuberkulosis pada pasien TB paru Rawat Inap di Rumah Sakit Umum Kota Tangerang Selatan Tahun 2020. Penelitian ini adalah penelitian deskripti dengan pendekatan kuantitatif. Data yang digunakan adalah data retrospektif yaitu data tahun 2020 dan pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan teknik total sampling dengan jumlah 124 pasien. Hasil penelitian ini, usia pasien tuberkulosis terbanyak yaitu pada dewasa akhir 36-45 tahun sejumlah 28 pasien (22,58%), pasien terbanyak adalah laki-laki 83 pasien (66,93%), diagnosa dan penyakit penyerta terbanyak pasien tuberkulosis yaitu terdapat pada pasien TB Paru + DM Tipe 2 dengan jumlah 19 pasien (15,32%), kategori pengobatan pada pasien tuberkulosis terbanyak yaitu pada kategori  1  yaitu sebanyak 105 pasien  (84,67%). Presentasi kerasionalan obat meliputi tepat diagnosis 100%, tepat indikasi 100%, tepat obat 100%, tepat dosis 88,70%, tepat cara pemberian 100%, tepat interval waktu pemberian 98,38%, dan tepat pasien 100%. Dapat disimpukan bahwa penggunaan obat anti tuberkulosis pada pasien TB paru rawat inap RSU Kota Tangerang Selatan belum rasional. 


2021 ◽  
Vol 5 (2) ◽  
pp. 30
Author(s):  
R.Tri Rahyuning Lestari ◽  
Holidah Holidah ◽  
Sucipto Sucipto

Teenagers in their growth and development are at risk for health problems, one of which is deviant sexual behavior. Deviant sexual behavior is a behavior that can have a negative impact on the perpetrators, unwanted pregnancy, sexually transmitted diseases, and abortion. This study aimed to analyze the relationship of mother role in mother-child communication with sexual behavior of girls SMK Sasmita Jaya 1 Pamulang. Method : This research used cross sectional research design . Sampling technique used Proportional random sampling class X and XI with a large sample of 170 girls aged 16-19 years. Research instrument in the form of questionnaire. Instrument validity test is done using Pearson Product Moment . Test reliability used the Alpha formula . Statistical test of dependent and independent variables to used Spearman correlation with the level of gnifikasi 0.05. Statistical test results obtained ρ = 0.001 and r = 0.255, so it can be concluded that there is a significant relationship between the role of the mother in mother-child communication with the sexual behavior of young women in SMK Sasmita Jaya 1 Pamulang with low link strength. Suggestion for the next researcher should use interview method aarrange good instrument in collecting data to get more accurate data and get better result.ABSTRAKRemaja dalam pertumbuhan dan perkembangannya adalah suatu kelompok berisiko terhadap masalah kesehatan, perilaku seksual merupakan salah satu keadaan menyimpang. Perilaku sseksual menyimpang suatu tanda perilaku yang dapat menimbulkan dampak negatif  bagi remaja , yaitu seksual pra nikah, aborsi dan penyakit menular seksual. pada remaja sering dikatakan pergaulan yang bebas sehingga komunikasi dengan orang tua yaitu ibu tidak optimal  Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan peran ibu dalam komunikasi ibu-anak dengan perilaku seksual pada remaka putri di SMK Sasmita Jaya 1 Pamulang . Metode penelitian ini menggunakan rancangan penelitian cross sectional. Teknik pengambilan sampel menggunakan Proportional random sampling kelas X dan XI usia 16-19 tahun dengan besar sampel sebanyak 170 remaja. Instrumen penelitian dalam bentuk kuesioner. Uji validitas instrumen dilakukan menggunakan Pearson Product Moment. Uji reliabilitas menggunakan rumus Alpha. Uji statistik variabel dependen dan independen menggunakan Korelasi Spearman dengan taraf signifikasi 0,05. Hasil uji statistik diperoleh ρ=0,001 dan r=0,255,dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara peran ibu dalam komunikasi ibu-anak dengan perilaku seksual remaja putri di SMK Sasmita Jaya 1 Pamulang dengan kekuatan hubungan rendah. Untuk peneliti selanjutnya sebaiknya menggunakan metode wawancara dan menyusun instrument yang baik dalam pengumpulaen data agar diperoleh data yang lebih akurat  dan mendapatkan hasil yang sesuai


2021 ◽  
Vol 5 (1) ◽  
pp. 65
Author(s):  
Neneng Sri Purwanigsih ◽  
Dimas Agung Wijanarko ◽  
Ana Yuli Handayani

Irrational drug use is a major problem in the world. Irrational prescribing of drugs can be described as medically inaccurate and ineffective in financing, treatment There are many studies that describe the treatment of ARD (Acute Respiratory Disease) patients who tend to use antibiotics which lead to overprescription and become irrational. This research was to descripte of a rational antibacterial  prescription with a diagnosis of upper Acute Respiratory Tract Infection (ARI) at Prikasih Hospital Children's Clinic. Methods for this research is descriptive method using retrospective data. Samples in this study were 380 recipes. The results showed that there were 79.7% rational recipes and 20.3% irrational recipes. Based on the choice of drug type, cefixime is the most widely used antibiotic with a rule of 3 times a day.Keywords: Rationality Antibiotic PrescriptionISPA Children ClinicalABSTRAKPenggunaan obat yang tidak rasional adalah  suatu masalah utama di dunia ini. Peresepan obat yang tidak rasional bisa digambarkan  sebagai tidak tepanya obat  secara medis dan tidak efektif dalam pembiayaan pengobatan. Banyaknya penelitian  yang menggambarkan penyembuhan penyakit untuk  pasien ISPA adalah hampir keseluruhan menggunakan antibiotik dengan  peresepan ysng  berlebihan dan menjadi tidak rasional dalam pengobatan . Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kerasionalan resep obat antibiotik dengan diagnosa Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) bagian atas di Poli Anak Rumah Sakit Prikasih. Dalam penelitian ini metode yang digunakan adalah metode deskriptif dengan menggunakan data retrospektif. Jumlah sampel dalam penelitian ini sejumlah 380 resep. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat 79.7% resep rasional dan 20.3%  resep tidak rasional. Berdasarkan pemilihan jenis obat, cefixime merupakan antibiotik yang paling banyak digunakan dengan aturan pemakaian 3 x sehari.Kata Kunci:KerasionalanResep AntibiotikISPAPoli Anak 


2021 ◽  
Vol 5 (1) ◽  
pp. 102
Author(s):  
Humaira Fadhilah ◽  
Karunia Rachmani ◽  
Nurihardianti Hajaring

Inflammation is a normal protective response to tissue injury caused by physical trauma, damaging chemicals, or microbiological substances. Steroids and nonsteroidal anti-inflammatory drugs have many side effects, so there are many anti-inflammatory developments originating from natural ingredients, especially in plants. Plants that are scientifically proven to have anti-inflammatory properties, namely turmeric (Curcuma domestica Val.) The method used in this literature study is a review of various journals published online, with the keyword turmeric as an anti-inflammatory, reviewed one by one and then the journals obtained are collected and information created by summarizing the content and then comparing the journals to be used as references. The results showed that turmeric tested had anti-inflammatory activity. The strength of the anti-inflammatory effect is shown by the carrageenan induction method which inhibits endema in rat feet and inflammation in the liver using the method of induction by diethylnitrosamine in this plant varies, depending on the dose. Compounds that are considered to provide anti-inflammatory activity are curcumin class compounds because they can inhibit the formation of prostagladin, thromboxan, and prostagycycline by inhibiting the activity of the cyclooxygenase enzyme. Curcumin also inhibits the formation of leuketrien compounds by inhibiting the activity of the lipoxygenase enzyme.Keywords: Anti-inflamatoryTurmericCucurminABSTRAK Inflamasi merupakan perlindungan normal ketika timbul luka jaringan karena zat mikrobiologi, zat kimia atau trauma fisik. Efek samping yang ditimbulkan oleh obat antiinflamasi banyak sehingga dibuat bahan alam untuk pengembangan antiinflamasi salah satunya adalah tanaman. Kunyit (Curcumma domestica Val.) adalah tanaman yang memiliki khasiat antiinflamasi yang terbukti secara ilmiah. Metode yang digunakan adalah studi literatur dengan  kata kunci kunyit sebagai antiinflamasi, diulas satu persatu kemudian jurnal yang didapat dikumpulkan dan informasi dibuat dengan merangkum isi lalu membandingkan jurnal yang akan dijadikan acuan. Hasil membuktikan bahwa kunyit memiliki aktivitas antiinflamasi. Efek antiinflamasi ditunjukkan dengan metode induksi karagenan yg menghambat endema pada  kaki tikus dan peradangan pada hati tikus menggunakan metode induksi oleh dietilnitrosamin tergantung dosisnya pada tanaman berbeda. Senyawa golongan kurkumin merupakan senyawa yang terbukti memberikan aktivitas antiinflamasi karena dapat menghambat pembentukan prostagladin, prostagsiklin dan tromboksan dengan cara menghambat aktifitas enzim siklooksigenase. Aktivitas yang lain dari kurkumin adalah menghambat pembentukan senyawa leuketrien dengan menghambat aktifitas enzim lipoxygenase.Kata Kunci: AntiinflamasiKunyitKukurmin


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document